Descargar la aplicación
3.76% Was My Sweet Badboy / Chapter 16: Bimo dan Ayah

Capítulo 16: Bimo dan Ayah

"Assalamualaikum"...

"Waalaikumsalam.... Ucap kami ber-empat tambah Bi Marni, hampir serempak menjawab salam ayah yang baru saja masuk kerumah dengan wajah lelahnya.

Aku, Irin dan Bimo bergantian cium tangan pada ayah.

"Baru pulang om?" Tanya Bimo berbasa-basi pada ayah dengan santai tanpa kikuk sedikit pun.

Ayah menatapnya dengan agak serius dan seperti heran, mungkin dipikir ayah ini anak siapa lagi?

"Iya baru pulang, ada PR lagi?" Kata ayah dengan suara serius.

"Hehe gak ada om, kali ini mau main" jawab Bimo sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ooh..yasudah, jam 10 harus sudah pulang ya!" Jawab ayah masih dengan intonasinya yang tegas.

"Siap om!" Jawab Bimo dengan gestur hormat, seperti hormat saat upacara.

Lalu ayah masuk kedalam untuk istirahat, disusul mamah yang bilang akan menyiapkan makan malam untuk ayah dulu dan meninggalkan kami ngobrol di ruang tamu.

Bi Marni yang tadinya juga akan beranjak mau membantu mamah, dilarang oleh mamah dan disuruh ngobrol saja disini dengan kami lalu bi Marni nurut kemudian duduk kembali.

"Kok ayah nanyain PR mas Bimo?" Tanya Irin pada ku dan Bimo. Irin memang kemarin malam tidur cepat sebab kelelahan sehabis belajar kelompok dengan teman-temannya sampai sore hari. Jadi dia tidak tau perihal Bimo yang datang larut malam kemarin, dan ku tebak mamah tidak cerita ke Irin.

Aku dan Bimo saling pandang sejenak lalu terkikik kecil teringat kemarin malam itu.

"Kemarin mas Bimo kesini mau ketemu mbak Raya, tapi sudah kemalaman jadi mas Bimo bilang sama ayah Irin kalau ada PR yang mas Bimo tidak paham" jawab Bimo menjelaskan.

"Ooh...kenapa datengnya kemalaman?" tanya Irin penasaran

"Iya, mas Bimo ada urusan kemarin jadi telat kesininya" jawab Bimo sekenanya.

"Oooh...Irin baru inget, jadi martabak yang tadi malam itu mas Bimo yang bawa?" Kata Irin sambil menepukkan kedua tangannya sebentar seperti baru ingat sesuatu.

Bimo hanya mengangguk dengan cengiran yang masih ada di bibirnya.

"Kemarin ayah tau kamu bohong Bim" bisikku pada Bimo yang duduk disebelahku.

"Iya pasti tau, kan hari ini ekskul, tidak mungkin ayahmu tidak sadar" jawab Bimo santai dengan senyum dan lihat mataku.

"Hah? Kok kamu berani? Kalau dimarahin ayah gimana? Kalau ayah jadi gak suka padamu gimana?" Kataku cemas, karena kau tau bagaimana jantungku mau copot karena takut ayah jadi tidak suka dengan Bimo.

Bimo hanya senyum padaku

"Kalau ayahmu marah padaku, itu resiko yang harus aku ambil kalau ingin dekat denganmu, dan kemarin memang salahku. Lagipula aku ingin kamu yang suka padaku, bukan ayahmu." Jawabnya

Refleks ku pukul lagi tangannya, sebab jawabannya yang ngawur sekali.

"Iih! bukan itu maksudnya" kataku.

"Hahahaha..iyaaa..kalau ayahmu jadi tidak suka padaku, aku tinggal berusaha supaya ayahmu suka padaku dan mengizinkan anak perempuannya dekat denganku." Jawabnya santai seperti bukan masalah besar.

Aku sendiri heran, karena seringkali ku dengar beberapa temanku cerita kalau pacar mereka sangat takut bertemu orangtua teman-temanku itu, sampai hanya berani mengantar mereka pulang di depan gang rumahnya, atau pacaran diam-diam pada akhirnya.

