Sebuah tumpukan kertas berisi kontrak kerja tengah Weiying tandatangani, dalam hatinya bertanya-tanya apa harus seperti ini jika menjadi asisten artis terkenal? Harus menandatangani kertas lebih dari sepuluh kali di atas materai. Seolah-olah pekerjaan asisten artis itu adalah pekerjaan yang sangat penting pikirnya.
"Aku harus menandatangani berapa banyak lagi, bro Nie?" tanya Weiying, mereka berkenalan tepat setelah Weiying menyetujui untuk bekerja dengannya. Nie Huaisang, atau lebih sering di sebut bro Nie oleh Weying adalah manager seorang artis yang tengah naik daun, artis yang jam kerjanya super sibuk dan parahnya Nie yang harus urus semua karena asisten sebelumnya kabur.
Bukan tanpa alasan Weying harus menandatangani surat kontrak yang banyak itu, karena Nie tidak ingin kejadian kemarin terulang, sudah tiga orang asisten mengundurkan diri di bulan ini, karena mereka tidak sanggup katanya. Kemarin-kemarin mereka dengan bebas dapat keluar dengan seenaknya, tapi setelah Nie membuat kontrak kerja baru dan berbagai pinalti jika melanggar, Weying sepertinya tidak akan pernah bisa lepas.
Satu kesalahan terbesar Weying adalah, dia lupa menanyakan kepada Nie siapa artis yang akan menjadikannya asisten.
"Drrt ... drttt ...," Suara getar telepon memanggil, dan tanpa menunggu Weying langsung mengangkatnya.
"Bagaimana interview mu? Apa sudah selesai?" tanya orang dari seberang telepon setelah terangkat.
"Iya sudah, dan aku sudah mendapatkan pekerjaan, tenang saja aku akan segera membayar hutangku bulan depan!" jawab Weying penuh percaya diri.
"Hmm ... baguslah jika begitu!"
"Maaf, Han Guangjun, aku sangat sibuk hari ini, nanti malam saja teleponnya, aku tidak bisa sering-sering telepon di jam kerja seperti ini lain waktu, aku tidak seperti kau yang tidak mempunyai pekerjaan jelas dan bebas telepon sesukamu!" jawab Weying yang sepertinya membalikan kata-kata Han Guangjun dulu saat dia selalu menggangunya.
Tiba-tiba sambungan telpon terputus, dengan Weiying yang sekarang merasa dongkol, "Kenapa orang itu kembali menjadi orang yang menyebalkan!" Gerutunya.
Di hadapannya tampak Nie Huaisang sedang menelpon seseorang.
"Kau sedang telpon siapa seh? Aku menelponmu berkali-kali tapi nomer mu sibuk terus! Oh iya, aku mau memberitahu jika aku sudah mendapatkan asisten baru untukmu, kau baca lembar kontrak yang telah aku kirim di email mu, segera kau tandatangani dan kirim balik kepadaku sekarang juga!" Perintah Huaisang.
Setelah bicara dengan jelas Nie Huaisang langsung menutup telponnya tanpa memberi kesempatan lawan bicaranya untuk menjawab.
Weying menatap Nie Huaisang yang sepertinya sedang memarahi artisnya itu, "Jika bukan dia artis no 1 di agensi ini, jika bukan dia adalah salah satu pemegang saham di agensi ini, dan jika bukan kakakku yang menugaskanku menjadi managernya, aku tidak akan sudi bekerja dengannya!" Dengan wajah frustasi, dan hampir menangis Nie berbicara sendiri persis seperti pasien rumah sakit jiwa.
"Sudahlah bro Nie, tenangkan dirimu. Bagaimana jika habis ini kita minum-minum?" tawar Weiying yang langsung mendapat anggukan dan senyum merekah.
.
.
.
Setelah mengabiskan waktu bersenang-senang, akhirnya Weiying mengantarkan Nie pulang ke apartemennya. Tidak di sangka ternyata seorang Nie Huaisang memiliki toleransi yang sangat rendah terhadap alkohol, baru minum beberapa tenggak dia sudah kacau, dengan jalan sempoyongan Weiying memapah Nie memasuki apartemennya yang mewah.
"Bro Wei ... kau akan tidur di mana malam ini?" tanya Nie saat Weiying membantu Nie menyandarkannya di sofa itu.
"Ah, aku tidak tahu. Baru hari ini aku tiba disini, mungkin malam ini aku akan mencari penginapan dan besok pagi aku baru akan mencari tempat tinggal," jawab Weiying santai.
"Ah, baguslah. Malam ini kau menginap di sini saja, besok pagi aku akan menemanimu mencari tempat tinggal."
"Ah, benarkah? Terima kasih bro Nie." Dengan wajah tersenyum bahagia.
Satu masalah tempat tinggal telah terselesaikan membuat Weiying menjadi lebih tenang. Tapi, hal itu tidak bertahan lama, sampai saat tiba-tiba seseorang mendobrak masuk ke apartemen itu yang membuat mereka berdua kaget.
"Ah, kenapa kau datang ke sini?" Tanya bingung Weiying saat melihat sosok yang sangat dia kenal, dia adalah artis sombong yang tadi siang Weiying temui di gedung agensi yang telah menolaknya itu. Lan Wangji.
Lelaki itu berjalan santai mendekati Nie seolah tidak ada dirinya di sana, membuat Weiying semakin membencinya.
"Nie Huaisang, mana jadwal untuk besok pagi?" tanya Wangji angkuh tanpa menghiraukan kehadiran Weiying. Lalu dia melanjutkan bicara sambil melirik Weiying,
"Jangan kau biasakan membawa hewan liar masuk ke dalam rumahmu, Nie," tegur lelaki itu yang sepertinya atasan Nie, "Apa atasan Nie? Berarti dia???!!!" Mendadak kepala Weying menjadi sakit.
"Bro Nie, siapa dia?" Sekarang Weiying yang ikut bertanya dan menghampiri Nie yang setengah sadar itu. Dia sudah dapat menduga tapi dia ingin mendengar langsung dari bro Nie selaku yang mempekerjakan dia.
"Cepat katakan!! Aku ingin segera tidur!!" tanya Wangji lagi tidak sabar.
Mereka berdua kompak menarik-narik tubuh kecil yang setengah sadarkan diri itu. Agar Nie segera menjawab pertanyaan mereka lebih dulu.
Nie mengambil tasnya dan mengeluarkan beberapa kertas, di serahkan ke Weying selembar dan di serahkan ke Wangji selembar.
"Apa ini maksudnya?" tanya Wangji.
"Mulai sekarang kalian akan saling membutuhkan, jadi dimohon kerjasamanya," jawab santai Nie.
"Arghh!! dia bos ku, bro Nie?" teriak Weying frustasi, saat membaca isi kontraknya setengah.
"Kalian baca kembali kertas kontrak itu, semua sudah jelas kutulis, dan jangan lupa materai dan tandatangan sudah kalian berdua bubuhi.
Peraturan pertama, Wangji sebagai pihak pertama dan Weiying sebagai pihak kedua, pihak pertama tidak bisa memecat begitu saja pihak kedua dengan seenaknya sampai batas kontrak satu tahun berakhir, kecuali pihak kedua yang mengundurkan diri, dan pihak kedua harus mengikuti aturan dan perintah pihak pertama sebagai pihak yang mempekerjakan, jika pihak kedua mengundurkan diri saat kontrak berlangsung, maka pihak kedua bersedia untuk membayar penalty berupa uang sebesar 100juta. Sekian isi kontrak halaman pertama, apa aku harus membacakan halaman kedua sampai kesepuluh?" tawar Nie, yang membuat mereka berdua pucat.
"Tidak brother Nie, aku bisa membacanya sendiri," jawab Weiying putus asa.
"Yasudah, kalian tidur sana! Besok pagi kita meeting pertama!" Dengan Wangji sudah keluar dari pintu apartemen itu tanpa mendengarkan Nie bicara.
"Sid! pantas saja aku tertipu, ternyata di lembar kontrak ini Lan Wangji menggunakan nama aslinya, 'Wangyibo' jadi selama ini dia menggunakan nama panggung, Cih ...," Weying terus saja mencibir nama Wangji, padahal di lembar kertas kedua namanya juga menjadi 'Xiao Zhan' di sana. Nama kecil yag ibunya berikan sebelum dia menggantinya menjadi Wei Wuxian atau Weying karena sering sakit-sakitan.
Malam semakin larut dan akhirnya mereka bersiap untuk istirahat. Apartemen itu memiliki satu ruangan besar dengan tempat tidur sedang di sudut ruangan, dan sofa lembut di sebelah kirinya. Dan saat ini Weiyinglah yang menjadi penghuni sofa itu. Dia merebahkan tubuh lelahnya dan mengambil handphonenya dan mulai menelpon seseorang.
"Hai, Han Guangjun, apa kau sudah tidur?"
"Belum."
"Aku ingin curhat," jawab Weying
"Sama."
"Aku dulu! Kan aku yang menghubungimu lebih dahulu," balasnya manja, tidak mau kalah.
"Baiklah, katakan!"
"Sepertinya hidupku akan susah nantinya, aku bekerja dengan bos yang sangat tirani."
"Bagaimana kau bisa mengatakan dia bos yang tirani? Memangnya kau sudah mulai bekerja hari ini?"
"Besok, seh, mulai kerjanya, tapi aku bisa mengenali orang dari sekali liat Han Guangjun, dia benar-benar bos yang sangat jahat!"
"Hmmm ... jangan kau biarkan dirimu di perlakukan tidak baik Yilling laose, walau kau bawahannya saat ini, jangan pernah kau tunjukan kau kalah."
"Iya kau benar, bagaimana denganmu?"
"Aku bertemu dengan orang yang menyebalkan hari ini, dia sangat cerewet dan tidak bisa diam, dan parahnya untuk ke depannya aku harus selalu dengannya."
"Lalu apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak akan menghiraukannya, kadang aku berpikir kenapa tidak kau saja yang bekerja denganku, mungkin akan jauh lebih baik," jawabnya jujur.
"Hahaha ... aku tidak mau punya bos sepertimu, aku takut kau akan jatuh cinta jika melihat ketampananku?"
"Apa!!! Hahahaha."
Mereka tertawa bersama, dan Weying lupa dengan suara tertawanya yang sangat mengganggu di tengah malam.
"Hai ... tidur!!" Tiba-tiba sebuah bantal sudah melayang ke arahnya.
"Eh, iya...iya..."
TBC...
Saat ini mereka sedang duduk bertiga di salah satu restoran dekat dengan apartemen Nie Huaisang, mereka sarapan dan dilanjut membahas tentang rencana yang akan mereka lakukan hari ini, Lan wangji dengan tatapan malas mendengarkan ocehan Nie selaku managernya, dan Weiying dengan semangat mendengarkan dan tidak sabar untuk memulai bekerja di hari pertamanya.
Sebenarnya Weiying bukan tipe pendendam, jadi setelah semua yang terjadi dengan bosnya, dia dengan mudah melupakan dan kembali ceria lagi, tapi berbeda dengan Lan Wangji yang sepertinya masih menyimpan dendam kepadanya, karen merasa di lecehkan di awal pertemuannya dengan orang itu.
"Uaahh ..." Lan Wangji pura-pura menguap, dan dengan seenaknya dia menyuruh Weiying.
"Belikan aku coffe di ujung jalan sana, sekarang! aku mengantuk," perintahnya.
"Baik, tunggu sebentar," jawabnya semangat.
Weiying berdiri menunggu uang untuk membeli coffe itu.
"Apa yang kau tunggu? Segera jalan!" perintah Lan Wangji yang mendadak membuat Weiying kesal.
Tapi belum ada beberapa menit Weiying kembali lagi.
