Bimo ikut merebahkan kepalanya di meja menghadapku, lalu memainkan tanganku yang kuletakkan di depan wajah, aku senyum padanya, dia pun begitu.
"Kamu gak makan ke kantin Bim?" tanyaku lemas.
"Gak usah, nanti aja kalo kamh udah enakan."
"Hehe, kenapa? Nanti kamu masuk angin telat makan Bim."
"Gak pa-pa, aku gak gampang masuk angin cuma gara-gara telat makan sekali."
"Emang gak laper?"
Dia mengangguk, tapi senyumnya masih di tempatnya, "Laper, tapi aku bisa tahan itu,lagian emang kamu berani sendirian di kelas?"
Senyumku seketika lenyap, benar juga apa kata Bimo. Ku raih tangannya erat. "Jangan ke kantin, disini aja temenin aku." desakku. Bimo tertawa hingga terguncang bahunya.
"Iyaaa ... aku temenin kamu disini, kamu tidur aja gak akan ku tinggal." katanya lembut, membuat hatiku hangat.
Perlahan aku memejamkan mata, nyeri perutku berangsur membaik dan rasanya aku jadi ngantuk sekali.