Irona sudah bisa bernapas lega. Semua baju yang berantakan tadi sudah tersimpan dan kembali rapi di dalam lemari nya.
"Capek banget, gila" ujar Irona sebari merebahkan tubuh. Ia kembali melirik jam dinding, sudah jam 11 malam. Irona beranjak untuk membersihkan wajah dan melakukan ritual rutin sebelum tidur.
"Beres. Tinggal tidur, deh"
***
Irona dan Selvia memasuki pekarangan rumah Aksa yang sangat luas. Mereka disambut beberapa penjaga, tukang kebun, karyawan, bahkan pelayang di rumah itu.
Tangan Irona masih memegang tangan sang mama dengan erat. Keringat dingin mulai bercucuran dan tenggorokannya sudah kering seperti musim kemarau.
"Na, kamu kenapa?" bisik Selvia.
"Rona takut, Ma. Rona takut kalau orangtua Aksa nggak suka sams Rona"
Selvia yang termasuk dalam kategori orangtua pengertian itu pun mengusap punggung tangan putrinya. Ia mencoba tersenyum untuk menguatkan Irona.
"Kamu yang tenang, Nak. Semuanya pasti baik-baik aja"