Descargar la aplicación
45.45% SUBTITUDE BRIDE ( PENGANTIN PENGGANTI) / Chapter 15: 14. Ikatan Benang Merah

Capítulo 15: 14. Ikatan Benang Merah

"Senang bekerjasama dengan anda tuan Sebastian. Perusahaan kami sangat menantikan hubungan perusahaan anda selama ini " Sean tersenyum formal mengambil kontrak yang baru saja ditandatangani kedua belah pihak.

Lelaki separuh abad lebih itu tertawa, " anda terlalu merendah. Karena sudah terjadi keaepakatan maka mari makan."

Sean mengangguk. Dia mengambil gelas anggur di mejanya dan mengangkat seperempat siku, " bersulang?"

"Bersulang."

Dua gelas anggur beradu dan senyum keduanya terlihat. Sean menyesap anggurnya begitupun Sebastian. Sebastian adalah owner dari perusahaan kain terkenal di Indonesia yang telah memasarkan kualitas serat kain sangat baik. Sepak terjangnya di dunia fashion sebagai pemasok bahan mentah sudah diakui mancanegara. Hal inilah yang membuat Sean sangat berhati-hati membuat proposal kerjasama antara kedua perusahaan.

Makan malam dengan mitra berjalan dengan baik. Ketika selesai, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Sean mengantar Sebastian hingga supirnya menjemputnya.

"Nak Sean, melihatmu begitu ulet meski dalam musibah aku sangat kagum padamu." Sebastian berkata ketika supir membukakan pintu untuknya.

Sean paham apa yang dimaksud oleh Seabastian. Berita tentang kecelakaan dalam pernikahannya telah menyebar. Meski identitas calon mempelai masih dirahasiakan, tetapi tidak menutup sedikit berita bocor. Dalam dunia bisnis, seperti dunia entertiment. Semakin kamu terliput, semakin baik saham peningkatanmu. Di dalam keluarga Guan, daya tarik liputan mereka adalah kemesteriusan keluarga Guan. Dari identitas, profil masing-masing personal keluarga inti, semua terhindar dari foto paparazi. Hal itulah yang mendasari penyembunyian identitas Grace bahkan dalam undangan pernikahan, Sean tidak menyebutkan bahkan nama dari calon mempelai. Hal itu tidak membuat aneh wartawan karena Guan sudah terbiasa dalam hal perahasiaan.

Seperti saat penikahan Lupin dan Anastasya, saat itu nama dan profil Anastasya juga dirahasiakan hingga hari pernikahan. Ketika itu terbuka, berita menjadi trending topik saat itu. Karena itulah kerahasiaan Justru semakin membuat mereka penasaran dengan sang diva penjerat hati pangeran es dunia bisnis.

Sean tersenyum tipis, "Guan mempelajari bagaimana urusan pribadi terpisah dengan lingkungan kerja."

"Seorang Guan memang berbeda." Sebastian tersenyum lalu masuk ke mobilnya.

"Aku menantikan pestamu nak Sean. Sampaikan salamku pada kakekmu." Ucap Sebastian sebelum supir menutup pintu mobil.

Sean tidak menjawab. Hanya membungkuk hormat mengantar kepergian Sebastian. Setelah kepergian Sebastian, Sean mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor supirnya.

"Jemput aku." Menutup telepon, Sean mencupit bagian diantara alisnya. Satu bulan ini berjalan begitu melelahkan. Dia bahkan tidak tidur dan makan dengan baik.

Butuh waktu satu jam setengah bagi Sean untuk sampai di apartemennya. Sean merasa lelah namun beberapa pekerjaan tidak dapat di tunda. Jika dia pulang ke rumah, mamanya tidak akan membiarkannya untuk lembur. Karenanya apartemen menjadi pilihannya.