"Bos, di ujung jalan tidak ada kedai coffe?" tanya Weiying polos.
"Kau harus berjalan tiga blok dari sini dulu, baru kau akan menemukan kedainya," jawab Nie memberitahu.
Weiying mulai berdiri di depan restoran itu menunggu ojeg.
"Hai ... apa yang kau lakukan?" percuma kau menunggu angkot, di sini angkutan umum dan ojeg di larang melintas, jadi berjalan kaki lah!" ucap Lan Wangji yang menambah kesal Weiying.
Setelah menunggu lama akhirnya Weiying datang dengan segelas kopi, tapi setelah melihat, Lan Wangji meletakan lagi coffe itu, "Aku tadi ingin memberitahumu, jika aku tidak suka coffee dengan cream, tapi kau sudah langsung berjalan," ucap Lan Wangji datar.
"Jadi maksudmu?" tanya Weiying yang mulai memiliki firasat buruk, keringatnya saja belum mengering.
"Aku tidak akan meminumnya," jawab Lan Wangji santai.
"Baik, aku akan membelikan mu lagi yang original," jawab Weiying menahan emosi.
"Sudahlah Lan Wangji, nanti saja di jalan kita mampir ke kedai kopi," bujuk Nie.
"Tidak! Aku mau coffeeku sekarang juga!"
Dengan jengkel Weiying segera pergi untuk membeli coffe lagi, dan setelah kembali dia tidak mendapati kedua atasannya itu berada di tempat semula, Weiying menengok ke berbagai arah tapi tidak dapat menemukan mereka. Tiba-tiba suara dering telponnya berbunyi dari no tidak di kenal.
"Kau ambil baju di apartemenku, alamat xxxx no.xx dengan kode akses xxxx, aku tunggu di kantor Agensi Nie." Dan sambungan pun terputus.
Weiying hanya bisa melongo, "Jadi lelaki itu mempunyai no telponku? Lalu kenapa dia tidak menghubungiku tadi untuk memberitahu cream di atas cofeenya???" celoteh Weiying dengan putus asa, lalu dengan kasar dia buka tutup cofee itu dan meminumnya sendiri.
.
.
.
Weiying memandangi bosnya yang tengah di wawancara di salah satu stasiun tv, senyumnya ramah dan terlihat sangat menyenangkan, membuat para wanita yang hadir sebagai penonton dan mengklaim dirinya fans berat Wangji itu histeris setiap mendapat serangan senyum dari Wangji.
"Ih, apa-apaan wanita itu, terlalu berlebihan! Mereka tidak tahu saja jika orang yang mereka elu-elukan itu sangat menyebalkan aslinya." Weiying bermonolog sendiri, "Dasar memakai topeng!" Tepat setelah Weiying memaki, Wangji menoleh ke arahnya, seolah-olah dia dapat mendengar semua caci makinya, spontan Weiying salah tingkah dan menolak untuk bertatapan dengan lelaki yang di hari pertama kerjanya sudah membuat dirinya susah itu.
"Kau lihat tadi? Tatapan mematikannya? Sungguh sangat keren, sepertinya aku rela menjadi seorang Masokis jika Wangji adalah pasanganku!" Percakapan para wanita di belakang Weiying yang membuat kupingnya semakin panas. Weiying sengaja duduk di barisan depan untuk melihat bosnya itu di wawancara, tujuannya adalah selain belajar bagaimana nantinya dia menghadapi media, dia juga berharap siapa tahu dengan duduk di barisan depan, kamera akan menyorotnya dan ada produser yang tertarik dengan wajah tampannya, begitulah siasatnya.
Tapi sepertinya Weiying salah posisi, dia malah duduk di barisan fans berat Wangji berkumpul, bahkan seorang koordinator lapangan dengan semena-mena memakaikannya bando yang di atasnya terdapat LED yang menyala bertuliskan, 'Wangji wo ai ni' itu karena Weiying duduk di barisan paling depan, dan dalam hitungan detik kamera menyorot ke arahnya, dan dengan intruksi singkat, dia harus mengatakan 'Lan Wangji aku mencintaimu!!!' di tengah hiruk pikuk para fans yang tidak terkendali karena euforia, akhirnya Weiying menyerah, mengikuti alur, dan setelahnya dia muntah-muntah.
.
.
.
"Kau letakan semua di sana, dan baju-baju itu, besok kau antar ke laundry," perintah bro Nie saat mereka ke apartemen Wangji, dan menemukan apartemen itu berantakan dengan baju berserakan, yang punya tempat belum kembali karena saat pulang tadi ada seorang penting yang mengajaknya untuk makan malam bersama, jadi tinggalan Nie dan Weiying di apartemen Wangji.
"Weiying, mulai sekarang kau sudah resmi menjadi asisten Wangji, jadi hal yang harus kau lakukan adalah mengurus semua kebutuhannya, dari hal makan, pakaian, sampai apartemen kamu yang bertugas membersihkan, dan jangan lupa kau harus berada di apartemen ini setiap hari mulai pukul tujuh pagi untuk mempersiapkan semuanya." Terang Nie, yang membuat Weiying mengerti jika pekerjaannya sekarang tidak beda seperti baby sitter bayi gorila di banding asisten artis.
"Baik, bro Nie, aku mengerti," jawab Weiying santai, sambil menunduk mengumpulkan pakaian yang tersebar di mana-mana itu.
"Oh iya, aku harus kembali segera, kau rapihkan saja, setelah itu kau bisa pulang," perintah Nie yang hanya mendapatkan anggukan dari Weiying.
Setelah membersihkan apartemen yang tidak kurang seperti kapal pecah itu, Weiying kelelahan, dan tanpa sadar dia terlelap di kursi panjang di apartemen Wangji.
Beberapa jam kemudian Wangji pulang, menutup pintu dan langsung menuju kamarnya membuka pakaian dan menyalakan air untuk mandi tanpa menutup pintu kamar mandinya, sudah kebiasaan Wangji seperti itu karena dia berpikir dia hanya tinggal sendiri, jadi bebas untuk dirinya berkeliling di apartemen itu tanpa busana atau mandi dengan pintu tidak ditutup. Kamar mandi itu berada di sudut ruangan terpisah dari kamarnya, jadi saat dia membuka baju dari kamarnya dia akan berjalan telanjang dari kamarnya menuju kamar mandi.
Weiying terbangun, dia kaget setelah bermimpi buruk dikejar-kejar gorila albino, dia segera bangkit dan melihat jam yang sudah menunjukan pukul sepuluh malam itu, dia akan segera pulang ke tempat kosannya, sampai dia melirik ke arah kamar Wangji yang terbuka, dia melihat pakaian yang bertebaran kembali di lantai kamar itu, padahal baru beberapa saat yang lalu kamar itu sudahlah dia rapikan, tanpa berpikir Weiying masuk ke kamar Wangji, mengambil kemeja itu dan menaruhnya di pundaknya, dan dia menunduk kembali untuk mengambil celana panjang, dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari dalam celana panjang itu, celana sempak merk Calvin Klein berwarna hitam terjatuh, dan spontan Weiying mengambilnya, bersamaan dengan itu terdengar seseorang mendorong pintu kamar.
Wangji memasuki kamarnya dengan santai setelah mandi tanpa menggunakan apa-apa, sedangkan Weiying masih dalam posisi menunduk memegang celana dalam hitam itu, mereka berdua seketika membeku.
Wangji menatap calana dalam hitamnya yang berada di tangan Weiying, sedangkan Weiying sedang menatap isi dari celana dalam itu.
TBC....
— Un nuevo capítulo llegará pronto — Escribe una reseña
Comentario de párrafo
¡La función de comentarios de párrafo ya está en la Web! Mueva el mouse sobre cualquier párrafo y haga clic en el icono para agregar su comentario.
Además, siempre puedes desactivarlo en Ajustes.
ENTIENDO