Descargar la aplicación
20.32% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 37: Chapter 36 - Mereka Kembali, Musuh! (Bagian 5)

Capítulo 37: Chapter 36 - Mereka Kembali, Musuh! (Bagian 5)

Mereka tiba di sebuah perpustakaan, perputakaan yang besar dan terlihat mewah "Wah, besar juga ya?" Ucap Teo sambil menoleh kesekelilingnya.

Teo berjalan kesalah satu rak buku. Teo hanya tersenyum kecil melihat banyaknya buku-buku di rak itu "Meskipun aku kesini percuma saja, Aku tidak dapat membaca bukunya," Ucapnya pelan sambil membuka salah satu buku. Ketika membuka tengah buku itu, ada sebuah gambar yang memakan satu halaman. Sekumpulan manusia dengan zirah dan tombak, mereka berkumpul dan mengarahkan tombak itu ke arah makhluk raksasa, makhluk itu sangat besar sampai hanya tergambar setengah halaman saja. Makhluk memiliki 3 mata kecil, berbentuk seperti ruby bentuk segi-empat, tidak memiliki hidung, tidak memiliki telinga, tidak memiliki mulut dan tubuhnya berwarna hitam pekat "A-Anu …"

"Waaa!" Teo terperenjat karena terkejut tiba-tiba ada seseorang yang berbicara di dekatnya.

"A-Ah maaf, Aku membuatmu terkejut ya?" Seseorang itu adalah seorang gadis, berambut panjang dan terlihat sangat dewasa dalam beberapa hal, Teo pernah bertemu dengannya.

"Ah tidak … Tunggu, Aku merasa kita pernah bertemu … Atau–."

"Ah iya, itu … Teman ku terjatuh dan Anda menangkapnya," Ucap gadis itu sambil tersenyum.

"Oh! Nona Aria!" Teo mengingatnya.

"Benar," Sahut Aria sambil tersenyum, ia mendekati Teo lalu melihat buku yang Teo pegang "Apa Anda tertarik?" Tanya Aria kepadanya.

"Ah … Emm … Sebenarnya Aku tidak bisa membacanya," Ucap Teo mengakui hal yang sedikit memalukan.

"Eh? Ah begitu ya."

"Tapi, melihat gambarnya sepertinya ini tentang peperangan ya?"

"Benar," Aira semakin mendekatinya agar ia bisa melihat gambar yang Teo maksud "Itu tentang perang 500 tahun yang lalu, peperangan suci, peperangan melawan iblis."

"Iblis?"

Aria mengangguk pelan "Mau membacanya disana?" Tawar Aria sambil menunjuk kearah sofa dengan ke empat jarinya.

"Eh? Tapi aku tidak bisa membacanya."

"Aku bisa membacakannya jika Anda mau," Tawar Aria. Dari matanya Teo merasa kalau Aria sangat ingin membacakannya, karena matanya yang berbinar itu, Teo tidak bisa menolaknya.

"Ah … Baiklah kalau Anda tidak keberatan," Ucap Teo.

Aria tertawa kecil setelah mendengarnya lalu ia berjalan mendahului Teo sambil berkata "Ikuti aku,"

Mereka pun pergi ke sofa itu, Teo melihat ke sekelilingnya lagi lalu bertanya "Maaf, Apakah anda juga kemari untuk membaca buku?" Tanya Teo kepada Aria.

"Hm? Ah tidak, hari ini Aku adalah petugas yang menjaga perpustakaan. Tapi waktu berjaga ku tinggal sedikit lagi, jadi tidak masalah," Jawab Aira "Ah duduklah dulu, Aku akan membuatkan Anda teh," Ucap Aira sambil tersenyum, lalu ia pun pergi meninggalkan Teo di sofa itu.

