Aku untukmu tapi kamu untuk dia. Aku yang sayang sama kamu tapi kamu lebih memilih dia. Lalu kalau kamu sudah sakit seperti ini salah aku, kamu atau dia?
◽◽◽
Akmal dan Althar berniat untuk mampir kerumah Rizka. Tetapi Rizka menolak mengatakan ia ingin berisitirahat saja. Mereka pun membiarkan Rizka masuk kerumahnya sendirian. Saat kakinya menginjakkan lantai rumah terdengar suara ribut dari dalam. Rizka membuang nafas dengan gusar, kepalanya pening . Ia melangkahkan kakinya lebar lebar menuju kamarnya. Sesampainya di sana dibanting pintu kamarnya dengan kasar. Menenggelamkan kepalanya di balik bantal.
"Kamu yang gak tau diri, kalau bukan karena saya kamu gak akan hidup enak kaya sekarang " bentak Farhan.
"Oh jadi kamu mau ungkit semua yang kamu kasih? Saya gak butuh butuh banget mas sama Harta kamu" jawab Dona.
"Halah , ini yang bikin saya gak betah tinggal lama dirumah. Sifat kamu yang gak pernah bersyukur Dona" teriaknya.
"Bukan saya yang bikin kamu gak betah tapi emang kamu yang punya simpanan diluar sana" ucap Don emosi.
"Apa yang kamu bicarakan Dona?! " bentak Farhan. Baru saja tangannya akan mendarat dipipi istrinya tetapi suara seseorang menghentikan tangannya.
"Stop pa" ucapnya " papa sama mama boleh bertengkar kapan aja. Tapi Rizka mohon jangan sampai main fisik. Rizka udah cukup cape sama suara papa sama mama yang tiap ketemu terus terusan kaya gini. Jangan sampai fisik kalian luka, cukup batin Aku aja yang terluka" katanya lagi.
Sudah cukup tekanan yang ia terima belakangan ini. Masalahnya dengan Rafka belum selesai, kejujuran yang harusnya ia ucapkan belum juga ia laksanakan, dan sekarang ditambah kedua orang tuanya semakin menjadi.
Ia melangkahkan kakinya keluar rumah, membawa tas kecil yang biasa ia kenakan. Hanya berisi dompet dan hape, ia enggan membawa mobil. Karena kepalanya yang masih sakit membuatnya tidak berani membawa kendaraan sendirian. Menyelusuri jalan dibawah terik matahari membuat sakit kepalanya semakin terasa.
Rizka hanya berjalan lurus mengikuti jalan, ia tidak punya tujuan kemana pun. Ia ingin menghubungi Rafka tetapi hatinya merasa tidak nyaman , jika menghubungi Akmal. Dipastikan Akmal sedang bersama Icha karena sudah 2 hari Akmal meninggalkan Icha demi dirinya. Apabila menghubungi sahabat sahabatnya ia tidak tega karena tadi dari raut wajahnya saja rasa cape sangat terlihat jelas di muka mereka. Pening dikepalanya semakin sakit ia berhenti untuk meredakanya tetapi bukannya mereda sakitnya semakin menjadi dan penglihatannya menjadi buram. Kesadarannya semakin lama semakin menipis sebelum ia jatuh pingsan ada sebuah tangan yang menahan tubuhnya. Dan saat itu juga kesadarannya menghilang dengan suara yang terus memanggil namanya.
**
Rizka tersadar dari pingsannya, mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia menatap sekelilingnya, merasa asing dengan tempat itu. Lalu pintu kamar terbuka menampak sosok lelaki yang tinggi.
"Kamu udah sadar? " tanyanya.
"Ko gue bisa disini? " Rizka nanya balik.
"Iya saya yang bawa kamu ke sini. Tadi kamu pingsan, kamu juga sudah di periksa sama dokter keluarga saya. Katanya kamu kecapean dan banyak pikiran " jelasnya " lagi ada masalah? " tanyanya lagi.
"Kenapa jadi peduli sama gue? "
"Karena saya sayang sama kamu?"
"Apa karena lo sayang sama gue. Bicara kamu jadi 'saya dan kamu'? "
"Mungkin atau karena mungkin saya menghargai kamu sebagai perempuan"
"Bahkan sewaktu gue jadi pacar lo,gak pernah gue lo hargai nil" jawabnya ketus.
"Kamu yakin mau bahas masa lalu kita sekarang? Apa gak bikin kepala kamu jadi sakit? "
Rizka diam.
"Sudah kamu istirahat saja, saya gak bakalan macem macem. Cukup dulu aja saya sakitin kamu , untuk sekarang dan kedepannya saya akan lindungi kamu" jelas Daniel.
"Terserah, gue cape " jawabnya menidurkan kembali tubuhnya dan membelangkangi Daniel.
"Iya saya tau. Selamat malam Rizka" ucapnya tulus.
Rizka tidak menjawab. Ia memilih tidur dan berharap semoga papa-mamanya akan berdamai seperti dulu. Dan ia berharap mamanya tidak menghubungi keluarga sahabat sahabatnya untuk menanyakan keberadaannya.
Ia sebenernya tidak ingin tidur melainkan memikirkan keputusan apa yang harus ia ambil untuk hubungannya dan sikapnya terhadap Daniel. Bagaimanapun Daniel dulu pernah ada dihatinya tidak mungkin ia akan membencinya seumur hidup. Karena harusnya ia sadar kalah jatuh itu memang sakit . Dan lagi disaat hatinya sudah memilih seseorang kenapa dia datang kembali? Membawa sejuta luka dan kasih sayang bersamaan? Apa cinta sekonyol ini?
***
Cahaya yang masuk kedalam cela jendela membangunkan sang penghuni kamar. Rizka menyipitkan matanya, mencoba menerima cahaya yang masuk. Setelah ia dapat menyesuaikan, ia baru bisa melihat dengan jelas. Ada seseorang yang berdiri disamping jendela dengan senyuman yang dulu ia sukai.
"Selamat pagi Rizka" ucapnya.
"Iya" balasnya.
"Masih pusing? " tanyanya.
"Udah gak, badan juga udah enakkan" jawabnya.
"Sekarang jam berapa? " tanya Rizka.
"Jam 6"
"Gue mau pulang, hari ini ada rapat evaluasi di sekolah" Rizka mencoba bangun dari tidurnya. Mengabaikan sakit kepala dan demam pada tubuhnya.
Tapi belum juga ia bangun Daniel sudah melarangnya.
"Kamu mau sekolah? " tangannya ia tempelkan di dahi Rizka " kamu masih dendam. gak usah sekolah dulu. Absen sehari gak bikin osis kamu itu berantakkan " lanjutnya.
"Kalau gue gak kesekolah Rafka bakalan khawatir yang lain juga" jawabnya enteng.
"Apa kalau kamu sekolah dalam keadaan begini mereka gak khawatir? Gak usah maksain kalau kamu emang sakit Riz" ucapnya.
"Tapi-"
"Oke kalau kamu emang mau sekolah. Tapi saya yang anter, terus terjadi keributan disekolah kamu dan bikin kesalahan pahaman lagi antara saya sama temen-temen kamu itu. Dan mereka bakalan nyalahin saya karena mereka sangka saya yang bikin kamu sakit. Kamu mau kaya gitu? Yaudah ayo kalau gitu . Saya gak masalah"
Perkataan Daniel membuat Rizka bungkam. Ada benarnya juga apabila ia kesekolah dalam keadaan demam seperti ini. Apalagi kalo Daniel yang mengantar , masalahnya dengan Rafka yang ada semakin rumit. Bukannya selesai malah menambah masalah lain.
"Yaudah gue tetap disini, tapi minta tolong bilang ke Akmal. Seengganya dia tahu dan kalau nanti aku mau pulang biar dia bisa jemput. Tolong" ucapnya.
"Its okay, saya bilang Akmal nanti. Yaudah kamu istirahat aja. Saya udah bikinin kamu sarapan di meja makan. Obatnya juga disana, saya ada urusan abis itu saya langsung ke sekolah. Saya pergi Riz" pamitnya.
**
Daniel menunggu digerbang sekolah , menunggu seseorang dan ingin menyampaikan pesan yang tadi pagi Rizka titipkan. Sesuai dengan janjinya ia akan memberitahu kepada Akmal tentang kondisi Rizka. Ia berharap Akmal akan mengerti dan tidak berprasangka buruk kepada dirinya. Daniel memang tidak dekat dengan Akmal , tetapi ia mengenal cukup baik. Setiap ia tidak bisa mengantar atau menjemput Rizka, pasti Rizka akan menghubungi Akmal.
Ia iri sebenernya dengan Akmal, Akmal bisa memperlakukan cewe dengan baik. Sikapnya yang ramah dan penyayang juga banyak disukai. Tidak seperti dirinya yang ketus, pembuat onar, keras kepala dan sifat buruk lainnya.
"Mal" panggil Daniel.
Merasa dirinya dipanggil Akmal membalikkan badannya. Dahinya mengerut bingung.
"Lo manggil gue? " tanyanya.
"Udah tau nanya" katanya angguh.
"Ada apaan? " two the point Akmal.
"Rizka ada di apartemen gue. Dia sakit, kemaren siang gue nemuin dia dipinggir jalan udah sempoyongan " ucap Daniel.
"Sakit? Ko dia mau dibawa sama lo? " tanya Akmal bingung.
"Demam badan dia, udah diperiksa sama dokter gue. Katanya jangan kasih tau siapa siapa. Kalau mau jemput, lo yang jemput" perintahnya
"Ko lo merintah gue seenak jidat lo? "
"Gue cuma menyampaikan kata Rizka doang. Tapi kalau lo gak mau jemput si gapapa biar dia nginep lagi aja" katanya menaikkan bahunya acuh.
"Yaudah nanti malam gue jemput. Jagain jangan dirusak" nasihat Akmal.
Daniel mengabaikan perkata Akmal barusan. Ia melangkahkan kakinya menuju mobil sport hitamnya.
"Dia sebenarnya baik tapi karena kurang kasih sayang orang tua jadi urakkan " gumam Akmal memperhatikan Daniel dari tempatnya.
**
Malamnya Rizka sedang bersandar ditempat tidur Daniel. Setelah kepergian Daniel tadi pagi, ia memperhatikan kamar Daniel. Rapih, bersih dan wangi tidak seperti penampilan Daniel yang bisa dibilang urakan. Ia juga menyelusuri meja belajar Daniel, terdapat beberapa bingkai. Ada satu bingkai yang membuat hati Rizka berdebar. Foto dirinya dan Daniel sewaktu pacaran. Memang tidak banyak momen yang indah bersama Daniel tetapi difoto itu adalah momen bahagia baginya.
Pintu kamar terbuka terlihat Daniel dengan seragam sekolahnya yang sudah kotor dengan noda darah.
"baru balik?" tanyanya.
"Iya gue baru balik. Keadaan lo gimana? " tanyanya.
"Ck. Gaya bicara berubah lagi" sinisnya " yaudah lo bersih bersih sana. Nanti lukanya gue obatin" lanjutnya.
Daniel melangkahkan kakinya menuju kamar mandi didalam kamarnya. Rizka bangun untuk mengambil kotak P3K di dekat dapur. Ia juga membuatkan teh manis hanya buat Daniel. Menunggu di ruang tengah lebih baik daripada harus menunggu didalam kamar.
Daniel keluar dengan rambut basah dan wangi sampo. Ia duduk disamping Rizka. Rizka membuka kotak P3K mengobatin luka Daniel.
"berantem lagi lo? " tanya Rizka.
Daniel diam.
"Kenapa gak bisa sayang sama diri sendiri si? kalo gak ada gue , yang obatin siapa"
"ya nggak di obatin lah"
Rizka diam tidak menjawab lagi
"pegel gue nanya dan nasehatin lo nil dari dulu "
"Saya gak minta kamu nasehatin Riz"
"gue peduli sama lo, makanya gue nasehatin"
"Udah gak usah nasehatin dan sok peduli sama saya Riz"
"Sorry"
Hening tidak ada lagi yang bicara. Emosi Daniel belom mereda ia tidak ingin melampiaskannya ke Rizka.
"Maaf kalo saya tadi make 'lo-gue' buat respon ucapan kamu. Emosi saya belom sepenuhnya reda" ucapnya lebih tenang dari sebelumnya.
"Iya gue tau. Udah selesai"
"Makasih"
Tidak lama bunyi bel apartemen terdengar.
"Saya aja yang buka pintu"
"Biar gue aja. lo minum teh yang gue buat "
"Oke"
Rizka membuka pintu apartemen. Matanya dan mata si tamu bertemu. Tatapan yang meminta penjelasan dan tatapan bingung. Daniel di dalam sana merasa tidak enak karena Rizka hanya tamu. Ia menghampiri Rizka didepan pintu yang terbuka tengah hingga ia tidak bisa melihat siapa orang yang datang.
"Siapa Riz? " Daniel membuka pintu lebih lebar. Tubuhnya sempat menegang hanya beberapa detik. Ditatap orang itu dengan dingin.
"Lo ngapain disini? " tanyanya.
"Pulang sama aku" pintanya
"Lo tau alamat gue dari mana? " tanya Daniel lagi.
"Riz pulang" katanya dingin.
Rizka tidak menjawab, tubuhnya masih diam mematung. Hingga tangan Rizka dicengkeram oleh Rafka.
"Ayo pulang! " ajaknya tegas.
"Gausah kasar, mau lo apa si? "
"Mau lo yang apa?! "
**
power stone dong Heheheh jangan lupa koleksi juga🙂🙂🙂
thankyou udh mau nunggu cerita ini , jangan lupa power stone