"Aku harus pulang," ucap Lin tiba-tiba.
"Pulang?"
"Sakit Ayah kambuh dan kini sedang dalam perajalan ke rumah sakit."
Mata Wat membesar. Ia segera beranjak dan menggandeng tangan Lin yang sangat dingin dan gemetar.
"Mario, June … tolong izinkan aku,"
***
Win : Tidak apa-apa, Wat. Aku hanya meminta kepadamu, bersikap adil untuk keluargamu. Lin hanya sahabatmu dan di sini ada keluarga yang menantimu.
Wat menarik napas panjang dan menghembuskannya melalui mulut.
Bukan hanya merasa bersalah karena tida bisa bersikap adil kepada Win, tetapi ia juga merasa sangat bersalah, karena Lin selalu disalahkan oleh Win, sementara Lin adalah istri dan juga ibu dari anak-anaknya.
"Lin," panggil Wat.
"Hm?"
Wat meraih kepala Lin dan disandarkan pada dadanya. Ia mendekap Lin erat, sembari mengecupi kening Lin dengan lembut.
"Tolong … jangan terlalu banyak beban pikiran, ya … aku ada di sini untukmu …."