Descargar la aplicación
3.05% Was My Sweet Badboy / Chapter 13: JADIAN

Capítulo 13: JADIAN

Aku masih mondar-mandir di kamar, sambil menggigit ujung kuku ibu jariku. Bagaimana kalau dia benar-benar datang? Jantungku rasanya sudah tidak bisa diajak kompromi.

"Bbrrrmmm....."

Terdengar suara motor yang berhenti di depan rumahku, cepat-cepat kuintip melalui jendela kamar, dan benar itu Bimo! Oke, sekarang benar-benar mati aku.

Harus bilang apa ke ayah? Ku usap kasar rambutku pertanda frustasi.

"Hhaah...gak taulah"

Aku keluar dari kamar lalu turun ke bawah, aku akan pura-pura mau ambil minum dan tidak tau bahwa bimo akan datang.

Ku langkahkan kakiku dengan gontai menuruni tangga dan pasang wajah senatural mungkin.

Mamah yang sedang nonton TV di ruang tengah melihatku turun dan bertanya;

"Mau kemana?"

"Ambil minum" jawabku berusaha tenang, padahal jantungku rasanya mau copot, ini pertama kalinya aku seperti ini pada orangtuaku, seperti sedang bohong karena membuat masalah.

"Itu ada temen kamu dateng, ayah yang bukain pintu" kata mamah lagi

Ffiiiuuhh, berarti mamah percaya aku turun karena memang hanya haus.

"Ha? Siapa mah?" Jawabku sok polos.

"Gak tau, coba kamu liat" balas mamah

Aku lalu jalan menuju pintu depan, dan melihat dari dalam ayah dan Bimo yang sedang ngomong berhadapan, ayah berdiri di teras rumah menghadap Bimo yang berdiri di tangga kecil yang hanya punya 3 anak tangga dari halaman rumahku ke teras sehingga posisi teras rumahku lebih tinggi di banding halaman.

"Assalamualaikum om..." Salam Bimo pada ayahku, dengan senyum yang yakin dan percaya diri menatap langsung wajah ayahku.

"Waalaikumsalam!" Jawab ayah dengan suara yang aku tau dibuat tegas, mungkin untuk menakut-nakuti Bimo karena datang larut malam.

"Maaf mengganggu om malam- malam, Raya nya ada om?" Tanya Bimo dengan senyum yang sama dan tidak ciut sedikit pun oleh intimidasi ayahku.

"Itu tau kalau kamu mengganggu, mau apa? Kamu tau ini jam berapa?" kata ayah dengan suara agak keras.

Taukan kalau ayahku itu tentara, bisa kau bayangkan bagaimana cara ayahku menghadapi Bimo sekarang.

"Iya maaf om, saya salah. Tapi mendesak karena PR nya besok pagi harus dikumpul dan saya tidak faham, jadi mau minta tolong Raya jelaskan".

Kata Bimo bohong pada ayah lalu menunjukkan sebuah buku tulis di tangannya dengan wajah santai seperti sudah biasa melakukannya.

"PR apa? Kenapa tidak dari tadi dikerjakan?" Sahut ayah lagi.

"PR matematika om, tadi sudah ngerjain di rumah teman..tapi dia juga tidak paham, jadinya saya kesini karena rumah Raya paling dekat dari rumah teman saya itu. Maaf mengganggu om".

Bimo menjawab dengan yakin sekali sampai-sampai aku takjub dibuatnya.

Ayah diam sebentar untuk kemudian bilang

"Yasudah, saya kasih waktu kamu sampai jam 11. Selesai gak selesai PR kamu, jam 11 kamu harus pulang!" Kata ayah tegas.

"Iya om, makasih"

Ayahku masuk ke rumah dan mendapatiku sudah di ruang tamu.

"Jam 11 suruh dia pulang" kata ayah padaku.

"Iya yah" jawabku

Lalu ayah masuk lagi ke ruang tengah untuk duduk bersama mamah didepan TV.

Bimo masuk lalu senyum padaku, aku jadi salah tingkah.

"Duduk dulu" kataku mempersilahkan.

"Iya, ini kasih ke dalam Ray" katanya sambil menyodorkan kantung keresek bening yang didalamnya terlihat ada satu kotak martabak manis.