Teo tidak bisa menolaknya karena Aira langsung pergi ke ruangan yang sepertinya hanya petugas saja yang boleh kesana. Teo pun duduk lalu membuka buku itu lagi dari halaman pertama lalu mengintip beberapa halaman setelahnya. Pada halaman keempat, lagi-lagi ia melihat gambar, gambar yang sepertinya barisan prajurit dan seorang prajurit di depan mereka dengan dengan pedang besar. Teo mengira kalau pria dengan pedang besar itu adalah pemimpin para prajurit itu, tapi ia tidak tahu apa yang mereka lakukan. Mungkin jika Teo bisa membaca tulisan di halaman sebelumnya, Teo dapat mengerti apa yang mereka lakukan.

"Maaf menunggu," Ucap Aria, ia datang dengan dua cangkir teh dikedua tangannya.

"Ah Maaf merepotkan, tapi apa tidak apa-apa? Saya hanya pengawal disini, apa tidak masalah jika Saya datang kemari?" Tanya Teo yang masih mengkhawatirkan hal yang sama ketika ia datang ke tempat ini.

"Sebenarnya tidak boleh," Jawab Aria 

"Eh!?" Dan itu membuat Teo sedikit khawatir dengan nasibnya.

"Tapi, itu hanya berlaku kalau jam sekolah masih ada. Tapi, sekarang jam sekolah sudah berakhir, hanya ada kelas sore saja. Jadi para pengawal, petugas kebersihan atau pelayan, boleh masuk kedalam sekolah kok, selama mereka tidak mengganggu itu akan baik-baik saja," Ucap Aria lalu ia menaruh cangkir itu di meja depan Teo dan ia pun duduk di sebelah Teo.

"Begitu ya, Syukurlah. Sebenarnya rekan Saya sedang mengajak Saya berkeliling hari ini, karena Saya ini orang luar kerajaan jadi Saya tidak tahu apa-apa, ahahaha," Ucap Teo menjelaskan tujuannya kepada Aria.

"Oh begitu. Aku mendengar kabarnya, kalau Tuan menggantikan salah satu pengawal keluarga Blouse yang tewas. Saya turut berduka cita atas kematiannya," Ucap Aria terdengar sedih ketika membahas kematian Kakaknya Zack.

Aria sangat lembut, baik dan sangat ramah, bahkan ia juga terlihat dewasa untuk seorang pelajar "Anda benar-benar baik, terima kasih," Ucap Teo sambil tersenyum lembut kepada Aria.

Senyumannya membuat Aria tersipu malu dan wajahnya sedikit memerah "A-Ah! Tidak … Lebih baik kita langsung membacanya!" Ucapnya terdengar gugup dan langsung mengambil buku yang Teo pegang.

Teo hanya tertawa kecil melihatnya seperti itu, lalu Teo pun sedikit mendekatinya karena ia tidak dapat melihat isi buku itu. Aria membuka buku itu "Ini adalah kisah perjuangan umat manusia melawan akibat keserakahan mereka dan keegoisan mereka yang mengakibatkan banyak terjadi pertumpahan darah, perang suci 500. Suatu hari jauh sebelum perang terjadi, hidup seorang putri yang tinggal di sebuah istana yang sangat besar, putri itu sangat cantik yang membuat banyak pria dari penjuru negeri ingin melamarnya dan kebaikan hatinya membuat seluruh penduduknya bahkan dewa sekalipun menyukainya. Namun, hanya ada satu orang yang tidak terpengaruh oleh kecantikan dan kebaikan hatinya, ia adalah seorang pangeran. Di suatu pesta, ia berte–."

"Tunggu sebentar, aku pikir ini cerita tentang peperangan, bukan romantis," Keluh Teo mendengar cerita di buku itu berbeda dari apa yang Teo bayangkan.

"Eh? Ya memang awal mulanya seperti ini. Ini adalah awal dari semuanya, mau ku lanjutkan?" Tanya Aria.

"Begitu, ya baiklah tolong lanjutkan."

"Baiklah. Pesta dansa itu berlangsung meriah, sang putri tentu selalu di kerumuni oleh para pria karena kecantikannya, banyak yang mengajaknya untuk berdansa, namun ia menolaknya karena ada seorang pria yang menarik perhatiannya. Pria itu terlihat biasa, penampilannya biasa, sikapnya biasa, bahkan ia hanya menunjukan aura yang biasa saja, meskipun ia adalah seorang pangeran dari kerajaan paling timur benua … Dan itu membuat sang putri tertarik dengan pangeran itu. Mulai sejak saat itu, mereka selalu bertemu dan sang putri menyadari perasaanya kalau ia mencintai sang pangeran. Namun, kebahagiaan mereka terhalang dengan status mereka karena kerajaan sang pangeran sedang memiliki hubungan yang sangat buruk dengan kekaisaran dan itu membuat sang raja dan sang kaisar malarang keturunan mereka untuk bertemu. Meski begitu, sang putri mencoba bertemu dengan sang pangeran dengan cara sembunyi-sembunyi tanpa ketahuan ayahnya sang kaisar."

'Cerita klasik,' Ucap Teo dalam hati.

"Begitu juga dengan sang pangeran, ia melakukan hal yang sama. Mereka selalu melakukan hal itu setiap minggunya untuk memuaskan perasaan rindu mereka, mereka mengira itu akan baik-baik saja dan tidak ada yang mengetahui itu, tetapi itu kebalikan dari apa yang mereka kira. Di malam bulan purnama, di malam ulang tahun sang putri, pangeran berniat memberi hadiah ulang tahun untuk sang putri, namun sang putri menolak untuk bertemu karena sang putri merasa ayahnya, sang kaisar sudah tahu kalau mereka sering bertemu. Namun, sang pangeran tetap ingin bertemu ia berkata melalui surat yang ia kirim melalui burung 'Aku akan melindungimu' tulisan sang pangeran itu membuat ketakutannya berkurang dan di malam itu ia langsung bertemu dengan sang pangeran di danau dekat perbatasan antara kekaisaran dengan kerajaan lain. Mereka bertemu, melepas rindu di tengah malam bulan purnama itu, sang pangeran mengeluarkan kotak kecil dan ia membuka kotak kecil itu di depan sang putri, ia menunjukan cincin yang sangat indah. Wajah sang putri terlihat sangat bahagia, di hari ulang tahunnya, ia mendapat hadiah yang sangat indah. sang pangeran meraih tangannya dan memasangnya lalu …," Aria terdiam sesaat, Teo melihat air matanya menggenang di matanya "Di depan mata sang pangeran, 3 buah panah menancap di punggung sang putri. Sang pangeran tentu saja ketakutan melihat panah-panah itu, ia memeluk sang putri dengan erat dan ia meliha tiga orang berpakaian hitam memegang busur. Lalu tidak lama juga beberapa orang dengan pakaian putih menggunakan topeng dan pedang berlari kearahnya. Sang pangeran merapal sihir teleportasi, meskipun pedang sudah menusuk punggungnya, ia tetap merapal dan membuat sang pangeran dan sang putri berpindah tempat ke tengah hutan. Untuk terakhir kalinya, sang pangeran melihat sang putri tersenyum kepadanya, ia terus memeluk tubuh sang putri sampai sang putri tidak bergerak dan kehilangan senyumnya." 

"Umm … Waw, itu awal yang panjang dan menyedihkan," Ucap Teo menanggapi awal cerita yang panjang itu dan Teo merasa kalau awal cerita itu tidak berhubungan dengan perang suci yang Aria maksud 'Sejujurnya aku tidak merasa itu akan berkaitan dengan perang suci,' Ucap Teo dalam hati.

