Lima menit setelah kedua wanita itu berseteru, pintu ruang tamu terbuka. Seorang pria dengan setelan jas hitam dan dasi biru melangkah masuk dengan terburu – buru. Pria itu melepas sepatunya dan meletakkannya di pojok ruang tamu.
"Lihat siapa yang telah kembali!" ujar Greta dengan bahasa asing yang tidak dapat dimenegerti Lisa.
"Mama!?" Oscar terperanjat melihat sosok ibunya di ruang tamu, duduk berhadapan dengan Lisa.
Lisa bangkit dari sofa dan menjauhi Greta yang masih duduk. Ia memandang Oscar dengan tatapan sengit. Bagaimana Oscar tidak tahu ibunya akan datang berkunjung?
"Mama kapan datang kemari? Ada apa ini? Kenapa kamu ke sini malam – malam!?" tanya Oscar dengan bahasa asing. Alisnya sedikit mengernyit heran. Pria itu menghampiri ibunya kemudian duduk di kursi yang tadinya diduduki oleh Lisa. Oscar melambaikan tangannya kepada Lisa untuk bergabung bersamanya.
"Jangan takut sayang, ada aku," bisiknya kepada Lisa. Suara pria itu terdengar sangat tenang dan lembut, sehingga Lisa tidak lagi bergidik dan canggung seperti sebelum Oscar datang.
"Tolong jelaskan mengapa kamu tidak memberitahu mama kalau kamu sudah menikah!" tanya Greta dalam bahasa asing.
"Mama gunakan bahasa Indonesia agar Lisa paham!" perintah putranya.
"Baiklah. Jika bukan karena kamu Oscar aku tidak akan meladeni permintaanmu!" Wanita itu terlihat sangat menakutkan, aura di sekitar wanita itu mendadak mencekam. "Mengapa kamu tidak memberitahu mama ketika kamu menikah?" tanya wanita berambut pirang itu dalam bahasa Indonesia dengan aksen yang kental.
"Sebelumnya aku mau berterima kasih karena mama sudah datang ke rumah tanpa pemberitahuan!" sergah Oscar dengan intonasi sarkastik.
Meskipun Lisa tidak tahu bagaimana hubungan Oscar dengan ibunya, Lisa dapat memastikan hubungan di antara keduanya sangat tidak baik! Oscar tidak pernah sekalipun menceritakan tentang ibunya kepada Lisa. Yang Lisa tahu dan kenal hanyalah ayahnya yang dahulu menjabat sebagai presdir Petersson Communication.
"Mama jauh – jauh dari Swedia gara – gara Papa kemarin cerita ke mama kalau kamu sudah beristri! Tapi kamu tidak memberitahu mama siapa calon istrimu dan kapan kamu menikah!? Permainan konyol apa ini Oscar? Bagaimana bisa kamu tidak mengundang Mama ke pernikahanmu!" Ekspresi wajah Greta semakin terlihat serius, nada suaranya semakin meninggi.
"Tiga bulan lalu aku memberitahu Papa kalau aku akan menikahi Lisa. Bagaimana mungkin Mama baru tahu sekarang!?" Oscar menjawab ibunya dengan ekspresi datar dan dingin.
"Mama sama sekali tidak menerima pesan baik lewat surel maupun pos! Tiba – tiba saja Mama dapat kabar dari Papa mengapa kamu tidak pulang sebulan lalu untuk menghadiri acara pertengahan musim panas di Swedia karena kamu sudah punya istri! Bagaimana hatiku tidak terguncang Oscar!" Greta semakin naik pitam, ia bangkit dari sofa dan mengacungkan telunjuknya ke dagu Oscar.
"Akhir – akhir ini aku sibuk Ma! Aku sering dinas ke luar kota dan menghadiri rapat –rapat besar dengan perusahaan - perusahaan ternama lainnya di Indonesia! Tentu saja aku tidak bisa menghadiri acara pertengahan musim panas seperti biasanya Mama!"
"Baik, kalau begitu tolong jelaskan kepadaku mengapa kamu menikahi seorang wanita murahan seperti dia!" Jari telunjuk Greta menunjuk ke arah Lisa yang masih duduk terdiam, memperhatikan putra dan ibunya berseteru.
"Mama jangan sembarangan kalau bicara, Lisa ini istriku!" bentak Oscar. Kesabarannya sudah hampir habis.
Lisa yang masih duduk di sofa kemudian bangkit. Lisa sangat kesal melihat ibu mertuanya menjelekkan dirinya di hadapan Oscar. Tanpa banyak pikir, Ia memberanikan diri untuk berbicara dengan ibu mertuanya, "Bu, jika memang saya rendahan dan tidak pantas menikah dengan Oscar. Ibu bisa pergi dari rumah ini dan jangan kembali lagi!"
Mendengar kalimat Lisa yang menyakitkan itu, hati Greta terasa dibakar. Ia mengacungkan telunjuknya ke wajah Lisa. "Dasar kampungan! Begini ya caramu berbicara dengan mertuamu!?"
Lisa berhasil membuat Greta kesal. Senyum puas muncul di wajahnya. "Baik berarti anda mengakui bahwa saya adalah menantu anda ya? Tadi saya dengar ibu bilang kalau ibu adalah mertua saya?"
Greta tidak berkata apa – apa, ia hanya malu telah dikelabuhi oleh Lisa. Wajahnya merah padam, ia tidak dapat menyembunyikan rasa malunya di depan Lisa dan Oscar.
"Kalian orang – orang kelas bawah memang pandai berbuat licik ya? Tidak heran aku sangat jijik dengan kalian!"
Melihat ibu dan istrinya bertengkar seperti anak kecil, Oscar melerai keduanya. Ia menarik Lisa dari hadapan ibunya dan berkata, "Lisa, aku minta kamu naik ke kamar. Ada yang ingin kubicarakan dengan Mama secara empat mata.
"Baiklah, aku naik dahulu. Ibu, saya izin pamit duluan." Lisa menundukkan kepalanya dan melangkah keluar dari ruang tamu.
Lisa kembali ke kamarnya berusaha untuk tidur lebih awal, tetapi hatinya sangat cemas. Ia benar – benar tidak menyangka bahwa ibu mertuanya sangat membencinya. Lisa berharap suaminya membela dirinya di bawah ketika ibu mertuanya menjelekkan dirinya. Ia yakin Oscar akan membelanya.
***
Di lantai dasar, di ruang tamu. Ibu dan putranya berseteru tajam soal pernikahan putranya. Oscar kembali duduk di sofa tepat di depan Greta. Ia masih tidak bisa habis pikir mengapa ibunya rela terbang jauh – jauh dari Swedia hanya untuk menanyai soal pernikahan rahasianya dengan Lisa. Peter ayahnya sudah mengenal Lisa lama sebelum Oscar bertemu dan menikah dengannya. Mengapa Ibunya belum pernah mendengar tentang Lisa sedikit pun? Apakah ayahnya tidak menceritakan betapa hebatnya karir Lisa kepada ibunya sama sekali?
Greta menyilangkan kaki jenjangnya, ia kembali menyeruput teh yang kedua setelah Lisa pergi meninggalkan ruang tamu. Wanita paruh baya itu membuka percakapan dengan putranya menggunakan bahasa asing.
"Oscar, mama sungguh tidak percaya seleramu sangat buruk! Bagaimana mungkin wanita seperti itu bisa membuatmu terpana? Dia wanita murahan Oscar! Kita adalah keluarga bermartabat, kau seharusnya malu menikah dengan wanita seperti itu!" Greta sangat marah dan berharap Oscar dan Lisa bercerai.
Mendengar kalimat ibunya Oscar semakin kesal dan marah. Ia menatap ibunya tengan tatapan sengit dan tajam, "Maksud mama penglihatanku buruk sehingga aku harus periksa ke dokter mata begitu?"
"Kamu yang benar saja Oscar! Lisa tidak cocok untuk menjadi istrimu dan menjadi bagian keluarga Petersson! Kamu lihat dan dengar saja sendiri tadi sebelum dia kembali ke kamar. Wanita murahan itu membentakku dan mengusirku dari rumah putraku sendiri! Sangat sopan dan bermartabat bukan?"
Oscar menyangkal kenyataan itu. Ia paham mengapa Lisa sangat jengkel sehingga terpaksa mengeluarkan kata – kata yang tidak pantas kepada ibunya. "Jika tadi ibu tidak mempermalukan Lisa di depanku, Lisa tidak akan mungkin berkata seperti tadi!" bentaknya dengan bahasa asing.
"Oscar, aku ini ibumu! Mama tahu mana calon istri yang terbaik untukmu. Mama bahkan sudah mencarikanmu calon dari Swedia dan dia adalah putri dari seorang perdana menteri. Kamu seharusnya menikah dengannya bukan dengan wanita jalang tidak bermoral itu!"
Mendengar kalimat itu, darah Oscar rasanya seperti direbus hingga mendidih. Ia bangkit dari sofa dan menghampiri ibunya yang masih duduk. "Mama kalau bicara hati – hati! Lisa bukan jalang! Lisa adalah karyawati terbaik di perusahaan keluarga Petersson sejak ia pertama bekerja! Apakah ayah tidak pernah bercerita kepadamu tentang Lisa? Aku tidak percaya Ma!"