Putra memang terbilang cukup dekat dengan Maya. Tapi, ia selalu lemah, jika Maya sudah mulai memainkan perasaan.
"Iya, gue pasti sanggup. Gue udah pengen pulang."
Kinan suka sekali menyebutkan hal tersebut. Ia memang sudah sangat lama, ingin sekali pulang.
"Ingat, Kak. Loe nggak sendiri. Meski di depan Bunda gue terkesan abai sama loe, tapi, dalam lubuk hati gue yang paling dalam, gue juga selalu ada buat loe."
Kinan hanya tersenyum menanggapi apa yang dikatakan Putra. Ia tahu itu. Keluarganya sangat peduli pada dirinya.
"Kakak nggak apa-apa tinggal sendirian di sini?" tanya Adit memastikan.
Kinan mengangguk. "Iya, Yah. Nggak apa-apa kok. Kakak emang udah nyaman di sini."
Adit lantas berdiri, dan memeriksa sekitar. Ia hanya tak ingin, kalau-kalau ada celah yang bisa dijadikan tempat masuk oleh orang-orang jahat di luar sana.
Beberapa saat kemudian Adit kembali ke ruang tamu.