"Oh iya, bentar sekalian aku ambilin minum" jawabku sambil menyambut martabaknya.

Aku kedapur untuk menyalin martabak ke piring kemudian aku letakkan di meja depan TV.

"Yah, mah, ini dibawain Bimo." Kataku

"Oh iya, makasih ya" kata mamah, tapi ayah diam saja.

Aku kembali kedapur untuk ambil air putih dingin dari dalam kulkas dan brownies buatan mamah tadi siang, ku bawa ke ruang tamu dan menyuguhkan pada Bimo yang sedang lihat Hp nya dengan wajah serius seperti sedang berkirim pesan dengan seseorang.

"Minum dulu, maaf cuma air putih ini yang paling cepet soalnya" kataku basa-basi.

Dia mendongak untuk lihat wajahku lalu senyum padaku dan bilang tidak apa-apa.

"Ambil buku kamu" katanya.

"Oh iya, bentar" kemudian aku pergi ke kamar untuk ambil buku matematikaku setelah itu kembali lagi ke ruang tamu.

"Nih, bukunya.. Itu buku apa?" Tanyaku sambil menunjuk buku yang dibawanya tadi di atas meja.

"Buku tulis baru beli tadi pas mau kesini" jawabnya sambil nyengir.

"Astaga..hahaha"

"Pinjam pena kamu" katanya lagi.

ku berikan pena yang tadi aku bawa dari kamar bersama dengan buku matematika ku. Sudah ku buka bukunya sedari tadi supaya kalau-kalau ayah lihat, memang kami sedang belajar.

Dia tulis sesuatu di buku kosong yang tadi dibawanya.

'Ngobrolnya pake ini aja' lalu menyodorkan bukunya padaku sambil senyum dan menatap langsung mataku.

aku baca untuk kemudian ketawa kecil.

'Iya' kubalas dibawah tulisannya tadi dan kukembalikan buku itu padanya.

'Gimana pipinya?'

'Sudah gak papa, tadi dikasih salep sama mamah'

'Besok sekolah?'

'Iya, kenapa?'

'Besok pulang sama aku'

'Gak ngerepotin?'

Dia menoleh kewajahku sebentar setelah baca tulisanku, lalu dia menulis lagi

'Yang repot kalau rumah kamu di Neptunus'

Ppfffthh...aku refleks hampir ketawa baca jawabannya, ku balas lagi ;

'Oke, besok pulang sama kamu'

Dia baca lalu diam sejenak, kemudian menulis lagi.

'Kamu sudah suka padaku?'

Aku terhenyak baca apa yang baru saja dia tulis disitu, jantungku marathon lagi.

'Memangnya kenapa?'

'Kalau sudah suka, ayo pacaran denganku. Aku sudah pernah bilang kalau aku suka padamu, dan perasaanku masih seperti itu'

Aku terdiam cukup lama, menimbang-nimbang aku harus jawab apa karena sejujurnya aku tidak pernah menyangka dia akan nembak aku seperti ini. Ku pikir nantinya dia akan bawa aku untuk jalan-jalan lalu menyatakan perasaannya, atau dia akan bilang hal ini di sekolah. Yaah, seperti di novel-novel yang sering ku baca.

Dan sampai saat ini aku tidak pernah memikirkan bagaimana aku harus merespon saat dia menyatakan perasaannya seperti sekarang ini.

Hmmm...harus jawab apa?? Bisikku dalam hati.

Dia menunggu dengan tenang.

'Kenapa suka aku?' Kuputuskan untuk tanya hal ini.

Lalu dia jawab begini ;

'Aku tidak punya alasan, tidak paham juga kenapa bisa suka, hanya mataku tidak bisa berhenti melihat kemanapun kamu pergi; aku tidak bisa menahan senyumku dan rasa senangku kalau sedang dekat denganmu; aku suka lihat kamu ketawa dan tidak senang lihat kamu nangis; aku benci orang-orang yang bikin kamu sedih sampai-sampai ingin ku tendang pantat mereka biar sampai ke Pluto; aku mau pegang tanganmu dan bilang pada semua cowok-cowok yang suka padamu untuk tidak lagi mengganggumu.'

Ku baca tulisannya yang panjang itu. Aku deg-degan, sumpah kalau dia bisa dengar jantungku, itu seperti ada drum band di dalamnya.

'Tidak banyak cowok yang suka padaku'

'Ada banyak, hanya kamu saja yang tidak tau. Mau aku sebutkan?'

Hah??!

"Serius?" Kali ini aku bersuara

"Iya, serius" katanya sambil senyum

"Tau darimana?"

"Di kantin belakang banyak yang ngomongin kamu, katanya susah untuk dekat denganmu."

"Aaah...aku baru tau" jawabku dengan nada seperti baru paham sambil mengangguk-angguk kecil.

"Hahaha..." dia ketawa lalu nulis lagi.

'Jadi... apa jawabanmu? Kalau kamu tidak punya rasa suka padaku, Aku akan mundur'.

Aku masih berfikir....

Hmmm... akhirnya kuputuskan

'Aku suka padamu' kutulis seperti itu, dengan malu dan wajahku yang terasa agak panas, aku yakin pipiku sudah seperti kepiting rebus, ku sodorkan buku itu padanya.

Dia senyum ketika membaca jawabanku, lalu menulis lagi.

'Jum'at, 5 september 2008 jam 22.56 WIB, Araya Shofi Hasan resmi pacaran dengan Bimo Gentama raya. Simpan bukunya untuk bukti kalau-kalau kamu lupa sudah jadi pacarku mulai hari ini. 4 menit lagi aku harus pulang'

Aku tersenyum geli campur berbunga-bunga saat baca deklarasinya itu. Tidak berani menatap wajahnya karena dia sedang melihatku intens sambil senyum penuh arti, ku tebak dia juga sama, sedang berbunga-bunga saat ini.

"Aku pulang dulu, sudah hampir jam 11" katanya memulai bicara.

"Iya, hati-hati dijalan, jangan ngebut dan langsung pulang" kataku mewanti-wanti.

"Oke, tapi nanti mau mampir dulu ada perlu di rumah temanku" katanya padaku

"Keperluan apa?"

"Besok aku ceritakan, habis ini istirahat dan langsung tidur ya pacarku?" Ujarnya dengan senyum tengil.

"Iyah" ku jawab dengan malu.

"Pamit pada orang tuamu"

"Iya, nanti aku sampaikan".

Lalu kuantar dia keluar rumah menuju motor tracker miliknya yang di parkir diluar pagar, setelah memasang helm nya dia melajukan motornya dan meninggalkan rumahku.

Aku segera kembali ke dalam dan membereskan meja ruang tamu setelah itu ke ruang tengah untuk bilang Bimo pamit pulang pada orang tuaku.

"Mah, yah, Bimo nya sudah pulang, dia pamit katanya.."

"Kenapa gak langsung pamit ke ayah?" Jawab ayahku.

"Dia kira ayah sudah istirahat, segan mengganggu".

"Bilang padanya kalau main kerumah jangan terlalu malam dan jangan bohong lagi." Jawab ayah.

Aku kaget ayah ternyata tau kalau Bimo bohong, tapi kenapa masih di perbolehkan masuk dan ketemu denganku? Biasanya ayah tidak akan melakukan itu.

"Iya yah, maaf"

Percuma untuk beralasan lagi pada ayah, jadi lebih baik aku langsung meminta maaf seperti ini.

"Yasudah, pergi tidur sana...sudah malam"

"Iya yah, Raya tidur dulu"

Aku berjalan menuju kamarku, tidak lupa ku bawa buku-buku yang tadi jadi saksi jadian kami.

Hehehehehe....aku yang sudah seperti orang gila jalan sambil cengengesan. Begini yaa rasanya pacaran hehehe...

Aku masuk kamar lalu meletakkan buku di meja kemudian merebahkan diri dikasur dan kutarik selimutku.

Ddrrtt...drrrtt.. 1 pesan masuk

>Si anakbaru^ :

[Selamat tidur ray, jangan lupa baca doa]

>aku:

[iyaa...selamat tidur Bim]

Aku baru ingat namanya di Hp-ku, sepertinya harus ku ganti

Bimo<3

Hehehehehehe...

Kututup mataku untuk segera tidur..

----Selamat malam semuanyaaa...aku akan mimpi indah----


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C13
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión