Di balaikota..
Salah seorang polisi bergegas berlari memasuki ruangan sang Baron, mengejutkan mereka yang sedang melakukan rapat di dalam ruangan.
"Gawat! Ribuan warga sedang menuju kesini!" kata polisi tersebut, terengah-engah karena kelelahan.
Sang Baron pun berdiri dan berkata, "Kumpulkan semua pasukanmu untuk bersiaga di belakang gerbang!"
"Baik, tuan!" kata sang kepala polisi yang kemudian bergegas melangkahkan kakinya keluar ruangan.
"Perintahkan semua pasukan untuk bersiap di luar gerbang. Bunuh semua pemberontak yang mendekati balaikota!" kata seorang kapten muda berbadan kekar, menoleh ke belakang ke arah bawahannya yang sedang berdiri di belakangnya.
==================
Name : Agus Gogon
Birthday : Atlas, 25 Juli 1982
Rank : Captain of the royal army
==================
Mendengar sang kapten yang baru saja memberikan perintah untuk membantai para warganya, sang Baron pun menggedor meja di hadapannya dan berteriak, "Jangan membuat keputusan sesuka hatimu!! Ingatlah bahwa aku yang berkuasa disini!!"
"Tapi jika para pemberontak berhasil mengambil alih balaikota, kami juga akan merasakan dampak buruknya. Kau harus tahu bahwa kami berjuang untuk melindungi daerah kekuasaanmu." kata sang kapten senior, masih terlihat santai menikmati cerutunya.
==================
Name : Maji Dermawan
Birthday : Atlas, 5 September 1956
Rank : Captain of the royal army
==================
"Tidak akan ada yang menyalahkanmu jika kau kehilangan sebagian wargamu malam ini, karena membunuh mereka adalah satu-satunya jalan untuk menghentikan pemberontakan ini. Kecuali kau mempunyai rencana lain untuk dapat menghentikan pemberontakan ini." kata sang kapten, mematikan cerutunya.
Karena tidak punya pilihan lain selain menerima bantuan dari para tentara, sang Baron pun merasa kesal dan hanya dapat terdiam memandangi meja di hadapannya.
"Apa yang kalian tunggu, cepatlah!" teriak kapten Agus.
"Laksanakan!" Para letnan bergegas berjalan keluar ruangan untuk memberikan instruksi kepada para prajurit.
Beberapa waktu kemudian, kerumunan para pemberontak mulai terlihat di jarak 200 meter dari depan gerbang balaikota.
"Oho.. Rupanya para petani sudah menampakkan diri, hah?" kata seorang sersan yang berdiri di atas truk, mengamati pergerakan para pemberontak dengan teropong.
Para tentara pun tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan sang sersan tersebut. Mereka terlalu percaya diri akan kekuatan mereka, sehingga membuat mereka meremehkan kekuatan tempur para pemberontak yang hanya bersenjatakan peralatan-peralatan seadanya.
"Siapkan senjata kalian!!" teriak para kopral, memberikan komando.
Para tentara yang berbaris di depan gerbang mengambil posisi bersiap untuk menembak.
"Tahan posisi!! Tunggu perintah!!" teriak para kopral.
Sementara itu para pemberontak yang tadinya penuh semangat tiba-tiba menghentikan pergerakan mereka. Mereka terlihat terkejut melihat para tentara yang sudah berbaris rapi dan bersiap untuk menembak mereka.
"Hey, kenapa ada tentara disini?!"
"Mereka semua membawa senapan!"
"Apa yang harus kita lakukan?!"
Para pemberontak terlihat gelisah melihat ratusan senapan yang sedang ditujukan kearah mereka.
"Apa yang kalian takutkan?! Bukankah kalian datang kesini untuk berjuang?!" teriak Mike, mencoba untuk menyemangati para warga. "Di hadapan kita, ada kebebasan yang harus kita rebut kembali!! Jika kalian gentar, lalu bagaimana nasib keluarga kita nanti?! Para pemanen pasti akan membantai mereka semua karena telah memberontak!"
Para warga saling memandang satu sama lain dan memberanikan diri untuk melanjutkan penyerangan. Mereka mengangkat senjata mereka dan berseru secara bersahut-sahutan.
Melihat para warga yang sudah kembali bersemangat, Mike berteriak memberikan komando, "Nyalakan semua bom asap kalian!!"
Para warga mengeluarkan botol yang mereka buat sebagai bom asap dan menyalakan sumbunya.
"Serang!!!" teriak Mike, memberikan aba-aba.
Dengan penuh semangat, para pemberontak mulai berlari menyerbu gerbang balaikota.
"Tahan tembakan kalian sampai jarak 30 meter!!" teriak sersan yang berdiri di atas truk.
"Tunggu, apa yang mereka bawa itu?!" teriak sersan kedua.
"Lemparkan bom kalian!!!!" teriak para anggota Dagelans.
"Molotov??" tanya sang kopral penasaran.
Para pemberontak mulai melemparkan bom asap secara bergantian.
"Bukan, itu bom asap!! Tembak mereka sekarang!!" teriak sang sersan.
Sambil terus berlari, para pemberontak terus melemparkan bom asap secara terus-menerus, membuat seluruh halaman depan gerbang balaikota diselimuti oleh asap tebal.
Para tentara mulai menembaki para pemberontak pada jarak 50 meter. Akan tetapi karena jarak pandang mereka terhalang oleh asap tebal yang menyelimuti jalanan, mereka pun kesulitan untuk dapat membidik para pemberontak yang terus menyerbu.
Satu persatu, puluhan warga mulai gugur berjatuhan. Namun hal tersebut tidak menyiutkan semangat mereka untuk tetap berlari menyerbu gerbang.
"Lemparkan bambu runcing!!!" teriak Mike, memberikan komando.
Di tengah kabut asap yang tebal, para warga melemparkan salah satu senjata mereka dan menghujani para tentara dengan ratusan bambu runcing.
Salah satu sersan yang sedari tadi menembaki para pemberontak dari atas truk terkena salah satu lemparan bambu runcing tepat di mata kirinya, membuatnya mati seketika.
Korban mulai berjatuhan di pihak para tentara. Mereka terlihat kebingungan dengan serangan tiba-tiba yang muncul di tengah kabut asap yang tebal. Walaupun begitu, mereka masih tetap menembaki para pemberontak dengan bidikan asal-asalan.
"Bunuh mereka semua!!!" teriak salah seorang warga yang tiba-tiba muncul dihadapan salah seorang kopral. Karena tidak sempat untuk melawan, kopral tersebut pun tewas seketika dengan luka bacokan di wajahnya.
Serangan jarak dekat akhirnya dimulai. Para pemberontak terlihat lebih unggul karena jumlah mereka 6 kali lebih besar daripada jumlah para tentara yang sedang menjaga balai kota.
"Kau bodoh, jangan menembak secara asal!!" teriak salah seorang tentara, memarahi tentara lain karena telah menembaknya.
"Sial! Hunuskan pedang kalian!!" teriak salah seorang prajurit.
Para tentara terlihat kewalahan menghadapi para pemberontak yang menyerbu secara tiba-tiba dari balik kepulan asap. Dan karena asap tebal yang menghalangi pandangan mereka, para tentara kerap kali melakukan kesalahan dan menembak satu sama lain. Dan karena hal itu, dengan terpaksa mereka pun menyimpan senapan mereka dan menggunakan pedang untuk menahan serangan para pemberontak.
"Larilah!!" Para pemberontak melepaskan kerbau-kerbau mereka, membuat hewan-hewan tersebut mengamuk dan menyeruduk siapapun yang menghalangi jalannya.
Salah seekor kerbau yang memiliki tanduk yang panjang nan runcing berlari kearah salah satu sersan yang sedang membantai para pemberontak.
"Apa-apaan ini?! Kenapa bisa ada kerbau disini?!!" seru sang sersan, terkejut melihat seekor kerbau mengamuk berlari kearahnya.
Tidak dapat menghindari serangan kerbau yang menyeruduknya, sang sersan pun tertusuk dan tersangkut di tanduk kanan kerbau tersebut. Sang sersan mencoba melepaskan diri dari tanduk kerbau itu, namun karena si kerbau terus berlari dan membuat getaran keras di tubuhnya, membuat sang sersan kesulitan untuk dapat melepaskan diri dari tanduk si kerbau. Hingga tak lama kemudian, sang sersan pun akhirnya mati dan masih tersangkut di tanduk kerbau tersebut sambil terus dibawa berkeliling menyerang secara membabi buta.
Sementara itu, Shiro dan yang lainnya yang masih belum sampai di balaikota terlihat sedang berlari terburu-buru. Mereka mengambil jalan pintas guna mendahului para warga yang juga sedang menuju ke balaikota.
"Dasar botak, kenapa kau tidak bilang lebih cepat jika mereka sudah berangkat menuju ke balaikota." teriak Shiro, terus berlari.
"Berisik! Tidak akan ada bedanya! kita tetap akan terlambat!" teriak Daddy yang berlari di sampingnya.
"Aku... Aku.. Aku tidak kuat berlari lagi!!!" teriak Akmal, terlalu lelah untuk terus berlari.
"Apa-apaan itu?!" teriak Shiro, penasaran melihat kabut asap yang menutupi jalanan balaikota.
"Bom asap! Mereka pasti pasukan dari selatan!" teriak Daddy, terus berlari.
"Sial!" Shiro menoleh ke belakang dan berteriak, "Akmal, cepatlah!!" Tanpa terlebih dahulu menunggu Akmal dan yang lainnya, Shiro dan Daddy pun terus berlari menuju ke arah kabut asap tersebut.
Tidak lama kemudian, di jarak 200 meter dari samping timur balaikota, Shiro dan Daddy melihat beberapa orang yang sedang berada di pinggir jalan, sibuk mengobati para pemberontak yang sedang terluka.
Shiro dan Daddy memperlambat langkah kaki mereka dan menghampiri kerumunan tersebut. "Hoy, apakah pria itu sedang menangis?? Di tengah peperangan seperti ini?!" kata Daddy, berjalan mendekati pria yang terlihat sedang menangis di bawah pohon.
Daddy menendang pria tersebut hingga tersungkur dan berkata, "Jika kau takut mati, maka jangan mulai peperangan!!"
Sementara itu, Shiro hanya berdiri di belakang Daddy dan terdiam, terlihat kebingungan memikirkan cara untuk menghentikan peperangan.
"Aku rasa kita perlu mengalihkan perhatian mereka untuk dapat menghentikan kekacauan ini." kata Akmal, datang mendekat bersama yang lainnya. "Shiro, coba gunakanlah jurusmu ke arah langit. Hal itu mungkin dapat untuk mengalihkan perhatian mereka. Dan ketika mereka terkejut melihat tebasan api yang berkobar di atas kepala mereka, kita gunakan kesempatan tersebut untuk menghentikan peperangan." imbuhnya, menyarankan sebuah ide.
"Jurus?? Apa-apaan itu?!" kata Daddy, terlihat tertarik dengan perkataan Akmal.
"Sesuatu yang hebat! Sebuah sayatan yang dapat mengeluarkan api pekat yang bahkan dapat membakar api biasa." kata Akmal, mendramatisir.
"Oho! Kalau begitu, lakukanlah!!" seru Daddy, melihat ke arah Shiro.
"Daddy-san, tak ku sangka kau mudah sekali percaya dengan perkataan Akmal." kata Dara yang berdiri di belakang Akmal.
"Bukannya aku percaya Shiro mempunyai kekuatan seperti itu, hanya saja aku sudah pernah melihat sesuatu yang gila seperti 10 tahun yang lalu." jawab Daddy.
"Kalau begitu cepatlah lakukan!!" seru Akmal dengan penuh semangat.
Shiro yang sedari tadi hanya terdiam, tiba-tiba mengangkat pedangnya kearah langit dan berteriak, "Dengan kekuatan bulan, aku akan menghukummu!!"
Daddy dan yang lainnya tercengang melihat apa yang barusan dilakukan oleh Shiro.
"Nah, Shiro-kun.. Bukankah sailor moon itu adalah sekelompok gadis??" tanya Dara, tersenyum polos.
"Sial, sudah kuduga! Bahkan disaat seperti ini, kau masih saja bercanda!" keluh Daddy, memukul kepala Shiro dari belakang.
Tidak lama kemudian, gerimis air menetes yang dengan cepat berubah menjadi hujan deras yang disertai dengan guntur.
Seketika suasana pun menjadi hening. Kabut asap yang tadinya menyelimuti wilayah depan balaikota mulai menghilang karena hujan yang mengguyur, membuat jarak pandang di medan pertempuran menjadi lebih jelas.
"Tehehe.. Berhasil!" Shiro tertawa dengan wajah bangga.
"Hebat sekali!! Kau bisa mengendalikan cuaca!!" teriak Daddy, terkagum.
"Heeeh??? Dilihat darimana pun, ini hanya sebuah kebetulan!" teriak Akmal, terkejut melihat Daddy yang percaya begitu saja jika hujan deras tersebut turun karena kekuatan misterius Shiro.
Please support my Youtube channel : Shiro MSFA