Tapi Bimo beda, dia bahkan berbohong pada ayah bahkan saat dia tau ayah pasti sadar kalau dia bohong, jujur saja aku juga kaget melihat ayah yang masih mau ngomong dengan Bimo meskipun tau sudah dibohongi, yah walaupun bicara dengan nada yang dibuat galak. Tapi biasanya ayah tidak akan mau repot-repot melakukan itu.

Bbbzzztt....bbzzztt...bbzztt...

Hp Bimo bergetar tanda ada telfon masuk, lalu ia izin padaku keluar ke teras rumahku untuk mengangkat telfon.

Aku tidak tau siapa yang telfon, tapi cukup bikin aku khawatir kalau-kalau itu adalah anak-anak yang tadi malam berkelahi dengannya dan ngajak berantem lagi.

Duh, aku jadi tidak tenang..

Irin dan bi Marni masih ngobrol-ngobrol sendiri dan tidak kuperhatikan ngobrol apa sebab aku yang khawatir. Tidak lama kemudian Bimo masuk lagi dan duduk di tempatnya semula.

"Suapa?" Tanyaku tak sabar

"Temenku" katanya sambil senyum, ku tebak dia tau aku cemas.

"Ooh.. Ada apa?"

"Gak ada apa-apa, mau ngajak main... Gak berantem lagi kok" katanya sambil mengacak-ngacak rambutku gemas, sepertinya dia punya kebiasaan baru dengan rambutku.

"Ooh...yasudah" kataku lega sambil merapihkan rambut ku.

"Boleh aku pergi sekarang?" Tanya nya lagi.

"Hmmh" jawabku dengan anggukan.

"Kalau gitu aku pergi sekarang ya, ayahmu mana?" Tanya nya.

"Di dalam, mau pamit?" Tanyaku.

"Iya, belum istirahat kan?"

"Belum sih biasanya, yuk kedalem" ajakku, Bimo nurut dan jalan di belakangku ke ruang tengah.

Mamah dan ayah sedang duduk di sofa ruang tengah sambil nonton dan ngobrol santai.

"Mah, yah, Bimo mau pamit pulang" kataku.

"Loh, kok cepat? belum juga jam 10" kata mamah sambil senyum jahil.

"Heheheh iya tante, mau pergi main sama teman dulu" katanya jujur sekali, normalnya orang akan cari alasan yang bagus supaya dinilai bagus pula. Aku yang heran dibuatnya langsung melirik pada ayah yang sama sekali tidak bereaksi. Fffiiuuh...

"Ooh..yasudah hati-hati ya, kalau pulang main jangan terlalu malam" kata mamah seolah-olah sedang bicara dengan anak sendiri.

"Iya tante, pamit dulu ya tante, om.." kata Bimo setelah cium tangan pada ayah dan mamah, sambil menundukkan badannya dengan sopan, tanda hormat pada orang tuaku.

Ku antar Bimo keluar menuju motornya, saat akan pergi dia tiba-tiba menjulurkan tangannya padaku, aku yang bingung untuk apa ia berikan tangannya akhirnya bertanya;

"Apa?" Kataku sambil bergantian melihat tangannya lalu ke wajahnya.

"Salim" jawabnya, jadi bikin aku ketawa tapi tetap menuruti omongannya, salim cium tangan seperti pada orangtua.

"Hehe...aku pergi yaa...Assalamualaikum"

"Iya hati-hati, Waalaikumsalam..." jawabku.

Kemudian dia benar-benar melajukan motornya meninggalkan rumahku, aku masuk kembali ke dalam rumah dan mendapati meja tamu yang sudah beres oleh bi Marni jadi aku langsung ke lantai atas untuk mandi dan istirahat di kamarku.

Haaaahhh....

Akhirnya aku bertemu kasurku tercinta, kamar adalah tempat yang paling nyaman untukku selain tangan Bimo yang hangat, ehehehehehe....

Aku menutup wajahku dengan bantal agar teriakan girang bercampur malu tidak terdengar sampai keluar.

Heheheheheh... Aku sudah seperti orang bodoh yang ketawa atau senyum-senyum sendiri kalau ingat pacarku.

Aku baru tau kalau jatuh cinta itu se-menyenangkan ini, apa orang-orang juga merasa seperti ini kalau sedang jatuh cinta? Seperti apa ya? Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutmu.

