"Kamu marah karena aku cium seperti tadi?" ujarnya hati-hati, raut khawatirnya juga terlihat bingung.
"E-enggak, b-bukan gitu ...." gumamku, entah kenapa aku tidak bisa bicara dengan suara lebih keras.
"Terus kenapa?"
"A-aku, maluuu ...." kututup wajahku dengan kedua tangan. Bimo mengacak rambutku lalu terkikik.
Ia mendekatkan mulutnya ke telingaku
"Aku juga baru pertama kali kayak gitu, Ray," bisiknya di telingaku. Aku seketika mendongak.
Baru pertama kali?
Oh ya? kok lihai sekali?
Tidak percaya aku, kupicingkan mata menatapnya, dengan alis tertaut.
"Sumpaah, Lillahita'alla Ray ...." diacungkannya 2 jari ke udara. Ia paham kenapa mimik wajahku jadi seperti itu.
"Kok bisa jago gitu, kalo baru pertama kali?" protesku dengan suara tertahan, takut bi Surti dengar.
Dia mengangkat bahu. "Insting?" jawabnya enteng.
Ku gaplok bahunya sedikit keras. "Seriuuus!" omelku.
"Aduh! Iya aku serius Cintaaa ... ish, sakit pe'a!" ia gosok-gosok bahunya yang ku gaplok.