Sampai di apartemen Sean langsung menghubungi Ciel untuk datang dan membawakan berkas draf perbaikan rencana peluncuran produk baru. Ciel muncul di apartemen ketika Sean baru saja selesai mandi dan hanya memakai bedrobe. Rambutnya masih basah, aroma shampo dan mint dari tubuhnya menguar membuat Ciel sedikit mengernyit.

Hubungan Ciel dan Sean dapat dibilang cukup baik. Ciel memiliki kunci cadangan apartemen Sean karena Sean sering memintanya membawakan berkas yang tertinggal jika Philip tidak ada. Seperti saat ini.

"Ini dokumen yang kamu minta. Dan ini, mami menitipkan untukmu." Ciel terbiasa memanggil Anastasya mami sejak mereka masih kecil karena keberadaan ibunya yang entah dimana. Dan itu menjadi kebiasaan hingga saat ini. Meletakkan box makan di atas meja, Ciel berjalan menuju lemari es dan membukanya.

"Apa ini? Hanya ada air mineral dan air mineral?" Ciel memandang Sean aneh. Harapannya untuk menemukan setidaknya bir atau minuman soda sinar sudah. Dengan bersungut Ciel mengambil satu botol air mineral untuk diminumnya.

"Mami tau aku tidak pulang?" Mengabaikan protesan Ciel, Sean berjalan mengambil dokumen dengan masih memakai bedrobe.

Ciel mengangguk," Peter memberitahunya."

"Oh."

"Kamu lembur lagi? Kenapa kamu begitu keras? Kudengar kamu menjalankan proyek bulan depan."

"...."

Ciel menghembuskan nafas frustasi ketika tidak ditanggapi. Berdiri, Ciel mengambil tas miliknya bersiap untuk pergi.

"Baiklah aku akan pulang dulu. Kakek berpesan agar kamu kembali ke rumah setidaknya lusa. Ada yang perlu dipersiapkan."

"Em..."

***

Boucèn La Vie - Paris

Di salah satu bangunan kuno, tembok besar bata menjulang tinggi. Dibatasi oleh pagar tanaman rambat dengan mawar merah di setiap tangkai, seseorang hanya akan melihat bangunan dengan tembok buntu tanpa pintu. Beberapa pejalan kaki jarang melewati bangunan tersebut meski bangunan berada tak jaub dari titik sentral dan dekat dengan taman. Namun jika hanya satu dua, akan ada anak-anak muda sengaja berjalan di depan bangunan hanya untuk mengambil gambar.

Seorang lelaki berpakaian putih dengan rambut panjang yang diikat satu kebawah berjalan melewati dua gadis muda yang tengah mengambil gambar. Tanpa jelas melihat, kedua gadis dikejutkan ketika tembok mawar tiba-tiba saja bergeser. Belum sempat kedua gadis itu berteriak, lelaki itu masuk dan menghadap kedua gadis sambil tersenyum. Keterkejutan kedua gadis berubah menjadi keterpesonaan berlebihan. Sebuah senyum pesona khas Asia.

"Setelah ini anda berdua akan melupakan ini." Lelaki itu berkata dengan bahasa perancis fasih sambil menyatukan kedua tangannya hingga terdengar bunyi 'clap' dan tembok mawar kembali bergeser tertutup. Tembok mawar kembali seperti biasa seolah tadi hanya ilusi.

"Apa yang kita lakukan?" Tanya salah satu gadis. Gadis disampingnya juga bingung. Kenapa mereka menghadap pagar berduri? Bukankah mereka tengah berselfi dengan punggung menghadap pagar mawar?

"Tuan."

"Ah? Kau kembali?" Membuka matanya malas, dia menatap langit-langit sebelum menatap lelaki di depannya.

"Jun."

"Ya tuan."

"Bagaimana penyelidikanmu? Kamu berhasil menemukannya?"

"Ya tuan. Gadis itu saat ini berada di LA. Seperti dugaan tuan, energi spiritual gadis itu jauh lebih besar dan murni dibandingkan dengan nona Grace. Saya mudah menemukannya namun sayang, energi spiritualnya mendadak menghilang ketika saya berusaha melacaknya tempat pastinya."

"Oh?" Sebuah senyum muncul dari bibirnya.

"Lupakan saja, dia pasti sudah memakai warisan kakeknya. Itu akan menjadi pekerjaanku."

"Ya tuan."

"Kau kembali ke Indonesia. Beritahu Dian untuk tidak bertindak semaunya atau..." Dia melirik Jun dan menyeringai, " kamu akan melihat wanita itu mengering."

"Ya tuan saya mengerti."

"Aku tidak mengerti kenapa kau bisa terjebak dalam menyukai gadis yang bahkan menyukai lelaki lain?"

Mendengar pertanyaan tuannya Jun tidak menjawab. Hanya memasang wajah tanpa ekspresi miliknya.

"Yah itu bukan urusanku. Seorang gadis yang menghianati sahabatnya sendiri adalah murid paling baik."

"Kau kembali ke Indonesia. Karirmu tidak bisa lebih buruk dari Gill. Dan terus pantau perkembangan Nares."

"Ya tuan Shu." Jun berbalik pergi. Bahkan tidak peduli dia baru saja melakukan penerbangan jauh, dia akan selalu menuruti perintah Shu.

Ditinggal sendirian, Shu bangkit dari kursi untuk duduk. Dia merenung. Sejak mengambil esensi kehidupan milik Grace, Entah sejak kepan Shu merasa hidupnya hampa. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terpikir olehnya. Dia hidup panjang, selalu muda, memiliki harta, wanita tinggal memilih, pewaris? Dia akan memilikinya jika dia mau. Lalu kenapa dia merasa kosong? Kenapa dia merasa hampa? Mengambil esensi Grace, berarti dia memiliki sedikit memori tentang gadis itu. Kebahagiaan, kesedihan, keinginan, tujuan hidup. Mengapa gadis itu memilikinya dan bahagia? Kenapa dia tidak?

Grace adalah tujuan utamanya. Darah dan esensi spiritual dari darah dagingnya adalah yang terbaik baginya. Namun sayang, Shu terlalu meremehkan anaknya.

"Grace, betapa pintarnya. Kau menuruni otakku. Andai saja kau tidak menolak untuk mewarisi semua milikku.Namun kau lupa sayang, karena kau memberikan esesnsi rohmu pada gadis itu, bukankah kau ingin aku juga memburunya?" Seolah melupakan pertanyaan-pertanyaan aneh yang sempat menghantuinya, Shu kembali ke tabiat awalnya. Menyeringai, Shu memandang keluar. Berbeda di luar, di balim pagar mawar merah, ada hamparan mawar putuh dan bunga lili yang mengelilingi bangunan.

"Putih selalu warna menyenangkan." Karena aku bisa mewarnainya sesukaku.

***

Osaka, Kediaman Nakamura.

Sudah hampir satu bulan lamanya Yuto teratur berdiri di depan pintu bambu berlukiskan pemandangan. Itu hanyalah sebuah ruangan independen dari total halaman Nakamura. Nakamura memiliki rumah bergaya khas jepang jaman Heian. Bangunan dibangun dengan mempertahankan ciri khas jepang dengan pohon bambu dan keloja mendominasi hampir di setiap sudut. Lantainya masih panggung dan terbuat dari kayu besi. Pintu geser dilapisi oleh wakane yang semua berlukisakan bunga. Setiap ruangan selalu bergandengan dengan pintu geser sebagai skat. Namun hanya satu bangunan yang terpisah dari kediaman. Itu berada di sudut timur halaman luas. Bentuknya menyerupai taman luas dengan sebuah bangunan di tengah-tengah.

Jika berjalan, kamu akan menemukan hamparan bunga sakura dan mawar warna warni termasuk mawar biru yang hanya memiliki satu petak. Di sepanjang jalan tumpukan dari bunga sakura yang jatuh akan menemani setiap langkah hingga kalian tidak dapat meninggalkan jejak. Namun tak jauh setelag hamparan bunga, bangunan di belakangnya justru diapit oleh dua kumpulan bambu hijau dan kuning. Setiap mendekat dan angin bertiup, akan terdengar suara seperti seruling alam yang dimainkan. Sangat damai.