Seperti ada aliran adrenalin yang berbeda saat ingat orang yang jadi sebab kita berbunga-bunga.

Heheheheheh....

Ddrrrtt....ddrrtt... 1 pesan masuk di Hp-ku.

>Bimo<3 :

[Sudah tidur Ray?]

(Hehehehe....panjang umur, yang lagi dipikirin nongol. heheheh)

>Aku :

[Belum, kenapa Bim?]

>Bimo<3 :

[Gak papa, kangen! hehe]

(Uaaaaakkkhhh.....jangan bikin aku mimisan kesenengan!!) sambil teriak dalam bekapan bantal.

>Aku :

[Hahaha, baru juga ketemu]

>Bimo<3 :

[Iya, tapi aku sudah kangen...jangan tidur kemalaman Ray]

>Aku :

[Hehe, aku juga :P

iyaaa...bentar lagi mau tidur kok...

kamu belum pulang? Masih diluar?]

>Bimo<3 :

[ Juga apa?

belum pulang, masih diluar dengan kawanku]

(Iiih...pake tanya!! bikin aku malu)

>Aku :

[Hmm..juga kangen.

jangan kemaleman pulangnya Bim]

>Bimo<3 :

[Kangen dengan pak Baroto?

iyaaa rayaaa]

>Aku :

[Ikh! kok pak Baroto sih!]

>Bimo<3 :

[Dengan pak Budi?]

>Aku :

[Kok pak Budi!!]

>Bimo<3 :

[Pak Anwar?] (pak Anwar itu guru fisika di sekolahku)

>Aku :

[Memangnya aku pacaran sama pak Anwar?!]

>Bimo<3 :

[Hahahaha...memang siapa pacarmu?]

>Aku :

[Si Burhan] (kalau ini orang gila yang sering nongkrong di dekat sekolahku, tidak tau nama aslinya siapa hanya orang-orang suka panggil si Burhan)

>Bimo<3 :

[Ahahahahah....amiin]

>Aku :

[Bimo ih!! kok di aminin!]

>Bimo<3 :

[Hahahahah...ucapan adalah doa Ray aku cuma bantu]

>Aku :

[iih...bodo ah, kesel!]

>Bimo<3 :

[Jangan ngambek]

>Aku :

[Biarin! Emang kenapa?]

>Bimo<3 :

[Nanti aku jadi makin suka]

>Aku :

[Suka siapa?]

>Bimo<3 :

[Suka pacarku yang malu-malu buat sekedar bilang kangen padaku]

>Aku :

[Heleh. Gombal]

>Bimo<3 :

[Hahah serius, kangen gak?]

>Aku :

[Iya deh kangen Bimo yang sudah jadi pacarnya Raya]

>Bimo<3 :

[Hahahaha...kalau gitu tunggu sebentar, aku kerumahmu]

>Aku :

[Hah?!! Gila ya? Jangan sekarang!!]

>Bimo<3 :

[Hahahah...iyaaa becanda]

>Aku :

[Bimo ngeselin!]

>Bimo<3 :

[Ngeselin tapi kangen juga]

>Aku :

[Hahahah...dasar..

aku ngantuk Bim]

>Bimo<3 :

[ Tidur...

Selamat tidur Ray, jangan mimpi si Burhan]

>Aku :

[ Hahahah...

Gak mau mimpi si Burhaaan !!]

>Bimo<3 :

[Hahahah..

Jangan lupa baca doa kalau gitu]

>aku :

[Iya Bim, dadaah]

>Bimo<3 :

[Dadaah]

Begitulah aku yang kemudian tertidur dengan masih pegang ponselku.

Sepertinya hari ini memang melelahkan, hanya saja tidak terasa sebab ada tangan hangat yang menggenggam tanganku dan punggung yang tegap bersamaku seolah menawarkan sandaran dan perlindungan untukku, serta jadi penghiburan atas kesulitanku.

Teruntuk kamu yang sedang diam di sana, atau sedang bicara dengan entah siapa, dengarkan aku...

---AKU SUKA PADAMU---

-Araya Shofi Hasan, September 2008-


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C16
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión