"Eh, sori. Gue kira nggak ada orang"
Irona menoleh ke arah pintu. Farhan berdiri dengan tatapan dingin seperti biasanya.
"Kenapa, Han? Tumben lo kesini?" tanya Aksa dengan santai.
"Gak. Lo dipanggil Daffa di luar"
Aksa menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Tumben dia nggak ke kelas?"
"Gue nggak tau. Anak-anak juga lagi di koridor" jawab Farhan.
"Oke" sahut Aksa singkat. "Aku nemuin mereka dulu, ya." Aksa mengusap puncak kepala Irona dan pergi menghampiri Farhan.
Irona menatap kepergian Aksa, dan tidak sengaja kedua matanya bertemu dengan mata Farhan dan terkunci untuk sekian detik sebelum Farhan memutuskannya.
Irona mengerjap. "Mata itu. Persis kayak mata yang gue liat di restoran"
Irona segera menggeleng. "Nggak. Nggak mungkin kalo orang itu Farhan"
"Lo kenapa, Na?"
Tiba-tiba Arina sudah duduk tepat di sampingnya. Irona yang sedang memikirkan hal janggal itupun terlonjak seketika.
"Lo bikin gue kaget, tau nggak" ucap Irona membuang napas.