Descargar la aplicación
48.48% SUBTITUDE BRIDE ( PENGANTIN PENGGANTI) / Chapter 16: 15. OH MY! RAMALAN HAN ssi BENAR! Part 1

Capítulo 16: 15. OH MY! RAMALAN HAN ssi BENAR! Part 1

Los Angeles, Callifornia

Apartement 8 am

Dinginnya sisa angin malam merembes melalui celah kecil jendela. Di balik tirai yang tak terungkap, sosok tampan masih nyenyak tertidur dengan sebuah bingkai foto di genggamannya. Jika melihat lebih dekat, samar-samar terlihat jejak air mata mengering dan lingkaran hitam di sekitar matanya. Ketika alarm berdering, bulu mata miliknya bergetar untuk kemudian terbuka secara perlahan. Iris mata biru lembut mempesona terungkap begitu dia membuka mata.

Sudah hampir satu bulan sejak kematian Grace , Lutfian merasa dia masih terbayangi oleh Grace. Sejak pemakaman Grace, Lutfian langsung terbang ke LA. Tujuannya hanya satu. Mengambil kotak yang berada di apartemen pribadi milik Grace. Namun begitu sampai pada tujuan, Lutfian entah kenapa menjadi enggan untuk pergi ke apartemen miliknya sendiri.

Daripada apartemen miliknya sewaktu kuliah, apartemen milik Grace memiliki lebih sedikit aroma gadis itu. Grace meskipun memiliki apartemen sendiri, tapi dia selalu merecoki Lutfian di apartemennya. Membangunkannya, membuatkan sarapan, bahkan pagi-pagi buta Grace tidak akan segan menggedor pintu apartemennya meskipun memiliki kunci cadangan.

Semuanya membekas dalam apartemennya. Seolah terkunci dalam apartemen miliknya, Lutfian bahkan tidak bisa melupakan bayangan Grace satu incipun jika berada disana. Akhirnya Lutfian memikih tinggal di apartemen milik Grace. Setelah mengambil kotak yang Grace maksud, Lutfian menrmpatkan kotak tersebut dalam koper. Dia enggan membukanya.

Ketika hujan pertama di musim dingin jatuh di kota Brigne, Lutfian merasa kenangan Grace dalam ingatanya semakin kuat dan kuat. Menyebabkannya memiliki gangguan tidur. Lutfian akan terbangun beberapa kali saat malam namun ketika bangun, Lutfian bahkan tidak ingat apa yang membuatnya terbangun. Hal itu berulang hingga malam ini.

Pip

"Hm?" Menyingkirkan bingkai dalam pelukannya, tangan Lutfian maju beberapa langkah untuk menggapai ponsel miliknya.

From : Mom <3

Apa kamu baik-baik saja?

Itu adalah pesan dari Miranti. Lutfian tidak tahu apakah harus senang atau sedih memiliki mama yang serba tahu. Dilihat dari pesan mamanya saja sudah jelas mamanya mengetahui sesuatu. Lutfian bangun untuk mengetik balasan.

To : Mom <3

I am okey. Just lil bit need a rest. I hv got insomia. Kamu tahu sesuatu Mom?

Pesan terkirim. Butuh beberapa menit untuk Miranti membalas pesan Lutfian.

From : Mom <3

Tidak ada. Apa yang membuatmu sulit tidur?

Lutfian merenung. Apa yang membuatku sulit tidur? Bahkan Lutfianpun tidak tahu. Bunyi pesan kembali berdering. Pesan datang tepat dibawah pesan Miranti.

From : Mom <3

Lupakan. Menurut mama, kamu harus bisa memakai benda dalam kotak yang ditinggakkan Grace. Itu akan membuatmu tidur baik.

"Hm?"alis Lutfian merajut. Apa mama mengetahui masalah kotak itu? Seharusnya Lutfian tidak perlu bertanya. Meski Lutfian ijin hanya untuk berlibur, namun pada dasarnya Miranti pasti mengetahui alasan sebenarnya.

To : Mom <3

Apa tidak apa-apa?

Miranti cepat membalas untuk pesan itu.

From : Mom <3

Tidak apa-apa. Oke mom ada beberapa hal yang harus diurus.

Membaca balasan mamanya, Lutfian tidak lagi membalas. Meletakkan ponselnya, Lutfian memandang jam wecker bahwa itu masih pukul delapan pagi. Lutfian sudah memiliki jadwal hari ini. Siang hari dia akan pameran lukisan di salah satu universitas seni Los Angels. Sedangkan pada malam hari dia akan menonton opera bersama dengan teman semasa kuliahnya. Karena pagi ini dia bebas, awalnya Lutfian hanya akan menghabiskan waktu di apartemen untuk mengaransemen musik setengah jadi miliknya. Hanya saja melihat diluar bahwa cuaca terlihat bagus Lutfian merasa dia akan menyesal jika hanya diam di apartemen.

"Memotret bukan ide buruk." Lutfian mengangguk atas idenya. Dia bangkit dari tempat tidur mengambil handuk lalu melangkah menuju kamar mandi. Langkahnya sempat terhenti ketika dia melirik koper di samping almari. Merenung sejenak , Lutfian akhirnya memilih masuk ke kamar mandi.

***

Aroma rumput basah menguasai indra penciuman Lutfian begitu dia keluar apartemen. Lutfian menyukai aroma rumput basah setelah hujan. Dia menghirup dalam-dalam aroma ini merilekskan pikirannya. Waktu menunjukkan pukul sembilan lewat ketika dia keluar. Lutfian berencana pergi ke Griffith Park yang terletak di sebelah timur Los Angeles. Lutfian tidak memiliki mobil disini. Dan dia juga tidak berencana menyewa jasa driver. Dia memilih untuk menaiki bus bertingkat nomor 808 yang langsung mengarah ke pemberhentian bus dekat dengan taman.

Bus segera datang ketika Lutfian baru saja menginjakkan kaki di halte. Dia mengeluarkan bus card sebelum menaiki bus. Dia menggesekkan kartu di mesin pemindai terletak di samping pintu sebelum memilih tempat duduk. Karena sudah pukul sembilan lebih, meski ini hari kerja bus terlihat lenggang. Lutfian memilih duduk di kursi paling belakang tepat di sebelah jendela. Penampilan Lutfian cukup kasual. Memakai baju rajutan tebal berwarna putih dilapisi mantel hitam longgar, di lehernya tergantung kamera dengan LCD berkualitas baik. Jelas sekali melihat orang akan berpikir Lutfian adalah fotografer atau pemikiran negatifnya paparazi .

Bus melaju dengan kecepatan sedang. Pemandangan Los Angeles di pagi hari setelah hujan menjadi target bidikan Lutfian. Namun ketika melihat hasil jepretannya, Lutfian mendesah kecewa. Karena dia memotret dengan bus yang bergerak, fokus kamera menjadi sedikit blur meski masih terlihat baik bagi orang awam. Satu jam setengah perjalanan, bus akhirnya berhendi di halte dekat dengan taman.

Turun dari bus, orang masih harus berjalan kaki sekitar lima belas menit jika menuju Griffith Park. Selama perjalan itulah Lutfian memanfaatkan dirinya untuk memgambil objek yang menurutnya menarik. Tidak terasa dia sudah sampai. Dia terus membidik pemandangan di sekitar taman, Lutfian baru berhenti ketika dia sudah merasa puas. Lutfian menemukan tempat duduk di sekitar taman. Melihat hasil fotonya.

"Hm?" Alis Lutfian merajut. Melihat hasil fotonya. Seharusnya itu foto pohon winter biasa. Yang membuatnya tidak biasa adalah sosok gadis yang berdiri membelakangi kamera di depan pohon. Dia men Zoom foto tersebut untuk menemukan sedikit wajahnya. Hanya saja gadis itu benar-benar hanya menampakkan rambut cokelat lurus sepinggang. Gadis itu menarik. Di saat menjelang musim dingin dimana cuaca meski cerah namun masih terasa dingin gadis itu justru hanya memakai terusan putih dibawah lutut dipadukan dengan sepatu kets dan kaus kaki yang menjulur hingga lutut.

Apa gadis itu tidak kedinginan?

Lama Lutfian memandangi foto, dia lantas menggeser gambar. Kali ini terlihat gadis itu menengok kesamping. Fitur gadis itu begitu halus namun dinamis. Dilihat dari wajah jelas dia orang Asia. Dia membiarkan rambutnya terurai ketika angin bertiup bertepatan dengan bidikan Lutfian, gambar yang dihasilkan sungguh menakjubkan. Lutfian merasa gadis ini terlalu fotogenic. Karena merasa penasaran mengapa dia tidak sadar memotret mahkuk hidup, Lutfian kembali menzoom gambar. Namun yang didapati Lutfian bukan hal diinginkan. Di gambar tersebut, di salah satu sudut tak jauh dari gadis itu, terlibat dua orang berpakaian serba hitam memakai masker bersembunyi di balik pohon tepat di belakang gadis itu. Lutfian terkejut otomatis mengalihkan pandangannya kearah pohon dimana dia mengambil gambar.

Gadis itu masih disana!

Lutfian mendapati gadis itu masih berdiri dibawah pohon menatap keatas. Lalu ketika pandangan Lutfian jatuh pada pohon tak jauh dimana gadis itu berdiri, benar saja Lutfian mendapati dua orang mencurigakan itu masih setia mengintip. Jika itu pengawal, gadis itu jelas tidak terlihat seperti orang penting. Apa dia menyamar?

Apa gadis itu diikuti? Dilihat dari gelagatnya dua sosok dibalik pohon jelas mencurigakan dan seperti penguntit daripada pengawal. Gadis itupun tampak tidak sadar. Lutfian merenung. Hati nuraninya merasa tengah berperang. Di satu sisi bisikan untuk membiarkan semua itu karena itu bukan urusannya. Ini Callifornia. Dimana segala sesuatu buruk akan sangat buruk dengan aparat polisi yang tidak bisa berbuat banyak terhadap tindak kriminal. Senjata legal disini asal memiliki lisensi. Jima terlibat dan ternyata itu jaringan kriminal besar, bukankah Lutfian hanya bunuh diri? Dia tidak pandai bertarung. Dia hanya melakukan latihan fisik sederhana itupun agar tubuhnya fit untuk seorang pianis. Namun meluhat bagaimana wajah gadis itu tampak polos dan lugu, Lutfian merasa perasaan simpati.

"Kakak, menolong itu baik jika kamu bisa. Tapi jika tidak merasa bisa, maka lupakan."

"Lalu bagaimana jika kamu melihat orang yang membutuhkan bantuan tapi kamu tidak bisa?"

"Tentu saja aku akan tetap menolong."

"Why?"

"Karena aku ingin."

Seolah kembali nostalgia percakapannya dengan Grace, Lutfian memutuskan satu hal. Dia akan menolong gadis itu!

***

Di belahan dunia lain, sosok tegap memiliki fitur menakjubkan duduk di belakang meja pertemuan dengan aura dingin yang meyebar. Wajahnya kaku, tatapan matanya dingin. Beberapa kali dia akan menyela menjatuhkan bom verbal yang membuat orang disekitarnya ingin menangis.

Dia Sean. Semalam ketika dia meminta asistenya untuk memesankan pesawat ke Los Angeles, jawaban Asistennya membuat Sean ingin memukulkan kepalanya ke tembok.

"Maaf tuan Sean,bukankah anda harus datang ke pertemuan keluarga lusa?Tuan Lincolt telah memberitahukan hal itu pada anda siang tadi. Lalu tuan Lincolt berpesan agar anda memimpin rapat bulanan dengan beberapa dewan dan ketua dari beberapa devisi. Semua untuk peluncuran produk."

Sean kesal bukan main. Jika itu hari biasa, Sean tidak akan terlalu memikirkan masalah jadwal padatnya. Namun setelah melihat video Mio yang 'sok meramal' bahwa dia tidak akan datang tepat waktu, Sean merasa tertekan. Membayangkan wajah bahagia Mio tentang kebenaran ramalannya plus senang atas ketidakhadirannya membuat Sean menggertakkan gigi penuh emosi. Padahal Sean sudah mengizinkan Mio cuti dari jadwal belajarnya sehingga Sean bisa mengejutkan gadis itu saat di penthouse. Tapi apa ini? Ditambah dengan tidur yang tidak nyenyak beberapa hari terakhir, membuat Sean bangun dengan mood paling buruk pagi ini.

Hal itu berdampak pada pekerjaannya. Hampir semua karyawan mendapatkan teguran pedas pagi itu. Beberapa bahkan ada yang menangis setelah mendengar kritikan Sean saat melaporkan laporan bulanan pada Sean. Dan pada rapat ini juga tidak lebih baik. Seperti bom di pagi buta, semua orang menghirup udara dingin. Tidak ada yang membuat suara. Bahkan bernafaspun mereka melatih untuk tidak terlalu keras.

"Anabel? Apa kamu mengatakan model kita akan menjadi Anabel?" Suara Sean bergema karena suasana terlalu hening. Tidak ada yang berani menjawab. Ini adalah presentasi ketiga. Dan kali ini membahas tentang calon model peluncuran produk baru. Tidak ada masalah tentang beberapa ikon gaun musiman. Hanya saja ketika menyangkut model pakaian pengantin yang menjadi ikon inti peluncuran kali ini, Sean kembali mengerutkan kening.

"Pemakaian penenang, tersangkut kasus simpanan, glamour, apa kamu tidak memikirkan konsep polos dan bangsawan yang diusung gaun pernikahan kali ini hingga kamu memberikan job pada model kontroversi itu?"

Ardian yang berdiri presentasi merasakan gemetar di ujung kakinya hingga atas. Ardian masih terbilang baru di Guan corp. Pada awalnya temannya Sisi telah mengatakan bahwa Anabel tidak akan cocok. Tapi Ardian adalah seorang modern yang memikirkan tidak peduli real life seorang model, Anabel memiki postur dan wajah yang samgat cocok untuk gaun pengantin ini. Ardian tidak menyangka bahwa hal itulah yang membuatnya menjadi patung hari ini.

"Saya pikir..."

"Aku tidak butuh model seperti itu. Itu akan merusak konsep rancangan. Aku minta kamu menggantinya. Atau kamu yang akan saya ganti."

"I...ya pak!"

Selain beberapa kritikan di awal dan pertengahan presentasi, semua berjalan dengan lancar. Dua jam mencekam telah usai. Semua tidak berani keluar dulu sebelum Sean berdiri dan keluar. Baru ketika Sean keluar dengan Sebastian, seolah gunung terangkat dari bahu mereka. Semua orang di ruang rapat melemaskan tubuh di sandaran kursi.

Duduk di paling ujung samping, Ciel menggelengkan kepalanya melihat tingkah Sean pagi ini. Tidak jelas apa pemicu sepupunya itu memiliki temperamen meledak pagi ini. Yang jelas salah satu alasannya adalah kegagalan Sean untuk terbang ke LA.

"Pak Ciel."

"Ya?" Ciel mendongak hanya mendapati Siska dengam dokumen di pelukannya menatapnya memelas.

"Pak, tolong antarkan ini pada pak Sean pak."

"Kenapa saya?"

Siska memasang wajah sembelit ketika ditanya hal itu.

"Bapak tahu dengan jelas. Pak sungguh, pagi ini perut saya sudah kram dua kali. Jika sampai saya masuk ke ruangan pak Sean, saya tidak janji besok saya bisa masuk kerja karena lambung saya rusak pak."

Citra Ciel diantara karyawan adalah pangeran baik hati. Dia ramah, royal, dan mudah bercanda. Tidak aka aneh jika beberapa bawahan akan berani meminta bantuan padanya meski bukan dari devisi yang sama. Termasuk Siska di depannya.

"Letakkan saja disini. Saya akan membawanya sekalian dengan laporanku."

Wajah Siska langsung terang. Gadis dua puluh enam tahun itu membungkuk beberapa kali sambil mengucapkan terimakasih pada Ciel sebelum keluar ruangan dengan perasaan lega luar biasa.

"Pak Ciel, apakah terjadi sesuatu dengan tunangan pak Sean?" Salah satu kepala devisi pemasaran bertanya. Yang lain tampak menyimak. Sepertinya pertanyaan Roy adalah wakil dari isi kepala semua yang ada di ruangan.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

Roy tersenyum canggung, " yah karena pak Sean pagi ini sangat menyeramkan."

"Mungkin? Siapa yang tahu? Itu rahasia. Jangan sampai itu terdengar sampai luar atau kamu hanya tinggal nama disini." Nada Ciel terdengar misterius.

Sssiiiiinggg

Suasana langsung hening. Setelah mencerna dengan baik, semua yang ada diruangan kecuali Ciel memiliki pemikiran yang sama.

Apa semua Guan menyeramkan???

***

Pagi yang sedikit cerah setelah hujan badai semalam membuat Mio bersemangat. Mungkin karena hujan badai, atau karena otak Sean mendadak tersiram anggur phoenix hingga membuatnya meliburkan jadwal padatnya.

Tentu saja Mio tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini selama satu bulan dia terkurung di penthouse. Dia menjalani diet ketat,olahraga rutin, dan mengkonsumsi vegetarian yang membuat kulit cantik. Memang hasil kerja keras tidak sia-sia. Mio kini memiliki berat badan empat luluh sembilan kilo setelah memangkas lima kilo dalam satu bulan. Tubuhnya yang awalnya memiliki beberapa timbunan lemak di bagian perut, paba, dan lengan kini tampak ramping dan kencang. Selain efek dari olahraga rutinya juga karena faktor makanannya yang mulai sehat. Kulit kuning langsatnya kini tampak lebih cerah dan kenyal. Lemak di pipinya telah menirus. Karena konsumsi vit E dan juga ramuan tradisional tiongkok pemerah bibir dan pipi, kini wajah Mio memiliki kukut halus seperti kue kukus dengan merah muda di pipi dan bibirnya tanpa makeup. Mio sangat menyukai tranformasi yang terjadi pada dirinya.

Ketika memilih baju, Mio lebih bahagia ketika ukuran M atau L yang biasa pas kini dia bisa memakai ukuran S. Semua wanita tentu ingin memamerkan keindahan tranformasinya. Meski dengan cara yang berbeda-beda. Itu termasuk Mio. Mio ingin memamerkan pada dunia bahwa dia telah menjadi kupu-kupu. Karenanya dengan bodoh dia sangat percaya diri dengan terusan baju yang dipakainya tanpa membawa jaket lebih. Philip sudah mengingatkan Mio sebenarnya bahwa cuaca akan tetap dingin meskipun langit sedikit cerah. Tapi Mio tidak peduli.

Namun sayang, baru saja dia turun dari mobil Mio merasa menyesal karena tidak mengenakan jaket. Ingun meminta Philip mengambilkan jaket, Mio malu. Jadi dengan wajah pura-pura kuat Mio keluar dari mobil dengan bangga. Philip mengikuti dari belakang dengan Miss Han yang bertengger di kepalanya. Miss Han adalah kucing pemalas yang biasanya memilih hibernasi di cuaca seperti ini. Namun karena paksaan Mio kucing itu dengan enggan mengikutinya. Bulu Miss Han cukup tebal untuk menghalau dingin. Namun tidak dengan kemalasannya. Akhirnya dia memilih bertengger di atas kepala Philip berbaring malas sejak memasuki mobil.

"Hei, kamu kucing malas. Ayo ikut aku berjalan-jalan. Dengan begitu lemakmu akan menipis."

"Meow..." Miss han seolah mendengus mendengar ucapan Mio.

"Apa itu? Kucing yang pemalas tidak akan pernah mendapatkan betina yang baik!"

"Meow!" Kali ini nada suara Miss Han terdengar seolah protes. Di samping Philip yang tengah menyimak tiba-tiba menjadi terkejut.

"Oh? Ada apa dengan wajahmu Phil?"

"Nona, apakah nona baru saja mengatakan bahwa Miss Han adalah kucing jantan?"

Alis Mio menyatu seolah heran dengan pertanyaan Philip, " bukankah sudah jelas?"

Philip tidak bisa berkata-kata. Ada alasan bagaimana tuannya menamai kucing ini miss Han. Tentu saja menarik dari jenis kelaminnya. Ketika mengadopsi Miss Han, kucing ini jelas adalah betina. Kenapa menjadi jantan???? CEO! Kamu salah!!! Oh tidak! Bagaimana dokter hewan bisa salah?!

***

Mio memilih untuk ke Griffith Park setelah mencari berbagai referensi dari google. Sepanjang perjalanan dengan jalan kaki kecuali kejadian keterkejutan Philip mengetahui jenis kelamin Miss Han, semua berjalan dengan baik. Mio sampai di taman pukul delapan pagi. Satu jam dia memutari taman untuk melihat-lihat.

"Phil, bagaimana cara membeli minuman disini?" Menselonjorkan kakinya, Mio menarik nafas ngos-ngosan. Miss Han masih senang bertengger di atas kepala Philip.

"Saya akan membelikannya nona. Nona silahkan tunggu disini."

Mio mengangguk tidak menolak. Saat baru pertama kali tiba di keluarga Guan, Mio merasa aneh saat semua dilayani. Namun sekarang Mio dapat menikmati menjadi salah satu bagian dari Guan. Ah ralat 'calon' maksudnya.

Sepeninggal Philip, Mio mengamati sekitar. Suasana tidak ramai ataupun sepi. Karena ini bukan musim liburan, pada hari kerja tentu saja akan berbeda dengan hari libur. Justru yang terlihat lebih ramai adalah beberapa hantu yang melayang kesana sini. Beberapa ada yang menempel di punggung pejalan kaki, berdiri mengikuti, atau bahkan ada yang menggoda salah satu balita. Bagi Mio itu masih dalam taraf wajar. Tidak ada orang yang terbebas dari gangguan kecil seperti itu. Lagipula selama mereka tidak mendatangi psikolog terutama dirinya, membayar layak, maka Mio tidak akan melakukan amal percuma okey?

Ketika dia tengah memperhatikan sekitarnya, sebuah tangan kecik menepuk punggung tangannya. Saat berbalik Mio harus terkejut dengan penampilan sosok di belakangnya. Itu sosok anak kecil. Berwajah bersih, tubuh bersih, jika Mio tidak melihat bagaimana gadis itu melayang, Mio pasti akan mengira gadis itu manusia.

"Yes?" Karena penampilan berwajah eropa gadis kecil itu, Mio bertanya dalam bahasa inggris. Anak kecil ini bukan meminta bantuan balas dendam kan? Dia sama sekali tidak memiliki sesuatu buruk seperti koreng atau darah di wajahnya.

"Aunty, jika aku memberitahumu sesuatu sangat penting apakah aunty akan membantuku?" Gadis kecil itu mengedip polos.

"Hm?" Tidak langsung menjawab Mio justru menatap anak kecil ini. Hantu anak kecil di Eropa tidak culas kan?

"Seberapa penting informasimu? Dan kau, apa yang kau minta dariku?"

"Aunty, berjanji dulu lalu aku akan memberitahu. Ini menyangkut nyawa aunty."

"Ya?" Alis Mio bertaut. Menyangkut nyawa?

"Lalu apa yang kau minta? Energiku? Atau apa?"

Gadis itu menggeleng, "bukan itu." Memainkan kuncir rambut twingkle nya, gadis kecil itu melanjutkan.

"Aku hanya ingin aunty menemui kakak laki-lakiku. Memberitahunya mama membutuhkannya."

"Huh?" Mio bingung.

"Oke mari kita bicarakan ini nanti. Aku berjanji akan membantumu. Mencari kakak laki-laki asal alamatnya jelas itu tidak akan sulit kan?

"Baik. Aku akan bilang bahwa sekarang aunty tengah diikuti. Tujuh orang. Dengan dua dibelakang pohon, dua di dalam mobil. Sisanya menyebar. Sepertinya mereka berniat jahat."

"Heh?!"

***


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C16
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión