Lily sedang memakan rotinya dengan lahap, bukannya sarapan dengan nasi, dikarenakan mamanya yang bangun kesiangan.
Lily? Hanya bisa memasak mi instan. Jadi siapapun dirumah ini tidak ada yang ingin meminta Lily memasak, lebih baik memesan makanan diluar.
Lily memperhatikan mamanya yang sedang membaca berkas sambil bertelfon. Aster sudah berangkat sedari pagi karena ada latihan basket pagi ini.
Bel rumah Lily berbunyi. Lily mendengus tak suka sarapannya diganggu. Lily melihat mamanya yang dalam keadaan tidak mungkin untuk membuka pintu.
Dengan malas Lily membuka pintu. Lily buru-buru keluar dan menutup pintu saat tau Angkasalah yang bertamu, Lily tidak membiarkan Angkasa masuk dan bertemu mamanya.
Mamanya sudah jelas mengatakan pada Lily kemarin untuk menjaga jarak dari Angkasa.
"Pergi."
"Lah kenapa? Kan mau berangkat bareng."
"Gak bisa. Udah sana pergi."
"Tapi. "
"Duluan aja." Lily menghela nafas lega, ketika berhasil mengeluarkan Angkasa dari area rumahnya.
"Siapa Ly? Kok bicara didepan."
"Cuma orang nanya alamat." Lily meneguk salivanya dengan susah. Mamanya menatap mata Lily penuh selidik.
"Oh kirain. Ya udah, mama berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintu."
"Siap ma."
*
Lily mengaduk siomaynya malas, kemudian melihat kesekitar kantin mencari sosok Angkasa yang tidak terlihat. Yuli berniat mengambil piring siomay milik Lily yang tak berniat untuk dimakan itu, tapi baru juga pegang pinggiran piring tangan Yuli sudah merah. Dipukul Lily menggunakan sendok penuh sambal kacang itu.
"Sakit Ly, kotor lagi." Yuli menatap tangannya yang mirip hidangan bersambal kacang, kemudian meraih tisu di sakunya untuk membersihkannnya.
"Makanya bilang aja kalau mau minta, kebiasaan."
"Iya." Balas Yuli sambil memeletkan lidahnya.
"Eh gue karetin ya tuh mulut sama lidah jadi satu." Yuli spontan merapatkan mulutnya.
"Lagian dari tadi gak lo makan sih. Lihat sana lihat sini. Cari siapa sih?"
"Cari Angkasa. Kenapa? Kamu tahu orangnya dimana?"
"Hehe, enggak sih." Lily memberengut sebal.
"Nih makan aja. Aku mau balik kekelas." Lily memberi dorongan kecil piring siomaynya kearah Yuli.
"Lah balik nih. Tungguin gue makan dong. Baliknya bareng."
"Gak mau."
"Ly! Lily!!!"
Lily tak menghiraukan teriakan Yuli, sedari tadi memang sudah tidak nafsu makan. Doni yang sudah meminta maaf padanya dan menjelaskan situasi pada sekolah tepatnya pada para bucinnya, membuat Lily bisa berjalan tenang tanpa gangguan lagi.
Lily mengantuk, tidur dikelas sebelum bel masuk adalah kesenangan murid seperti Lily. Saat kelasnya sudah tampak didepan mata, Lily mengambil lima langkah mundur.
Lily melihat kedalam kelas Mipa 2, tapi sepertinya Angkasa tidak ada disana. Apa Angkasa marah karena Lily mengusirnya tadi pagi?
"Dasar ngambekkan."
Lily hampir meninju orang yang menepuk bahunya secara tiba-tiba. Lily terkejut seolah kepergok melakukan sesuatu yang buruk.
"Ngapain Ly?" Lily mengambil jarak saat tahu orang itu adalah Doni.
"Bukan urusan lo." Lily melipat tangannya kedepan.
"Jangan kasar gitu lah Ly, gue kan udah minta maaf."
"Suka-suka dong." Doni menghela nafas sabar.
"Oh iya, soal event tahunan minggu depan udah hari-h. Lo sama Angkasa bantunya pas hari h itu aja. Tolong kasih tau Angkasa ya."
"Gak mau. Lo yang sekelas sama dia, dari tadi gue juga belum ketemu sama orangnya."
"Iya makanya lo aja yang kasih tahu. Angkasa lagi ada diperpus, lagi persiapan lomba fis.." Tanpa menunggu Doni menyelesaikan perkataannya, Lily bergegas menuju ke perpustakaan.
"Itu anak kalau gue bunuh udah halal kali ya. Main pergi aja."
*
Lily mengambil buku dengan acak dan melangkah menuju barisan meja yang dikelilingi rak-rak buku. Lily duduk dihadapan Angkasa yang sedang fokus pada buku dihadapannya.
"Sst, Sa!" Lily memanggil Angkasa, namun Angkasa hanya menatap Lily sebentar lalu kembali fokus pada bukunya.
Merasa tak mendapat respon, Lily mulai menendang kaki Angkasa berulang kali, sampai Angkasa meresponnya.
Satu tatapan tajam dari Angkasa membuat Lily berhenti. Namun sekali lagi Angkasa kembali fokus pada bukunya, Lily berdecak sebal dan melangkah pergi, daripada membuat keributan diperpustakaan yang tenang ini.
Angkasa menghela nafas lega melihat Lily mengalah dan melangkah pergi. Angkasa mengambil buku yang Lily tinggalkan tanpa mengembalikan buku ketempat semula.
Cara jitu di notice artis.
Angkasa terkekeh tertahan di perpus yang tenang ini.
*
Lily pura-pura tidak melihat Angkasa yang menunggunya didepan gerbang sekolah setelah pulang sekolah. Lily punya janji bersama Yuli dan Rena untuk hang out mencari baju untuk event tahunan.
Rena dan Lily memanglah panitia, namun dresscode dibebaskan agar panitia bisa menikmati event juga sembari menjalankan tugas. Panitia akan diberi pin tambahan agar mempermudah mengenal mereka.
"Ly, ditungguin tuh." Lily melirik Angkasa sebentar. Angkasa menarik tangan Lily, mencegah Lily masuk kedalam taksi yang sudah mereka pesan.
"Apa?"
"Ikut aku bentar."
"Gak mau!" Bentak Lily.
"Bentar aja Ly, aku mau ngomong."
"Ngomong aja disini."
"Ikut bentar aja."
"Gak mau Angkasa. Aku ada janji sama mereka." Lily menepis tangan Angkasa kuat-kuat. Angkasa menatap Yuli dan Rena yang berdiri tak jauh dari mereka.
"Bicara bentar Ly. Kita tungguin disini." See. Bahkan teman-teman Lily mendukung Angkasa, menyebalkan. Yang teman mereka itu Lily.
Angkasa membawa Lily ke tepi lapangan yang tidak terlalu ramai.
"Tadi kenapa nyamperin aku ke perpus."
"Lupa."
"Doni bilang dia nitip omongan ke kamu."
"Gak tau."
"Kok jawabannya gitu sih." Salah Angkasa sendiri. Dicari susah, sekali ketemu Lily malah dicuekin. Sekarang gantian Angkasa yang merasakan.
"Tadi pagi kenapa gak mau berangkat bareng?" Angkasa mencubit pipi Lily membuatnya meringis kesakitan.
"Nyonya Desi tuh."
"Nyonya Desi?"
"Iya, mama aku." Angkasa mengernyit heran. "Kenapa sama mama kamu? Tadi pagi dianter?" Angkasa menyisir rambut panjang Lily dengan jarinya.
"Mama aku gak ngebolehin aku deket-deket sama kamu." Angkasa membeku sepersekian detik, kemudian melanjutkan aktivitasnya menyisir rambut Lily. "Kenapa?"
"Gak tau, katanya gak boleh." Lily menghela nafas kasar, mengingat larangan mamanya kemarin. Jika bukan karena kejadian itu, Lily mungkin akan bebas berteman dengan siapapun tanpa dibatasi.
"Ya udah, gakpapa. Turutin aja, kita masih bisa ketemu disekolah. Iya kan?" Lily mengangguk patuh.
Lily mengangkat alisnya keheranan saat Angkasa membuka kedua tangannya lebar. Lily tersenyum menyadari maksud dari Angkasa, kemudian meringsek masuk ke pelukan Angkasa.
"Sekarang kita baikkan ya?" Lily melepas pelukannya cepat. "Heem, maaf tadi aku gangguin kamu belajar." Angkasa menggeleng sambil mengusap-usap kepala Lily.
"Gapapa, aku udah dikasih tau Doni tadi. Soal event tahunan, pokoknya pas hari-h kamu berangkat bareng aku ya. Pulangnya juga."
"Iya."
"Udah sana, ditungguin Yuli sama Rena tuh." Lily menepuk jidatnya pelan.
"Ya udah, aku duluan ya. Hati-hati pulangnya. Dadah.." Lily berlari sambil melambaikan tangannya. Karena suasana hatinya yang sedang bahagia, Lily akan membeli baju yang paling bagus dan cantik yang ada di mall.
*