Disitulah saat ini Yuto berlutut. Selama hampir satu bulan, Yuto bahkan tidak dapat membujuk ayahnya keluar. Dia hanya ingin penjelasan. Dia sudah meminta cuti dari tempatnya bekerja. Namun dia tidak menyangka ayahnya akan keras kepala dan dia kini kehilangan pekerjaan karena melebihi batas cuti. Yuto yakin ayahnya tahu apa yang akan dia tanyakan. Tapi ayahnya memilih tidak menemuinya.

Pintu geser terbuka, mata Yuti bersinar sejenak sebelum akhirnya meredup kembali ketika bukan ayahnya yang dia lihat. Melainkan seorang pelayan dengan yukata datang membawa nampan berisi oucha.

"Oudana sama, tuan Memerintahkan bawahan ini untuk menyampaikan pesan." Pelayan itu meletakkan teh hijau di depan Yuto yang berlutut lalu melanjutkan,

"Beliau mengatakan bahwa anda akan sia-sia. Kembalilah."

"Hmp!" Yuto mendengus. Kalau ayahnya keras kepala, maka Yuto adalah bajingan tak tahu malu. Dia tidak akan menyerah. Dia akan tetap berlutut hingga matahari terbenam. Begitu seterusnya sampai ayahnya keluar dari pengasingan. Untung saja Mio tidak menuruni keras kepalanya dan ayahnya. Tapi aspek lain. Yuto membatin.

Pelayan yang melihat kegigihan Yuto tidak bisa berkata-kata. Hanya kembali berdiri dan meninggalkan Yuto tanpa kata.

Waktu terus bergerak. Hingga akhirnya ketika matahari hampir tenggelam dan kaki Yuto mulai mati rasa, Yuto mendengar gesekan pintu disertai dengan pintu yang tergeser. Melihat dari bawah, Yuto menemukan sepasang bakiak berdiri dihadapannya naik keatas adalah sosok tampan dengan yukata kuno bercorak garis merah hitam menatapnya dengan amarah. Iris mata ungu dan birunya berkelip memancarkan aura dominan yang membuat Yuto tidak bisa berlama-lama memandangnya.

"Outousama..." Yuto berbisik.

"Kau semakin berani...Yuto."

***

Duduk saling berhadapan dengan aura dominasi dari ayahnya, Yuto merasa nafasnya sesak. Ayahnya tidak pernah marah dengan meledak-ledak. Namun ketika hatinya tidak senang, dia akan mengintimidasi orang demgan auranya. Itu jauh lebih menakutkan. Seperempat jam di dalam Yuto bahkan tidak berani berkata-kata. Hanya tetap duduk tegak dan menunduk.

Ayahnya duduk di depannya dengan bersilang kaki. Mereka dipisahkan oleh meja kecil yang berisi dua teh hitam dan kue mochi.

"Jadi?" Akhirnya Yuujin membuka suara. Menatap anaknya tajam.

Yuto tidak bisa membantu sedikit gemetar. Memberanikan diri, Yuto menunduk dan berkata, " saya yakin otousama mengetahui."

Yuujin mengangkat alisnya, "oh?"

"Lalu apa keraguanmu?"

"Mengapa Otousama menginginkan Mio untuk bersama lelaki itu? Saya masih bisa melindunginya. Lelaki itu hanya orang awam. Bahkan tidak bisa menjaga tunangannya. Dan lagi, dengan bertunangan dengannya, Mio hanya menghadapi kesulitan." Yuto mengeluarkan semua keluhan yang ada di hatinya.

Yuujin tidak buru-buru menjawab. Dia memainkan cangkir macha nya beberapa putaran. Lalu kembali menatap anaknya.

"Kenapa kau tidak bertanya pada adikmu daripada terbang bermil-mil hanya untuk pertanyaan bodohmu?"

"Apa maksud otousama?"

"Aku akan menceritakan kisah padamu. Ini terjadi beratus-ratus tahun lalu..."

Ada sebuah kerajaan pada jaman Heian. Memiliki sosok pemimpin yang andil dan bijaksana. Dia memili ratu yang sangat dicintai tanpa mengambil seorang selir. Permaisyuri memiliki dua putra dan tengah mengandung anak ke tiganya. Mereka berharap itu adalah perempuan. Sayang, keadaan permaisyuri entah kenapa menjadi buruk pada kehamilan keriganya ini. Hari demi hari dengan beban kandungan yang semakin berat, keadaan kesehatan permaisyuri semakin memburuk. Pada malam ke dua belas bulan ketujuh, kandungan permaisyuri mencapai usia melahirkan. Mengalami kesulitan dalam persalinan, kondisi permaisyuri diantara hidup dan mati. Raja yang sangat mencintai istrinya, tidak bisa kehilangan permaisyuri begitu saja. Meskipun pemaisyuri berhasil melahirkan anak perempuan, namun anak itu terlahir tidak sehat.

Dalam kesuramannya saat itulah kegelapan mendatanginya.

"Aku bisa memawarkan perjanjian denganmu. Sebagai balasannya, aku bisa menyelamatkan istri dan anakmu. Namun, karena anakmu perempuan, aku akan mengambilnya. Tapi istrimu tidak akan sulit untuk kembali mengandung." Dia adalah Ogre. Iblis bawah pemakan jiwa.

Sang Raja dalam kegelisahan tidak dapat berpikir jernih. Dengan berani mengambil kesepakatan. Ogre tertawa. Dia mengiris ujung jarinya dan memasukkan dalam sepoci lalu menyerahkan pada sang raja.

"Minumkan ini pada anak dan istrimu. Ingat janjimu. Aku akan mengambil anakmu sebagai balasan saat nya tiba. Jangan berpikir untuk lari."

"Ya saya janji."

Hari demi hari berlalu. Permaisyuri dan bayinya secara ajaib sembuh dan memiliki kesehatan yang lebih baik. Bayi perempuan itu tumbuh dengan baik. Semakin hari dia semakin cantik. Tidak hanya kecantikan yang mampu menghancurkan negara, namun kepandaian dan bakti yang dijunjungnya membuat dia menjadi kesayangan Raja dan permaisyuri beserta dua kakaknya.

Namun perjanjian tetap perjanjian. Ogre datang tepat diulang tahun putri yang ke enam belas...

"Kamu tau apa yang terjadi?" Yuujin menatap anaknya.

"Dia menyerahkan anaknya?"

"Tidak." Yuujin menyesap teh nya lalu kembali menatap anaknya.

"Raja mengingkari janjinya. Dia memanggil youmeisei terkenal di seluruh negeri untuk mengalahkan iblis itu. Mereka berhasil. Namun Raja melupakan satu hal. Darah yang telah diminum oleh permaisyuri dan anaknya bukanlah tanpa sebab. Itu adalah bentuk perjanjiannya. Pada akhirnya darah iblis Ogre yang terbangun dalam diri putri itu membuat bencana pada kerajaannya. Putri lemah lembut menjadi gadis haus darah. Dia membunuh semua orang dalam kerajaan. Bahkan ibunya. Hanya menyisakan Raja seorang. Lalu dalam keputusasaan, sang putri berkata dengan suara milik Ogre."

"Kau pikir bisa lari dariku wahai mahluk rendah. Darah yang kau minumkan pada anakmu adalah milikku. Dia adalah mempelaiku. Dia tentu akan hidup lama melebihi kalian mahluk rendah. Kau mengingkarinya. Maka kau akan menerima kutukan abadiku. Kau pikir aku mati? Kau mahluk bodoh. Kutukan ini tidak akan berakhir."

Yuujin menghela nafas, " lalu putri itu tidak sadarkan diri hampir dua puluh hari. Ketika itu orang asing datang. Dia mengaku dapat menyembuhkan putri. Dia mengatakan bahwa putri sudah ditakdirkan. Karena mengingkari janjinya, putri akan membawa darah iblis itu yang membuatnya tidak akan menua. Untuk menghapus kutukan, putri harus menikahi seorang petani dengan energi spiritual yang mengimbanginya. Namun sayang, putri itu jatuh cinta pada pangeran. Youmeisei telah mencegahnya. Mengatakan bahwa energi mereka tidak akan cocok. Tapi putri menolak dan keras kepala menikahi pangeran ."

"Pada akhirnya tidak berakhir baik. Meski hidup bahagia dengan dua orang anak . Putri terpukul melihat dia tidak menua. Satu persatu orang yang dikasihi meninggal. Hanya menyisakannya dan satu putranya. Bahkan sampai ratusan tahun, saat dia mati memilih bunuh diri tapi dia merasa tidak tenang. Karena kau tahu kenapa?" Yuujin tersenyum miris.

"Darah itu akan tetap turun menurun. Kutukan itu belum berakhir."

Ada keheningan lama diantara mereka berdua ketika Yuujin selesai menceritakan kisah itu. Yuto tampak berpikir keras sebelum akhirnya bertanya.

"Otousama, apakah kau adalah anak dari putri itu?"

Yuujin memandang marah anaknya, "apa kau pikir aku setua itu?"

Yuto batuk. Ayah, dua ratus lima tahun adalah sangat tua di jaman ini. Tapi Yuto tidak berani mengatakannya.

"Aku cucunya. Sekarang apa kau memahaminya?"

"Maaf otousama, Lalu apa hubungannya dengan Mio?"

Wajah Yuujin langsung menggelap.

"Kapan kau benar-benar menuruni setitik kepintaranku? Kenapa kau tidak sedikitpun meniru Nares?"

"Mio dan Grace memiliki ikatan takdir. Mereka setengah memiliki esensi spiritualku. Hanya saja Grace memiliki lebih."

"Jadi?" Yuto masih tidak mengerti. Kenapa ayahnya selalu mengatakan hal-hal dengan sastra? Tidak bisakah dia lebih langsung?

Wajah Yuujin langsung serius, " Artinya, baik Grace maupun Mio, pasangan mereka sudah terlihat. Beruntungnya anakmu. Dia memiki dua lelaki yang memiliki 'yang' yang seimbang dengan 'ying' miliknya. Aku hanya mengatakan bahwa Sean adalah salah satu yang terbaik. Jadi berhenti menanyakan alasan. Kau harus membantu anakmu dekat dengannya. Atau kau ingin nasib buruk menimpa anakmu."

"Otousama, bagaimana dengan lelaki satu lagi?"

"Kau tidak perlu tau. Ada hal-hal yang tidak seharusnya kau ketahui sebelum waktunya. Sekarang pergilah. Aku muak melihatmu."

"....."

***

Indonesia,

At Sean 's Apartemen

11 pm

Sean bekerja hingga larut malam. Dia masih mengerjakan rancangan proposal untuk menarik investasi dalam sponsor produk yang akan diluncurkan tiga bulan lagi ketika ponselnya berdering.

"Ya?" Tanpa melihat ID penelpon, Sean mengangkatnya.

(Darling! Bagaimana kamu masih terjaga saat ini? Apa kamu masih lembur?)

Mendengar suara mami nya, Sean menyesal telah mengangkat.

"Hanya sedikit."

(Berhenti bekerja sekarang juga atau mami akan menghancurkan apartemenmu! Cepat tidur!)

"Baik." Masih denngan menatap layar laptopnya, Sean tidak terlalu mendengarkan maminya.

(Sean, apa yang membuatmu terlalu keras. Berikan sedikit bebanmu pada Ciel. Jangan memaksakan diri.)

Kali ini Sean mendengar suara maminya agak berbeda. Itu terdengar seperti Anastasya bersedih. Sean menghela nafasnya.

"Mami, aku akan segera menghentikan pekerjaanku. Saat ini juga." Sean tidak pernah berbohong. Jika dia mengatakan akan segera memghentikan pekerjaannya, maka dia akan menghentikannya.

(Apa kamu masih insomia? Perlukah mami memanggilka dokter lagi?)

"Tidak perlu kawatir aku baik-baik saja." Meski jawaban Sean tidak koheren , Anastasya tidak mengatakan apapun. Setelah sedikit memberi petuah, maminya akhirnya menyelesaikan panggilannya. Sean menyandarkan punggungnya di sandaran kursi setelah meletakkan ponselnya. Memijit bagian atas hidungnya.

Apa yang membuatmu terlalu keras?

Sean menghembuskan nafasnya. Dia membuka laci meja. Ditatapnya sebuah surat yang terlipat rapi diatas tumpukan dokumen. Ya, itu surat dari Grace. Sean menerima itu dari Lutfian ketika pertama kali mengunjungi keluarga Grace setelah kematiannya. Namun Sean tidak mau membacanya. Hingga pada pemakaman Grace, Sean entah kenapa memiliki dorongan untuk membukanya.

Tidak ada yang spesial dari kata-kata Grace. Surat itu juga tidak berisi banyak. Satu satu lembar kertas ukuran biasa. Namun isi surat itu seolah menjadi ombak dihatinya.

Dear Sean...

Saat aku membuat surat ini, aku ragu. Apakah aku akan mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Tapi jima tidak, apakah hal itu baik untukmu?

Sebelum aku mengatakannya, dapatkah aku bertanya padamu?

Sean, apa kamu mencintaiku?

Atau kamu mencintai gadis kecil yang menyelamatkanmu?

Apa kamu bingung? Kamu pasti berpikit untuk apa aku menanyakan diriku sendiri?

Tapi Sean, kamu salah. Jika kamu mencintaiku, aku akan sangat bahagia.

Namun jika yang kamu cintai adalah gadis kecil masa kecilmu, aku tidak marah.

Aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa kalung biru safir yang aku pakai, aku bukanlah satu-satunya yang memilikinya.

Aku akan mengatakan bahwa kita tidak pernah bertemu sebelum pesta kolega saat kita berumur enam belas. Jadi, apa kamu sadar sekarang?

Aku bukanlah gadis kecil yang kamu temui. Tapi aku mengenalnya. Hanya saja aku tidak akan memberitahumu. Bagaimana mungkin ada wanita yang memberitahu gadis yang dicari kekasihnya? (^^)v

Tapi karena kamu membuatku bahagia dan sebagai permintaan maafku karena pasti akan membuatmu repot setelah kematianku, aku akan membantumu bertemu dengannya.

Dari yang mengagumimu

GRACE.

Sean linglung ketika selesai membaca surat itu. Memang benar, alasan dia dapat didekati Grace awalnya karena liontin yang dikenakan Grace ketika perjamuan saat umurnya enam belas tahun. Kalung itu tidak asing baginya. Itu mengingatkannya pada peristiwa tragis saat berumur delapan tahun. Kalung itu di desain istimewa. Sean mencoba menggambar saat kecil dan menanyakan asal desain itu. Namun semuanya mengatakan bahwa desain rumit dan jika bahan liontin dari safir itu mungkin bahkan hanya ada satu yang memilikinya. Ketika itu Sean optimis dia bisa menemukan gadis kecil penyelamatnya dengan liontin itu. Lalu Grace datang. Liontin-sifat-dan kenyamanan yang diterima dari Grace membuat Sean percaya bahwa dialah yang dia cari.

Namun surat itu menghancurkan segalanya. Dengan pertanyaan Grace, secara bawah sadar Sean menjadi bertanya-tanya pada dirinya. Apakah dia mencintai Grace? Dia kehilangan saat Grace tak ada. Tapi dia masih bisa rasional. Apakah dia mencintainya?

Lalu siapa gadis yang dia temui?

Seolah ingin melarikan diri dari rasa bersalah pada Grace atas jawaban hati yang dia ketahui, Sean mulai membenamkan dirinya dalam pekerjaan. Berkat gelang yang diberikan Mio, Sean masih bisa tertidur. Meski tidak senyenyak saat Mio bersamanya. Tapi setidaknya mimpi itu tidak seburuk biasanya. Mimpi hanya membuatnya takut saat tertidur. Namu Sean akan melupakan mimpi itu begitu bangun. Tidak seperti dulu ketika mimpi itu terus teringat bahkan saat bangun membuatnya sulit tidur.

Mengingat Mio, Sean tiba-tiba merasakan dorongan untuk mengetuk ponselnya. Bukan masalah pekerjaan, melainkan sebuah email yang rutin Philip kirim padanya. Saat ini pukul sebelas malam lebih di Indonesia. Berarti ini sama di LA hanya saja saat ini sedang siang. Apa yang dilakukan gadis itu?

Ada tiga file yang dikirimkan Philip padanya hari ini. Sean sudah melihat dua diantaranya. Itu adalah hasil pelatihan Mio dari tata krama hingga olahraga. Namun file ketiga belum dia buka. Nama folder itu cukup membuat Sean berpikir Philip sedang tidak waras. Bagaimana menurutmu? Di folder itu Philip menamai video nya ' keajaiban nona Mio.' Tidak merasa penasaran, Sean langsung membuka. Lalu sebuah video berputar.

Di dalam sana, ada seorang gadis berkuncir dua dengan seekor kucing duduk di karpet depan pemanas tradisional saling berhadapan. Itu tidak aneh. Yang aneh adalah interaksi keduanya. Disana terlihat Mio mengocok sebuah kartu tarot. Lalu membagi menjadi lima dihadapkan pada kucing di depannya.

"Sekarang Han Ssi, pertanyaannya adalah...apa aku akan bertemu dengan lelaki tampan disini? Nah sekarang kamu pilih kartunya."

"Meow..." anehnya adalah Miss Han seolah paham dengan tangan gemuknya mencakar salah satu kartu tarot menariknya sedikit. Sean hampir mati terkejut melihatnya.

Apakah kucingnya ternyata adalah kucing jenius? Bagaimana Sean tidak menyadarinya?

Terus melihat video disana Mio mengambil kartu yang dipilih Miss Han dan membukanya.

"Wah! Kamu lihat Han ssi? Lihat! Ini gambar matahari dan pria tampan! Aih...aku akan bertemu pria tampan. Ah sayang...aku tidak tahu kapan itu. Oke mari kita lanjutkan."

Mio tampak mengambil kartu terjejer dan kembali mengocoknya dengan kartu lain.

"Sekarang pertanyaannya adalah apakah Sean akan telat kembali? Mari kamu harus memilih kartu buruk sehingga Sean tidak akan kembali setelah satu bulan."

"Meow." Miss Han kembali melakuka hal yang sama dan ketika Mio membuka kartu pilihan Miss Han, lagi-lagi Mio tersenyum.

"Mwoya? Kamu benar-benar pintar! Ini kartu buruk. Berarti Sean pasti akan mengalami masalah dan tidak akan kembali setelah satu bulan. Semoga saja benar!"

Wajah Sean menggelap seketika. Tidak kembali? Masalah? Apa gadis itu benar-benar ingin dia tidak kembali?

"Baik . Karena kamu tidak ingin aku kembali nanti. Maka aku akan kembali besok ." Bibir Sean menipis merasa tidak senang dengan kebahagiaan Mio tanpa dia disana. Mengambil teleponnya, dia mengirim pesan pada asistennya untuk segera memesankan tiket ke LA besok .

***


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C15
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión