"Bim, pacarmu kemana tuh?"
"Hah?!"
"Tadi jalan ke arah sana duluan, mungkin nyari bendera terakhir?"
"Arrggh ... SIIAAALL!!" Bimo lari menyusul.
.
.
Ternyata jalan mendaki ke jalur atas tidak semudah yang ku bayangkan, dan harus menyebrang sebuah jembatan bambu tidak terlalu panjang yang dipakai untuk menghubungkan sebuah anak sungai, ditambah sepatuku juga bukan sepatu yang bisa menangani jalur tanah licin begini. Dari tadi, aku belum juga mendapati bendera di sepanjang jalur.
Aku berhenti sebentar untuk mengatur napas setelah menanjak agak curam. Haus sekali, aku lupa ambil minum di ransel Bimo tadi. Ku seka keringatku yang sudah membanjiri dahi hingga rambut depanku terasa basah.
Haaah ... selanjutnya kemana lagi? Kenapa tak ada satu pun bendera yang nampak? Kuedarkan mataku menyusuri area sekitar aku berdiri, mencari sekali lagi siapa tahu ada yang terlewat dari perhatianku.
Ketemu!