Satria
Rea sedang berdiri memeluk tubuhnya sendiri saat mataku menemukannya. Dia kelihatan kedinginan. Tanpa sadar senyum kecilku terbit. Dia tetap Rea yang sama. Bodoh. Berdiri memandangi hujan di depan rumah kayu para sapi.
Aku mendekatinya. Sepertinya dia tidak menyadari kehadiranku, matanya terus saja memandangi langit kelabu, sementara hujan makin deras.
"Kamu mau tetap di sini atau mau kembali ke vila?"
Dia cukup tersentak dan menoleh padaku. "Bang Sat?"
Dari dulu aku sangat kesal jika Rea memanggilku dengan sebutan itu. Namun, entah kenapa untuk kali ini bukannya jengkel, aku malah sangat merindukan dia memanggilku seperti itu. Jujur, saat ini hatiku menghangat.
Aku mendekatinya. "Di sini aja atau mau kembali ke vila?" ucapku mengulangi pertanyaan.
"Nicko mana?"
Ya, aku tahu Nicko sekarang sudah menjadi prioritasnya. Jadi, anak itu lah yang pertama dia cari.
"Nicko ada di vila. Kalau kamu mau tetap di sini. Aku tinggal."