"Cih!"
Decih Amara ketika mengingat kembali ucapan dari Desy, sekretaris suaminya tadi saat di cafe. Bukan, bukannya Ia marah atau muak dengan informasi yang baru saja diinfokan Desy. Malah, sebaliknya. Ia berterimakasih sekali atas informasi yang diberikan oleh wanita itu. Hanya saja, saat ini Ia marah dan muak dengan Daneil.
Huh! Pantas saja lelaki itu tak pernah mau Ia menemaninya memakan bekal makan siang yang Ia bawakan. Selalu menyuruhnya meninggalkan bekal makan siang itu, ternyata hanya agar dapat lelaki itu berikan kepada orang lain. Oh, betapa mulianya hati suaminya. Batin Amara tersenyum sinis.