Descargar la aplicación
12.6% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 44: Part 44 Pindah

Capítulo 44: Part 44 Pindah

Hari ini Arini , Yanur dan Bu Siti bersama-sama berangkat menuju kontrakan yang dimaksudnya kemarin dengan mobil pribadi Yanuar. Seharusnya Dilan ikut mengantarnya tapi karena ada urusan kerja mendadak jadi tidak bisa mengantar. Kemungkinan sepulang dari kerja Dilan akan mampir ke rumah kontrakan Arini yang baru itu.

"Kamu sudah yakin nak mau ngontrak aja?"Bu Siti memastikan lagi, Arini langsung mengangguk. Arini terlihat mantap dengan keputusannya itu.

"Ya tante. Karena saya mau hidup sendiri bersama anak saya."kata Arini sambil memandangi wajah Bu Siti yang duduk di kursi depan samping Yanuar.

"Lho kak ini kok nggak menuju ke alamat rumah kontrakan ku tadi."Arini bingung dengan jalan yang dilewati mobil Yanuar.

"Ya nak. Kok ini kayaknya kita masih sekitaran komplek rumah kita."Bu Siti melihat mobil Yanuar malah masih berada di sekitaran kompleks rumah mereka. Arini hanya memandangi kanan kiri jalan yang dilewati mobil Yanuar itu. Terlihat barisan kanan kiri jalan ada rumah-rumah kontrakan disana.

"Sudah nggak usah kaget. Saya sudah menyiapkan rumak kontrakan yang layak buat kamu. Kontrakannya ini dekat sama rumahku. Jadi mamahku bisa menengokmu kapanpun."Yanuar membuat kaget Arini dan Bu Siti. Arini sudah susah payah mencari kontrakan tapi malah tidak jadi karena Yanuar telah mencarikannya rumah kontrakan.

"Wah bagus kalau gitu."Bu Siti menyambutnya dengan lega. Itu berarti dia tidak akan kesulitan ketika hendak berkunjung dan menemui Arini.

Arini salut kepada Yanuar, dibalik sosok dinginnya ternyata dia mempunyai jiwa penolong dan sayang kepada orang lain. Tanpa diminta Yanuar malah sudah mengulurkan bantuannya.

"Ayo turun."mobil Yanuar sudah tiba di depan rumah berwarna mint. Arini dan Bu Siti cinglak cingluk mencari rumahnya.

"Kok pada bingung. Ini rumahnya."Yanuar telah turun dari mobil dan langsung menunjukkan rumah yang telah disiapaknnya untuk Arini.

Arini dan Bu Siti menghampiri Yanuar dan melihat bentuk rumahnya. Arini dan Bu Siti melihat rumah yang ditunjuk Yanuar.

Ternyata rumahnya bagus juga. Kalau dilihat-lihat rumahnya asri dan cantik. Di halaman depan rumah itu ada pohon mangga dan ada rumputnya juga. Walaupun tidak terlalu luas dan mewah seperti rumah Yanuar, tapi Arini merasa senang sekali karena itu sudah cukup untuk ditinggalinya sendirian dengan bayinya nanti.

"Kak ini rumahnya?"Arini memastikan lagi kalau rumah warna mint itu apakah rumah yang dipilih Yanuar untuknya. Yanuar langsung mengangguk cepat.

"Beneran ini nak. Sengaja kamu siapin buat Arini?"Bu Siti masih tidak percaya.

Yanuar langsung mengangguk dengan santai dan ekspresi mukanya datar. Sepeti biasa Yanuar terlihat dingin dihadapan Arini tapi dalam hatinya sebenarnya baik banget.

"Makasih ya kak. Sudah cariin rumah sebagus ini buat aku. Tapi tenang saja, ini aku akan ganti semuanya."Arini mendekati Yanuar dan menyerahkan beberapa uang yang dimilikinya kepada Yanuar. Entah itu cukup atau tidak.

Yanuar kini menatap Arini dengan tatapan kasihan. Arini memang benar-benar polos. Sikap Arini itu malah membuat hati Yanuar semakin meleleh. Betapa tidak diusianya sekarang Arini harus menanggung beban yang cukup besar. Dan pastinya bantuan darinya dan mamahnya tentu sangat dibutuhkan Arini untuk terus menjalani hidupnya dengan baik.

Yanuar dengan cepat menolaknya dan mengembalikan uang Arini. Arini sudah berusaha untuk mengganti uang Yanaur tapi tetap saja Yanuar tidak mau menerimanya. Jadinya Arini terpaksa memasukkan uangnya kedalam dompetnya lagi dan tidak lupa mengucpakan terima kasih.

"Sudah nak, masukkan saja uangmu itu. Simpanlah untuk keperluanmu dan bayimu suatu saat nanti."Bu Siti ikut menolak uang dari Arini itu.

Setelah melewati beberapa drama diluar rumah akhirnya mereka bertiga masuk kedalam rumah kontrakan tersebut bersama-sama. Arini tercengang dengan bentuk dan isi rumahnya. Semuanya sudah lengkap.

Ruang tamu sudah ada sofanya. Ditambah lagi disana sudah ada dapur yang lengkap dengan peralatan memasaknya. Ada dua kamar yang didalamnya sudah terdapat kasurnya juga. Jadi kini dia hanya tinggal menempatinya saja.

Tanpa sepengetahuan Arini, Yanuar diam-diam telah meminta tolong kepada salah satu temannya untuk mencarikan rumah kontrkan yang masih sekompleks dengan rumahnya. Dan temannya menyanggupinya.

Sebenarnya hari ini waktunya Yanuar bekerja tapi dia sengaja mengundur waktu berangkatnya lantaran ingin mengantar Arini. Rasanya dia tidak tega membuarkan Arini yang sudah hamil 4 bulan itu sendirian mencari rumah kontrakan. Entah kenapa ada perasaan special untuk Arini di hatinya. Dia tidak tahu. Meskipun dia sadar telah memiliki pacar.

"Apa anakku ini benar-benar tulus membantu Arini. Atau ada sesuatu dari dia kepada Arini."Bu Siti mulai berpikiran yang tidak-tidak. Walaupun dia sudah tahu kalau Yanuar telah memiliki pacar. Tapi Bu Siti berusaha berpikiran positif.

"Aku nggak nyangka kalau Kak Yanuar sebaik ini. Sampai dia nyariin rumah untuk aku. Bahkan aku bayar dia juga nggak mau nerima. Walaupun jumlah uangku belum cukup melunasinya sih. Apa dia tahu kalau uangku sedikit ya makanya dia nggak mau menerimanya."Arini merasa kagum pada kebaikan Yanuar kepadanya.

"Tuh nak. Kamu jangan takut dan sungkan lagi sama kita. Kalau ada apa-apa nanti bilang sama kita. Pasti kita akan bantu. Kita sudah menganggapmu seperti keluarga sendiri."Bu Siti memegang bahu Arini. Kemudian tatapan Arini menjadi lega. Ada orang yang menganggapnya seperti keluarga sendiri.

"Makasih ya kak sama tante. Karena kalian selalu membantu aku selama ini."Arini tidak kuasa menahan rasa harunya. Dia langsung memeluk tubuh Bu Siti.

Yanuar memandangi suasana haru disana. Kalau tidak keluarganya yang peduli sama Arini lalu siapa lagi. Karena sekarang yang bisa membantu dan dimintai bantuan Arini hanya keluarganya dan Dilan saja. Buktinya sekarang saat Arini pindah ke rumah baru, Dilan tidak nampak mendampinginya. Walaupun tadi telah diberitahu kalau Dilan tidak dapat menghantar Arini karena ada urusan kerja mendadak.

Yanuar melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 8.30. Saat berangkat kerja. Melihat mamahnya yang masih ingin mendampingi Arini akhirnya Yanuar pergi berangkat ke kantor dulu dan meninggalkan mamahnya di rumah Arini. Dia sedikit tenang kalau hari pertama Arini di rumah barunya itu didampingi mamahnya. Jadi kalau ada apa-apa Arini bisa meminta bantuan kepada mamahnya.

Sepeninggal Yanuar, Arini langsung menata barang bawaannya untuk di taruh di dalam kamar. Bu Siti setia mendampingin dan membantunya. Arini jadi sungkan malah. Tapi Bu Siti nampaknya sangat ikhlas membantunya.

"Aku capek banget."Arini merasa lelah.

"Kamu kenapa?'tanya Bu siti melihat Arini terlihat lemas sekali.

"Oh ya. kamu nggak boleh kecapekan. Ya sudah kamu istirahat dulu."Bu Siti menyuruh Arini duduk dulu di atas kasur. Arini tidak bisa menolaknya karena memang dirinya butuh istirahat dulu.

"Tante dulu juga sama kayak kamu. Dikit-dikit mudah capek."Bu Siti meluruskan kaki Arini.

Arini merasa ada yang enak pada tubuhnya setelah kedua kakinya diluruskan oleh Bu Siti. Seperti aliran darahnya berjalan lancar.

"Tante kakiku kok bengkak gitu ya?"Arini terkejut ketika melihat kakinya bengkak. Ini pertama kalinya dia melihat kakinya bisa bengkak seperti itu. Seumur-umur dia tidak pernah bengkak pada kakinya.

"Kamu nggak usah khawatir. Sudah biasa kalau orang hamil, kakinya bengkak. Kamu harus istirahat. Nanti juga akan kempes sendiri."kata Bu Siti. Arini mendengarkan setiap kata dari Bu Siti. Itu bisa menjadi ilmu buatnya nant. Jadi kalau kejadian serupa terjadi dia tidak akan panik.

"Jangan panik nanti kalau seperti ini lagi."Arini mengangguk sambil rebahan di kursi.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C44
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión