Elang memberitahu pak San untuk meminta salah satu pelayan wanita menemani istrinya di kamar, takut nanti istrinya terbangun dan membutuhkan sesuatu. Setelah memberi perintah ke Pak San, Elang mengajak Roy dan tuan Raksa ke ruang kerjanya. Elang melangkah menginjak satu per satu anak tangga menuju ruang kerjanya di atas.
Setibanya masuk di ruang kerja, Elang langsung memberikan pukulan ke tuan Raksa
Bugh bugh bugh
"Seharusnya kau tau siapa dirimu sekarang. Jika bukan karena kau menjual Via kepada ku, semua hutang-hutang milikmu kepadaku dan perusahaan mu sudah bangkrut dari kapan tahu" ucap Elang setelah berhenti memukuli tuan Raksa
"Kau tau aku sebenarnya ingin mengucapkan terima kasih dan bahagia kepadamu karena Putri yang kau jual padaku itu adalah Oktavia Prayuda bukan Septia Prayuda. Kenapa aku ingin melakukan itu kau ingin tau…. karena Via saat malam pertama benar-benar menyerahkan semuanya pertama kali kepada diriku bukan kepada orang lain. Dia patuh dan menuruti semua yang aku perintahkan tapi karena kejadian ini aku tak jadi berterima kasih kepadamu" teriak Elang di depan tuan Raksa dan melayangkan pukulan ke arah perut.
"Jadi mulai sekarang dan seterusnya jangan pernah kau datang untuk menemui Via atau siapapun bagian dari keluarga Prayuda tanpa izin sebelumnya kepadaku, karena Via sepenuhnya sudah menjadi milikku. Ka-u me-nge-rti tu-an Ra-ksa ya-ng ter-hor-mat" Elang melanjut katalimat sebelumnya dan di kalimat terakhir penuh dengan penekanan setiap kata yang terucap.
"Saya mengerti tuan" jawab tuan Raksa tersengal-sengal menahan sakit akibat pukulan yang dia terima.
"Pergilah kau sekarang dari mansionku ini" ucap Elang
Tuan Raksa keluar dari ruang kerja Elang diantar oleh Roy sampai depan pintu. Setelah kepergian tuan Raksa, Elang langsung langsung menyandarkan kepalanya di kursi kerjanya. Elang memejamkan matanya dan sesekali memijat kepalanya yang sedikit pusing.
"Tuan, untuk jalan keluar yang ada dan menghentikan pemberitaan tentang nona hanya dengan jalan konferensi pers saja. Tak ada pilihan lain lagi, jika menekan berita itu tak mungkin karena sudah saling menyebar melalui media yang ada di dunia ini. Kita pun harus mengundang tuan Axel Prayuda untuk mengklarifikasi semuanya. Apa tuan setuju untuk hal tersebut, jika setuju saya akan siapkan semua yang diperlukan" Roy memberi saran untuk jalan keluarnya.
"Siapkan semua yang dibutuhkan dalam acara tersebut, jangan sampai ada yang kurang sedikitpun" ucap Elang tegas.
"Roy, kembalilah ke kantor dan batalkan jadwalku hari ini semuanya. Aku ingin menemani Via hari ini. Nanti kau bawa pulang ke rumah berkas-berkas yang penting yang harus aku pelajari dan tanda tangani dulu" Sambung Elang memberi perintah kepada Roy.
Roy yang sudah mendapat perintah kembali ke kantor dan menghandle semua kerjaan tuannya. Setelah kepergian Roy, Elang membuka pintu kamarnya.
"Kembalilah ke tugasmu" ucap Elang dingin
"Baik, tuan. Saya permisi kembali ke belakang" jawab pelayan itu menundukkan kepalanya dan pamit keluar.
Elang mengangkat selimut di sebelah Via yang kosong, dia memiringkan tubuhnya menghadap Via. Elang mengangkat tangannya mulai membelai wajah Via. Elang pun mulai mencari posisi yang nyaman didekat Via.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kediaman Keluarga Prayuda
Tuan Raksa yang tiba di rumahnya langsung masuk menuju kamarnya di lantai atas. Tia yang tak sengaja papasan dengan papanya langsung mengikuti papanya. Tia masuk ke dalam kamar orangtuanya dan melihat keadaan papanya yang menyedihkan.
"Pa, papa kenapa bisa begini. Siapa yang melakukan ini semua sama papa" tanya Tia terisak tangis melihat keadaan tuan Raksa yang babak belur dan ada luka robek di pinggir bibirnya.
"Papa tak apa-apa, kamu panggilkan dokter keluarga saja sekarang" jawab tuan Raksa terbata-bata karena menahan sakit yang dia terima tadi.
"Iya, Tia akan panggil dokter. Papa disini dulu saja" jawab Tia cepat dan langsung berjalan ke kamarnya untuk menelpon dokter pribadi.
Tut tut tut
"Dok, cepat datang ke rumah sekarang. Papa sedang sakit" ucap Tia cepat kepada dokter dan langsung mematikan ponselnya.
"Mama sekarang ada dimana? Kalau bisa cepat pulang, papa sakit. Tia sudah menghubungi dokter untuk mengobati papa" Tia mengetik pesan kepada mamanya.
Tia mondar-mandir di depan kamar orangtuanya menunggu kedatangan dokter.
"Mari dokter saya antar menemui papa di dalam kamarnya" ucap Tia singkat mengarahkan dokter masuk ke dalam kamar.
Dokter mulai memeriksa tuan Raksa dengan seksama, setelah selesai langsung merapikan peralatannya kembali.
"Keadaan tuan Raksa tidak ada yang serius, saya buatkan resep obat untuk nanti diminum dan dioleskan salepnya di bagian yang luka lebam. Jika dalam 3 hari tidak ada perubahan atau semakin memburuk langsung bawa ke rumah sakit" ucap dokter tersebut menjelaskan ke Tia.
"Baik dok, saya mengerti" jawab Tia.
"Jika nanti ada apa-apa langsung kabari saya. Kalau begitu saya pamit dulu,nona" dokter itu pun pamit pulang.
"Terima kasih, dokter" balas Tia.
Dokter pun meninggalkan rumah tuan Raksa untuk kembali praktek lagi di rumah sakit. Tak lama nyonya Sandra pulang dan langsung mencari Tia anaknya.
"Tia jelaskan ke mama, kenapa papamu bisa begini. Terus itu video yang bertebaran di media sosial dan lain-lain bagaimana ceritanya, buat mama malu saja kalau seperti itu " ucap nyonya Sandra emosi
"Tia juga ga tahu papa kenapa bisa begini dan tadi pergi kemana setelah Tia cerita tentang video Via itu. Tia juga malu sekarang kalau ke kampus pasti jadi bahan pembicaraan teman-teman" jelas Tia
"Jadi apa yang harus kita lakukan kalau seperti ini. Mama akan menemui Via dan minta dia menjelaskan ini semua. Dia harus tanggung jawab karena telah membuat keluarga malu" ucap nyonya Sandra
"Kamu jangan pergi kemana-mana atau berusaha menemui Via" ucap tuan Raksa lirih
"Kenapa aku tidak boleh temui Via, jangan bilang mas seperti ini juga karena Via, hah" teriak Nyonya Sandra
"Via pingsan tiba-tiba saat mas dan tuan Elang sedang bertengkar. Mas seperti ini dipukuli oleh tuan Elang setelah sampai di ruang kerjanya. Kita semua tak boleh menemui Via jika tak dapat izin dari tuan Elang" tuan Raksa bercerita tapi tak sepenuhnya.
"Terus bagaimana ini mas, perusahaan kita bisa bangkrut kalau tak secepatnya diselesaikan masalahnya" nyonya Sandra berbicara lirih karena memikirkan nasibnya nanti jika bangkrmedia.
"Nanti mas pikirkan, tunggu Axel kembali dari kantor" ucap tuan Raksa .
"Ya, sudah mas istirahat dulu. Aku akan minta pelayan siapkan makanan sebelum mas minum obat nantinya" terang nyonya Sandra.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Perusahaan Semesta Corporation
Axel yang di ruangannya dapat telpon dari berbagai awak media sehingga di memberi perintah untuk menolak semua telepon yang masuk dari awak media.
"Video ini sepertinya saat aku harus menemui klien di hotel waktu itu dan kebetulan Via ikut bersama aku saat itu. Aku harus cari bukti secepatnya jangan sampai masalah ini berlarut-larut. Nilai saham perusahaan bisa goyah dan paling parahnya bangkrut kalau kelamaan dibiarkan" ucap Axel dalam hati.
Disaat sedang Axel sedang memikirkan hal terus dan mau menelusuri darimana ada suara telepon masuk dari sekretarisnya.
"Selamat siang, tuan. Tuan Roy dari Pratama Corporation ingin berbicara dengan anda dan ini penting "
"Baik, kau sambungkan sekarang" ucap Axel kepada sekertarisnya
"Selamat siang, tuan Roy. Ada yang bisa saya bantu" ucap Axel.
"Selamat siang, tuan Axel. Apakah anda mempunyai waktu kosong minggu ini?" tanya Roy
"Tuan Elang ingin mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi kebenaran tentang video tersebut dan beliau ingin tuan juga ada disana nantinya" lanjut Roy langsung ke tujuan utamanya.
"Baik, kapan acaranya dilaksanakan. Agar bisa dibuat jadwalnya sekarang. Bagaimana tuan Roy, kalau bisa secepatnya" jawab Axel
"Baik, secepatnya akan dikonfirmasi ke tuan Axel" kata Roy
"Saya tunggu kabarnya dari tuan Roy" jawab Axel
Setelah telpon terputus Axel langsung meminta sekretarisnya yang bernama Lisa ke ruangannya.
"Lisa sebutkan jadwal milikku selama minggu ini dan minggu depan" perintah Axel
Lisa membacakan semua jadwalnya selama dua minggu kedepan.
"Lisa, nanti kamu atur ulang lagi semua jadwal saya. Saya ada urusan yang harus secepatnya diselesaikan karena bersangkutan dengan perusahaan. Akan saya konfirmasi ke kamu tanggal berapa yang harus diatur ulang lagi, karena menunggu kabar dari tuan Roy" jelas Axel
"Baik, tuan. Kalau begitu saya pamit balik ke tempat saya" ucap Lisa pamit dan membungkuk tubuhnya sedikit.
"Hmmm" ucap Axel