Ciiitttt...
Brukk!!
"JOVAN!!" Seorang gadis berteriak dari seberang jalan begitu melihat sosok yang ditabrak mobil malam itu.
Setiap orang yang melintas di jalan itu mengerumuni sosok pria, korban kecelakaan yang baru saja terjadi.
Helen, sang gadis yang tadi berteriak kini memaksa untuk menerobos kerumunan itu dan menangis sejadinya begitu melihat sosok yang ia panggil 'Jovan' sudah tergeletak lemah 'tak sadarkan diri dengan seluruh tubuh yang mengalami luka parah. Darahnya mengalir deras.
Helen terduduk lemas di samping Jovan dan memeluknya erat sambil meminta bantuan dari orang-orang yang mengerumuni mereka dengan air mata yang terus mengalir.
***
Tik..tik...tik...tik..
Suara ketikan terdengar di dalam kamar Elish. Suasana di kamar itu begitu hening. Cahaya lampu yang redup menambah kesan gloomy pada kamarnya.
Saat ini Elish sedang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya. Ia menaruh laptop di atas kedua pahanya dan fokus pada tugasnya hingga ia tidak sadar bahwa seseorang sedang mengintipnya di balik pintu kamarnya yang sedikit terbuka.
"Kusarankan untuk mengganti lampumu." Akhirnya Eva, sosok yang mengintip Elish sedari tadi, masuk ke dalam kamar Elish.
"Hmm.." Balas Elish singkat tanpa berpaling sedikit pun dari laptopnya dan terus mengetik.
Eva mengambil posisi duduk di samping Elish. Ia mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.
Cekrek! Cekrek! Cekrek! Cekrek!
Suara kamera ponsel Eva berbunyi berkali-kali. Eva mengambil beberapa foto wajahnya dengan pose dan ekspresi yang berbeda-beda. Tidak lupa dengan filter.
Bosan dengan ponselnya, kini ia menyambar ponsel Elish dan memperlakukan kamera ponsel Elish selayaknya kamera ponselnya.
Elish melirik Eva sebentar dan mengatakan, "Kalau sudah dikirim, jangan lupa hapus." Dan dibalas Eva dengan jari yang menunjukkan simbol oke.
"Elishabeth Eirene. Jangan biasakan menaruh laptop di atas pahamu. Setidaknya gunakan alas. Dan lebih baik lagi kalau kau meletakkan laptop di atas meja. Tidak baik untuk kesehatan." Omel Eva panjang lebar sambil tangannya sibuk memindahkan laptop Elish ke atas tempat tidur.
"Dan jangan biasakan memakai laptop dengan cahaya yang minimalis begini. Aku tidak mau direpotkan dengan matamu yang rusak akibat kebebalanmu sendiri." Sambung gadis itu lagi.
"Hmm.." Sahut Elish.
Elish menghentikan aktivitasnya mengerjakan tugas. Ia menyimpan file tugasnya dan mematikan laptopnya.
Elish kemudian mengambil sweaternya dari gantungan di balik pintu kamarnya dan mengenakannya.
Gadis itu berjalan keluar dari kamar diikuti Eva dari belakang.
"Ah.. kunci." Elish kembali ke kamar dan membuka laci mejanya. Ia sedikit mengacak isi lacinya dan akhirnya menemukan benda yang ia cari, kunci.
Ia berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu kamarnya. Dan kemudian berjalan menyusul Eva yang sudah berdiri di teras rumahnya.
"Sudah?" Tanya Eva begitu Elish sampai di teras.
"Hm, ayo." Ucap Elish sambil menarik Eva pergi setelah mengunci pintu rumahnya.