"Ya, itu sangat menyedihkan." Aria menarik nafas panjang "Sang pangeran tahu siapa mereka, siapa yang berpakaian hitam itu, siapa yang berpakaian putih itu. Ia tahu yang berpakaian hitam itu adalah prajurit dari kekaisaran dan pakaian putih itu adalah prajurit dari kerajaanya. Di belakang, sang raja dan sang kaisar tahu akan pertemuan kedua anaknya itu dan mereka memanfaatkannya. Mereka berdua memiliki rencana yang sama, yaitu membunuh anaknya sebagai alasan untuk memulai perang." Ucap Aria yang melanjurkan ceritanya lagi.

"Tunggu, itu busuk sekali."

"Ya, sang kaisar sejak dulu ingin sekali menguasai kerajaan paling timur untuk mengambil alih pelabuhan disana. Sedangkan sang raja ingin mengajak seluruh kerajaan agar memperkecil wilayah kekaisaran yang menguasai setengah dari benua utama itu, namun beliau selalu gagal membujuknya, akhirnya ia juga memakai cara yang sama," Ucap Aria, ia tersenyum namun juga terlihat sedih.

"Lalu selanjutnya?"

"Lalu, sang pangeran tidak menerimanya, ia sangat tidak menerimanya, ia merasa sakit hati karena sudah di khianati oleh ayahnya sendiri dan sampai kekasihnya terbunuh. Kini dirinya di penuhi dengan dendam, ia ingin membalas dendam kepada mereka dan di tengah hutan itu ia melukiskan simbol terkutuk yang sangat besar di tanah dengan darahnya. Balaskan dendamku, ucapan terakhir itu membuat simbol terkutuk itu aktif. Pohon yang sangat besar keluar dari simbol itu, sangat besar namun tidak memiliki daun. Ranting-ranting dari pohon itu melahirkan iblis-iblis yang sangat mengerikan dan peperangan yang sang raja dan sang kaisar inginkan itu terjadi. Namun bukan perang sesama manusia, melainkan perang dengan ras iblis yang sudah lama tertidur." 

"Oh Teo ternyata disini kau rupanya," panggil Zack yang sebelumnya berpisah dengan Teo.

"Oh Zack."

"Eh? Anda … Nona Aria!?" Zack terkejut melihat Aria yang sedang duduk di samping Teo dan ia mengenal gadis itu.

"Huh? Kau mengenalnya?" Tanya Teo.

"Tentu saja, Nona Aria adalah teman dekat Nona Celica, tentu saja Aku mengenalnya," Jelas Zack kenapa ia bisa mengenal Aria.

"Ah begitu, benar juga. Nona Erica juga berteman dengan Nona Celica, ya," Ucap Teo menyadari hubungan Erica, Aria dan Celica.

"Oh apa Celica yang memberi tahu?" Tanya Aria.

"Tidak, tadi siang Nona Erica menabrak Saya dan dia sedang di kejar Nona Celica, jadi Saya mengira seperti itu," Ucap Teo.

"Menabrak?" Zack dan Aria mengatakan hal yang sama dengan nada bertanya dan juga terkejut.

"Ya, Nona Erica mencoret pipi Nona Celica dengan tinta permanen, karena itu Nona Erica dikejar sampau menabrak saya," Jelas Teo mengingat apa yang terjadi tadi siang 'Oh iya, hari ini rasanya kacau juga. Tapi biasanya pasti akan ditutup dengan hal kacau lainnya, aku yakin,' Dan dia berprasangka buruk terhadap nasibnya sendiri.

"Oh! Aku mengingatnya, memang Erica itu sedikit ceroboh. Tolong maafkan apa yang sudah dilakukan teman ku," Ucap Aria yang malah merasa bersalah.

"Ah tidak apa-apa," pada awalnya Teo merasa aneh kenapa Aria yang merasa bersalah, tapi mungkin itu karena hubungan mereka yang sudah sangat erat.

"Baiklah, cukup sampai disini," Ucap Aira sambil menutup buku yang mereka baca.

"Apa yang Anda dan Teo lakukan?" Tanya Zack.

"Oh, Tuan Teo sepertinya tertarik dengan buku ini, tetapi Tuan Teo tidak bisa membacanya. Jadi Aku yang membacakan untuknya," Ucap Aria sambil menunjukkan buku itu kepada Zack.

"Oh itu …," Zack terdengar seperti mengetahui tentang buku itu, tapi itu tidak mengherankan untuk Teo. Karena itu adalah kisah legendaris, jadi pasti kebanyakan orang tahu tentang kisah itu "Sejujurnya Saya tidak percaya dengan kisah itu," Ucapan Zack itu membuat Teo sangat terkejut sampai Teo mengerutkan keningnya "Yah maksud Saya, Saya percaya dengan adanya perang suci. Tapi kisah-kisah yang ada buku-buku itu Saya kurang mempercayainya," Ucap Zack lagi.

Pengulangan kata yang Zack lakukan membuat Teo menyadari sesuatu "Buku-buku? Maksudmu … Apa ada buku yang lain?" Tanya Teo.

"Ya, ada beberapa versi yang lain. Seperti dari gereja pusat, lalu dari kerajaan timur, dari kekaisaran dan gabungan dari versi-versi itu yang di buat oleh seorang penulis buku di benua utama. Kalau yang Kau baca, itu versi sang penulis buku." Jelas Zack tentang buku kisah legendaris itu.

"Hee benar begitu?" Tanya Teo kepada Aria.

"Benar, kisah ini sebenarnya banyak di tentang dari berbagai pihak karena perang itu adalah perang paling mengerikan sepanjang sejarah. Karena itu banyak yang tidak ingin mengingatnya. Tapi, demi mengingat apa yang terjadi saat itu dan tidak melupakannya, akhirnya mereka sepakat untuk membuat beberapa versi, tapi itu malah membuat orang-orang bingung mana yang harus dipercaya. Karena itu agar kisah itu lebih dipercaya dan tidak dilupakan, mereka membuat tugu pedang yang besar di tengah benua utama untuk mengingat tragedi kelam itu," Jawab Aria sekaligus memperjelas kenapa dibuat beberapa versi tentang kisah itu.

"Oh begitu ya, itu mengejutkan," Ucap Teo benar-benar terkejut dengan itu.

"Tapi, versi sang penulis buku ini paling mendekati dengan kisah aslinya loh. Ya walaupun Saya sendiri kurang suka, terutama di bagian awal cerita. Sosok pangeran yang terlihat baik-baik saja bisa tau simbol Rune untuk memanggil pohon iblis, itu jadi terasa aneh," Keluh Zack yang sepertinya ia benar-benar tidak percaya cerita di buku-buku itu.

Rune, itu kata yang asing untuk Teo. ia sebenaenya ingin menanyakan langsung, tapi Zack berbicara dengan suara yang biasa, itu tandanya adalah kata yang sudah banyak diketahui oleh orang banyak. Jadi ia mengurungkan niatnya untuk bertanya karena ada Aria di dekat mereka, bisa saja nanti aria curiga.

*Blaaarr!*

Suara petir menggelegar di luar dengan sangat keras, saking kerasnya sampai membuat kaca bergetar dan Aria reflek memeluk Teo dengan sangat erat "Gila, keras sekali. Sepertinya memang akan ada badai," Ucap Teo sambil merlihat kearah kaca.

Zack berjalan ke kaca itu dan melihat keluar "Uwah, ini lebih gelap daripada sebelumnya, sebaiknya kita–. Huh?" Ucapan Zack langsing terhenti saat ia melihat Aria memeluk pinggang Teo, wajahnya juga sangat ketakutan "No-Nona Aria," panggilnya.

"Eh?" Aria menyadarinya "Aaaaa!" Dan dia mendorong Teo dengan kuat sampai membuat Teo hampir terjatuh dari sofa "A-Ah maafkan Aku! Maafkan Aku! Aku tidak sengaja!" Ucapnya kini merasa malu.

"Tidak, tidak apa-apa ahahaha. Apa anda takut dengan petir?" Tanya Teo kepadanya.

"U-Um … Maaf," Ucap Aria sambil mengangguk pelan.

Teo tersenyum tipis mendengarnya "Kenapa Anda minta maaf? Wajar jika seseorang  takut dengan petir, kan?" Tanya Teo.

"Tidak … Bukan itu," Dan prasangka Teo meleset "Aku baru saja memeluk Anda … Karena itu Saya minta maaf karena ketidaksopanan saya," Ucap Aria terdengar sangat pelan, wajahnya juga terlihat sedang menahan malu karena apa yang ia lakukan.

Namun, Teo menanggapinya dengan biasa "Itu juga wajar, kan? Jika seseorang terkejut dan ketakutan, pasti orang itu akan memegang apapun yang ada di dekatnya," Ucapnya lalu ia tersenyum lembut.

Senyuman Teo tidak membantunya, itu malah membuat Aria semakin malu sampai wajahnya memerah. Karena itu, Aria menutup wajahnya dari Teo dengan kedua tangannya "Uuuu … Tolong jangan lihat Aku!" Ucap Aria lalu membelakangi Teo.

Sementara itu, Zack melihat kembali ke luar kaca. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat awan hitam itu "Itu …," Awan hitam yang Zack lihat tidak seperti biasanya, Awan hitam itu lama kelamaan membuat sesuatu yang terlihat seperti pusaran di langit dan petir pun terus menggelegar di sekitar pusaran "Teo, beraiaplah. Firasatku buruk sekali sekarang," Ucap Zack dengan sangat serius.

"Ada apa?" Teo mendekatinya, lalu ia ikut melihat keluar kaca "Uwah, sudah kuduga," Ucap Teo terdengar lelah 'Sudah kuduga mengakhiri hari juga pasti akan ada kekacauan, apa-apaan ini? Apa Aku dikutuk?' Batin Teo yang sepertinya sudah jengkel dengan hari-harinya.

"Apa maksudmu?" Tanya Zack.

"Tidak ada. Nona Aria lebih baik And–.

*Woaaaaaaaaaang! Woaaaaaaaaang!*

Suara yang terdengar aneh itu sangat nyaring dan keras, suara itu di bunyikan dari beberapa tempat yang sepertinya berbunyi di seluruh penjuru Ibukota "Suara apa itu?" Tanya Teo kebingungan.

"Itu suara tanda evakuasi … Gawat. Teo kita harus bersiap! Nona Aria tolong ke asrama dan beritahu para murid!" Perintah Zack, ia terdengar sangat serius dan juga terlihat sedikit panik. Namun Zack menutupinya.

"Ba-Baik!"

"Teo, kita juga harus memberitahu Tuan kita! Sepertinya mereka masih belum keluar kelas, ayo!" Teo yang masih merasa bingung hanya mengikuti mereka dari belakang tanpa berkata apa-apa.

Belum sampai ruang Tengah sekolah, Aria berhenti dan berpisah dari mereka "Loh, aku tidak sadar kalau ada jalan lain disini," Ucap Teo karena sebelumnya yang Teo ingat hanya ada jalan lurus saat ke perpustakaan, ia tidak menyadari ada jalan ke kanan di antara kelas-kelas itu.

"Tidak ada waktu untuk membahas itu! Ayo cepat!" Ucap Zack dan langsung mengambil langkah cepat.

Di istana, sang ratu berada di balkon istana, wajahnya sangat serius dan terlihat marah saat melihat pusaran awan hitam itu "William, keselamatan warga adalah yang utama, percepat evakuasi, lalu berlakukan siaga perang! Aku tidak akan membiarkan mereka mengacaukan kerajaan ku!" Perintah sang Ratu dengan sangat tegas dan dari ucapannya, Sang Ratu sudah tahu siapa yang menyebabkan pusaran awan hitam di langit ibukota.

To be continue


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C37
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión