"D-di mana ini?!"
Daniel membuka matanya. Dia terkejut saat dia melayang di ruang hampa yang sekitarnya hanya gelap gulita. Setelah beberapa saat, dari kejauhan terbentuklah latar yang tidak dia kenali. Banyak bangunan-bangunan tinggi, kendaraan yang tidak dia kenali.Bayangan tersebut berfokus ke lima siluet di tempat yang sepi, tiga orang berlutut di hadapan dua orang yang berdiri dan menatap mereka dengan bengis.
"(Siapa mereka?)"
Daniel kebingungan dengan kondisinya.
"Ti-tidak! Jangan ambil anakku!"
Suara wanita terdengar yang merupakan seorang ibu. Salah seorang yang berdiri dengan ikat rambut berlogo api menarik paksa siluet paling kecil di antara orang yang sedang berlutut. Temannya menghalangi wanita yang masih memegang erat tangan siluet kecil itu.
"Lepas! Ini akibatnya jika kalian menyinggung kami!"
"Le-lepaskan keluarga..ku."
Suara pria yang sangat lemah terdengar di telinga Daniel.
*swush*
Pemandangan siluet tadi menghilang. Gelap gulita menguasai penglihatan Daniel.
.
Ugh.. Di mana aku? Hutan mana ini? Mana kakakku?
I-ingatanku. Semuanya kabur. Namaku.. Daniel.. Margaku? Sial, aku lupa margaku.
Desaku, gimana dengan desaku? Ugh..
*bugh*.
.
"..-ngun."
"Hey, bangun!"
"Hwah, Natsu!"
"Hah? Apasih, kok nyebut-nyebut nama orang."
"Eh, di mana aku? Kamu siapa?"
"Kamu lupa ingatan? Gak jelas banget."
"Entah."
"Ih, terserah. Namaku Alifa, Alifa Marcelis. Kamu?"
"Aku Daniel.. Cuma Daniel."
"Em, kamu beneran lupa ingatan yah. Sini, ikut aku ke rombonganku."
.
"Ayah! Kakek! Aku nemu anak orang nih!"
Huh, ngomong seenaknya sendiri. Emangnya kau itu tuan putri?
"Ya Tuhan, Alifa. Berapa kali ayah kasih tau, jangan pergi jauh-jauh dari rombongan."
"Hadeh, dia mirip sekali denganmu Adam."
Oh, dia ayahnya Alifa. Apa orang tua itu kakeknya Alifa?
"Aku tadi lihat dia pingsan di bawah pohon, Yah. Daniel, ini ayahku dan kakekku."
"Salam kenal, Paman. Namaku Daniel."
"Hey, Daniel. Aku ayahnya Alifa dan juga ketua rombongan ini. Kau bisa panggil paman, Adam."
"Oh, anak baru. Senangnya.. Aku kakeknya Alifa. Kamu bisa manggil kakek, Kakek Arno."
"Iya, Kakek Arno."
"Baiklah. Karena Alifa dah kembali, kita harus kembali bergerak. Sebelum itu, tolong beritahu seluruh rombongan, Alifa. Suruh mereka berkumpul di sini."
Kakek Arno mau ke mana tuh?
"Ok, Yah."
"Sekarang, Daniel. Bisa ceritakan sedikit tentang dirimu?"
"Uh maaf paman, tapi aku juga kurang ingat apa yang terjadi denganku. Yang aku ingat hanya ayah dan ibuku yang meninggal saat aku kecil. Aku juga memiliki kakak perempuan yang menghilang tanpa kabar. Dan juga, desaku yang terbakar." Ugh, rasanya kepalaku mau meledak saat mencoba menggali ingatanku.
"Apa kau ingat nama desamu?"
Aku menggeleng.
"Huh.. Sulit juga, untuk saat ini kau bisa ikut kami. Tujuan kami adalah Kota Tarquis."
"Terima kasih, paman."
Aku mulai mendengar suara orang-orang mendekat. Berapa banyak orang di rombongan ini?
"Ayah, sudah kupanggil semua orang."
"Iya, terima kasih Alifa."
"Perhatian semuanya, hari ini kita punya anggota baru. Alifa baru saja menemukannya pingsan di tengah hutan. Silahkan, nak."
"Perkenalkan, nama saya Daniel." Aku mencoba tersenyum di depan kerumunan orang asing ini. Rasanya, aku tidak terbiasa dengan kerumunan.
"Apa ada yang keberatan?"
"Ya. Bagaimana dengan status anak itu? Gimana kalau anak itu merupakan buronan Tarq Army atau kota lainnya?"
"Ya, bagaimana dengan itu?"
"Ya benar."
Uh, beberapa ada yang gak suka dengan orang luar. Yah, mau gimana lagi.
"Tenang! Aku bisa menjamin kalau Daniel bukan orang yang bermasalah."
Ah, terima kasih paman. Kurasa itu merupakan pertaruhan yang berbahaya.
"Lalu bagaimana dengan marganya? Aku takut dia satu marga dengan beberapa tiran kota."
"Daniel lupa ingatan. Dia juga kurang tau dengan asal-usulnya."
"Apa-apaan ini? Sejak kapan kita memungut orang ke rombongan kita?"
"Aku tahu itu, Nokk. Tapi dia tidak berbahaya sama sekali, kau bisa pegang kata-kataku."
"Terserah kau."
Kurasa Nokk tidak jauh beda denganku. Mungkin umur 19 atau 20-an.
"Em, ada yang lainnya?"
Beberapa orang mulai balik badan mengacuhkan Paman Adam.
"Baiklah, itu saja. Kalian boleh kembali ke aktifitas kalian."
-
Para anggota rombongan mulai pergi, kembali melanjutkan aktifitas mereka masing-masing. Dirasa sudah selesai, Adam mengajak Daniel masuk ke salah satu kereta rombongan. Alifa dan Arno mengikuti.
"Omong-omong, kita sampai di Kota Tarquis tiga hari lagi dengan kecepatan ini Daniel." Adam memulai percakapan.
"Iya." Daniel membalas seadanya.
"Jadi, apa yang mau kau lakukan Daniel?"
"Entahlah paman, mungkin aku akan ikut kalian ke Kota Tarquis dan berpisah di sana."
"Apa kamu punya tujuan lain, nak?" Kakek Arno ikut angkat bicara.
"Mungkin ada.. Aku ingat, kalau aku punya seorang kakak perempuan. Namanya Schnee."
"Ah, begitu."
Mereka menghabiskan waktu dengan ngobrol sepanjang perjalanan.
-
Dua hari kemudian.
Adam sudah memberi Daniel bagiannya dalam rombongan, yaitu ikut berburu makanan. Daniel pun mengikuti arahan Adam untuk mengikuti Nokk. Ternyata Nokk adalah wakil ketua dari Adam sekaligus ketua grup pemburu rombongan itu. Nokk mau tak mau mengajari Daniel dasar-dasar dari berburu.
Setelah dirasa cukup, Nokk yang tak ingin berburu dengan Daniel mengutus tangan kanannya, Sin untuk menemani Daniel berburu. Sin berpenampilan sederhena, memakai pakaian desa dengan rambut abu-abu berponi yang hampir menutupi matanya yang memilik iris berwarna biru laut. Sin yang terkenal sebagai laki-laki yang jarang berbicara pada siapapun mulai ramah dengan Daniel. Adam yang mengetahui itu mengapresiasi Daniel karena berteman dengan Sin. Daniel penasaran mengapa partnernya dulu dikenal pendiam.
"Paman, apa yang terjadi dengan Sin dulu?" Daniel mengampiri Adam saat sedang menebang pohon.
"Ah iya juga. Kau kenal Marga Kitana? Itu keluarga Sin. Dari yang paman dengar selama perjalanan, keluarganya dibantai oleh pasukan kota terlarang. Tidak ada yang tahu penyebabnya. Sin lah satu-satunya yang selamat dari pembantaian itu. Kami menemukannya sedang berburu di hutan. Dan kita semua sepakat untuk tidak membahas itu lagi didepannya." Adam menghentikan kegiatannya dan menyuruh Daniel duduk di sampingnya.
"Oh begitu, aku jadi tidak enak dengannya. Kurasa aku dan dia itu satu nasib."
"Setidaknya kau masih punya kakak meskipun kau belum tahu keberadaannya."
Adam tersenyum sambil mengusap kepala Daniel.
-
Suatu hari saat Daniel dan Sin sedang mengejar rusa, mereka mendengar suara yang kencang. Tanah dan pohon juga bergoyang.
*crack* *crack* *brugh*
"A-apa yang terjadi?! Sin, tetap di dekatku!" Daniel menghentikan langkahnya, jongkok dan memperhatikan sekitar.
"Gempa bumi? Kita harus cepat kembali ke rombongan, Niel!" Sin menarik lengan baju Daniel.
"Aku di belakangmu!"
Daniel dan Sin meninggalkan kejarannya dan berlari kembali kearah rombongan. Setelah beberapa saat, mereka mulai melihat Adam dan Alifa sedang mengumpulkan orang-orang rombongan.
Tiba-tiba muncul pusaran hitam di belakang Adam yang perlahan membesar. Daniel yang melihat itu pun menarik lengan Sin agar jangan berlari ke sana. Setelah pusaran hitam itu seukuran Adam, orang-panik. Adam dengan cepat menarik Alifa untuk menjaga jarak dengan pusaran hitam itu. Saat pusaran hitam jtu mencapai ukuran kereta rombongan, pusarannya mulai menarik sekitarnya masuk ke dalamnya. Adam yang kaget dengan tarikan pusaran tersebut mendorong Alifa menjauh agar tidak ikut dengannya. Alifa yang baru sadar dengan apa yang terjadi mencoba menggapai ayahnya namun ditarik oleh Nokk dan berusaha menjauh dari sana. Pusaran hitam itu dengan cepat bertambah besar dan daya tariknya semakin kuat. Orang-orang mulai berhamburan kesana-kemari. Daniel yang bingung langsung tersadarkan oleh Sin untuk segera lari dari tempat itu.
"Bagaimana dengan Alifa?!" Daniel yang berdiri hendak lari menghentikan gerakannya.
"Dia aman bersama Nokk! Sekarang waktunya memikirkan diri kita sendiri jika kita gak segera menjauh dari sini!"
"(Maaf, Alifa.)" Daniel dan Sin mulai berlari.
*whoos*
"A-apa?!"
"Aku ketarik! Sin pegang sesuatu untuk bertahan!"
*ctak*
"A-aah! Daniel!" Batang yang dipegang Sin patah.
"Pegang tanganku, Sin!" Daniel berusaha menggapai Sin namun apadaya, Sin sudah jauh darinya dan mendekati pusaran hitam itu.
"(Apa ini akhirku? Padahal aku belum memulai ceritaku untuk mencari kakakku.)"
*brugh* *whooos*
Pohon yang dipegang Daniel pun tercabut dan terbang menuju pusaran hitam yang makin lama makin besar itu.
Wohoo~
Bagaimana dengan prolog ini?
Kalau kalian kurang puas dengan susunan kalimatku, aku akan pikirkan cara untuk merubahnya.
Aku berharap kalian menikmatinya!
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Lexif out.
Gelap.
Kegelapan yang sama.
Aku Daniel. Anak yang lupa ingatan tentang keluarganya sendiri kecuali kakaknya seorang. Aku ditemukan di tengah hutan oleh Alifa Marcelis. Seorang anak perempuan yang berambut hitam panjang. Setelah itu aku dibawa ke rombongannya. Singkat cerita, pusaran hitam tiba-tiba muncul secara misterius yang mulai menyerap rombongan kita.
Dan aku.. Terjebak di kegelapan ini lagi.
-
Keras.
Daniel merasakan dia berbaring di atas bebatuan. Dia mengangkat kepalanya untuk melihat sekitar namun hanya bebatuan dengan beberapa cahaya hitam menyala di sudut stalaktit yang dilihatnya. Badannya terasa berat, dia berusaha duduk dan bersandar ke salah satu dinding batu tersebut.
"(Goa? Goa mana ini? Pusaran hitam itu memindahku?)"
"Sin?" Daniel memanggil temannya namun tidak ada sahutan.
"(Kenapa gak ada jalan keluarnya sih? Ugh, perutku keroncongan. Berapa lama aku tidur di sini? Lebih baik tidur lagi.)"
-
*duar* *brugh brugh*
Dinding batu di seberang Daniel runtuh karena suatu ledakan. Ledakan itu seukuran manusia dewasa dan membangunkan Daniel namun dia terlalu lemas untuk memeriksanya.
"Cepat lari dari sini!"
"Awas!"
"Gyaah!"
Terdengar suara orang-orang dibalik lubang dinding tersebut. Daniel ingin berteriak tapi dia hanya bisa bersuara lirih.
"A-aku di si..ni."
*Gawr*
*Eeeek!*
"(Suara apa itu? Apa orang-orang itu dalam bahaya?)"
*dugh dugh dugh* *srrack*
Tiba tiba ada seorang laki-laki yang masuk ke tempat Daniel terduduk.
"Hahh, hahh, hahh.. Aku gak habis pikir sama guildku sendiri. Seharusnya aku gak bergabung di sana."
"(Ada orang yang masuk?)"
Daniel hanya melihat samar-samar di sebelah lubang dinding tersebut ada seorang manusia. Dia berusaha menggerakan tangannya untuk menggeser batu kecil di sebelahnya agar orang itu menyadarinya.
*Eeek!*
"Ti-tidak! Aaaah!"
*jrot*
Kepala monster berwajah mirip dengan pterodactyl namun dengan gigi taring di setiap ruas giginya memasuki lubang dinding Daniel dan berteriak saat menemukan laki-laki yang bersembunyi tadi.
"(M-monster?!)"
Ditambah dengan keadannya yang sekarang, Daniel yang terkejut langsung berpura-pura mati. Setelah beberapa saat terlewati, keadaan mulai kembali sunyi.
*(Manusia. Apa kau ingin selamat dari tempat ini?)*
"(S-suara? Siapa kau?)"
Tiba tiba Daniel mendengar suara berat muncul di dalam kepalanya.
*(Aku tidak akan mengulangi lagi. Apa kau ingin selamat?)*
"(Persetan. Aku ingin selamat. Jadi bagaimana?)"
*(Hahaha. Baiklah, ambilah benda yang ada di depanmu.)*
Munculah cahaya kuning ungu di depan Daniel. Daniel yang sudah siap langsung menggenggam cahaya itu.
*(Bagus. Sekarang masukkan itu ke dalam dadamu.)*
"(Apa ini lelucon? Aku bisa memegang cahaya? Dan apalagi ini, masukkan cahaya ini ke dadaku?)
*(S.e.k.a.r.a.n.g.)*
"(B-baik baik, tenanglah.)"
Daniel susah payah mengangkat tangannya yang tidak bertenaga ke dadanya. Cahaya tersebut menembus pakaian Daniel dan memasuki dada.
*dug dug*
"A-argh! A-apa yang kau laku-kan padaku..?!"
Daniel merasakan sakit yang tak terhingga di setiap sudut tubuhnya. Cahaya ungu mulai menyelimutinya. Setelah beberapa teriakan Daniel berhenti, cahaya tersebut memudar. Sosok Daniel sekarang terlihat sehat namun masih tetap dalam posisi duduknya. Lalu dia mencoba berdiri.
Daniel terlihat memakai kemeja hitam berlengan panjang dan celana cargo berwarna abu-abu gelap.
"W-wow! Aku pulih."
*(Tunda bahagiamu, Manusia.)"
"Ada apa?"
*(Kau pikir itu gratis, Manusia? Tentu saja tidak. Sekarang dengarkan aku.. Pertama-tama, aku ingin kau mengumpulkan Dark Orb yang banyak dan sepuluh Shadow Key untukku. Catat itu di kepala Manusiamu. Aku tidak ingin ada pertanyaan. Sekarang aku ingin istirahat.)*
"(Tunggu! Orb apa?! Dan juga, apa itu Shadow Key?)"
Tidak ada balasan dari suara berat tersebut selama beberapa saat. Daniel tidak tahu harus bagaimana hanya bisa terdiam dan memikirkan hal yang lebih penting untuk sekarang.
"Hahh.. Kurasa aku harus keluar dari tempat ini dulu."
Daniel segera menuju dinding berlubang di depannya. Betapa terkejutnya dia melihat darah dan anggota tubuh manusia berceceran di mana-mana. Dia berusaha tetap tenang.
Cahaya ungu mulai bernafas secara perlahan di dadanya. Entah bagaimana, Daniel mulai merasa tenang.
Di salah satu sudut goa itu terdapat sebuah kristal berukuran manusia dewasa. Daniel yang penasaran segera menghampirinya. Kristal tersebut terlihat melayang dan memantulkan cahaya seperti kaca.
Di sana, yang dia lihat bukanlah tubuh seorang remaja laki-laki lagi, melainkan tubuh seorang pria dewasa. Tubuhnya telah tumbuh menjadi tubuh pria yang kira-kira berumur 22 tahun. Rambutnya hitam berantakan dengan beberapa helai biru di surai kanannya. Irisnya berwarna ungu gelap dan kulitnya memutih.
"Wow.. Apa ini ulah suara misterius itu?"
"(Uh omong-omong, kristal apa ini? Aku sama sekali tidak bisa membawanya.)"
*(Oya Manusia. Aku lupa memunculkan itu. Anggap saja itu cara lainku berbicara denganmu.)*
「System Activated」
"(Apa ini?! Hei suara!)" Daniel terkejut saat layar biru gelap transparan melayang di depannya.
「Recognizing Owner」
*(Cobalah pikirkan statusmu dan lihat apa yang terjadi.)*
"(Status? Semacam apa? Kartu dentitas kah?)" Daniel bingung memikirkannya. Akhirnya dia mencoba berpikir tentang kartu identitas yang hanya dia dengar dari teman-temannya di rombongan.
「Status」
「Player : Daniel Aki」
「Level : 001」
「HP : 221 MP : 269」
「Job : (Hidden)」
「Skills : [Active] [Passive]」
「Eternal Fire(0.0%) Clairvoyance(0.0%)」
「Shadow Step(0.0%) Fire Resistance(0.0%)」
「Appraisal(0.0%) Night Vision(0.6%)」
「(Locked) Iron Will(1.0%)」
"W-wow.. Ini kartuku? Aku cuma mengenali beberapa dari skill ku. Aku penasaran apa orang lain juga seperti ini."
「Inventory Added」
"(Inventory?)"
*(Pegang kristal itu dan pikirkan bahwa kau ingin menyimpannya.)*
"(Ah, ok.)"
Daniel mencoba menyentuh kristal besar di depannya dan melakukan apa yang dikatakan oleh suara misterius tersebut. Yang terjadi selanjutnya adalah kristal tersebut menghilang dari penglihatan Daniel.
"H-hah?!"
*(Itu kunamai Dimensional Rift. Main-main cukup. Sekarang aku akan istirahat dan aku tak mau diganggu.)*
「Skill : Dimensional Rift Acquired」
「Description : Player has the ability to tear inter-dimensional space. Player may sent an item(s) to it. Living creature prohibited. After mastering it, Player may enters into the inter-dimensional space and brings living creature into it.」
"(Wow.. Omong-omong ini bukan bahasa yang aku kuasai tapi kenapa aku bisa membacanya? Ulah si suara misterius lagi?)"
Sesaat setelah kekagumannya mereda, Daniel mempelajari semua skills nya. Dia membuka semua deskripsi skills nya dan ada dua hal yang dia bingungkan. Ada satu skill nya yang terkunci dan job yang dia miliki tersembunyi. Daniel mencoba memikirkan cara agar dapat membuka keduanya namun akhirnya mencapai jalan buntu. Satu-satunya cara agar semua pertanyaannya terjawab adalah dengan berbicara dengan si suara misterius di kepalanya. Daniel memutuskan untuk melakukan apa yang suara itu minta. Mengumpulkan Dark Orb dan sepuluh Shadow Key.
Hai!
Bagaimana dengan chapter ini?
Menurut kalian, aku harus memberi tulisan per chapter atau hanya judulnya saja?
Please let me know, haha..
ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー
Lexif out.
Comentario de párrafo
¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.
Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.
ENTIENDO