Sudah hampir dua bulan berlalu dan Charlos masih menjalani hidupnya dalam siksaan rasa rindu dan penyesalan atas perbuatannya. Hari itu Gladys meneleponnya. Sebenarnya Charlos tidak ingin mengangkat telepon itu, tapi entah mengapa ia memiliki firasat bahwa ia harus mengangkatnya.
"Halo?"
"Halo, Charlos. Akhirnya kamu mau berbicara denganku."
"Ada apa?"
"Sesuai dengan apa yang pernah kita bicarakan waktu itu di hotel Jakarta. Apa kamu masih ingat?"
"Apa?"
"Saat itu aku kita sedang berdua, bermesraan, lalu kita berhubungan seks—"
"Tolong langsung pada intinya saja," potong Charlos segera.
"Baiklah," ucap Gladys dengan nada santai. "Minggu ini aku telah memasuki usia kandungan yang ke sepuluh minggu. Kamu berjanji untuk melakukan test DNA dengan janin yang ada dalam perutku."
Charlos menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Apa yang harus kulakukan?"
"Apakah besok kamu ada waktu? Aku akan membuat janji dengan dokternya."