Descargar la aplicación
10.88% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 38: Part 38 Tabrak lari

Capítulo 38: Part 38 Tabrak lari

Hari ini Arini merasa sedikit takut ketika memasak pesanan catering untuk Danil. Sesuai dengan kesepakatan sebelumnya hari rabu ini Arini akan memasakkan nasi box sebanyak 100 buah. Ini kali pertamanya buat dia memasak dalam jumlah banyak. Jujur ada perasaan takut kalau nasi box buatannya tidak enak .

"Semoga masakannya enak."Arini membatin dalam hati ketika sedang memasak. Arini memasukkan semua bumbu untuk dimasak menjadi sebuah makanan yang enak.

Ini pengalaman pertamanya memasak makanan dalam jumlah banyak sendirian tanpa bantuan orang lain. Arini sengaja memasak sendirian karena tidak tahu siapa yang mau untuk dimintainya pertolongan dalam membantu urusan memasaknya. Secara Arini pendatang baru dan belum mengenal orang-orang dekat rumahnya.

"Capek sekali."Arini merasa pegal sekali pada seluruh badannya setelah selesai memasak semua pesanan Danil. Akhirnya Arini duduk sebentar di sofa sambil merilekskan otot-ototnya yang telah tegang gara-gara memasak tadi.

Dilihat suasana langit diluar ruangan masih gelap jadi Arini memutuskan untuk tidur dulu sebentar. Kebetulan tadi dia mulai memasak jam 2 pagi jadi matanya kini masih terasa mengantuk. Akhirnya Arini memejamkan kedua matanya sebentar dan sebelumnya dia sudah memasang alarm jam 6 pagi.

Kring kring

Arini terbangun dari tidurnya setelah alarm jamnya berbunyi. Seketika dia langsung membuka kedua matanya dan mematikan alarmnya. Tidak lupa dia juga mandi dulu sebelum Danil datang dan mengambil pesanannya

Tepat pukul 06.30 Arini mendengar ada orang mengetuk pintu rumahnya. Itu pasti Danil yang akan mengambil pesanannya. Dengan cepat Arini langsung membuka pintunya.

"Silahkan masuk."pintu dibuka ternyata memang benar ada Danil di depan rumhnya.

Danil masuk dan mengikuti langkah Arini untuk mengambil pesanannya kemarin. Danil senang sekali melihat pesanannya sudah siap dan tertata rapi di dapur Arini.

"Ini ya uangnya."Danil menyerahkan beberapa uang sebagai imbalan kepada Arini. Arini terkejut ketika Danil menyerahkan uang dalam jumlah banyak . seharusnya uang yang harus dibayarkan Danil tidak segitu jadi Arini berniat menolak.

"Udah nggak papa. Lebihnya buat kamu aja."Danil memaksa Arini untuk menerimanya.

Dengan sedikit terpaksa Arini akhirnya menerima uang yang dikasihkan Danil yang jumlahnya sangat banyak itu. Jujur dalam hati Arini merasa senang sekali karena hari ini dia mendapatkan rezeki yang bisa dibilang lebih banyak daripada hari-hari sebelumnya ketika berjualan keliling. Kalau begini dia tambah yakin untuk membuka usaha catering.

"Oh ya kakimu sudah baikan kan setelah kemarin habis jatuh."tanya Danil baru ingat ketika melihat Arini hendak membantunya mengangkati nasi box.

"Tenang saja udah baikan kok. Tadi buktinya jalanku baik-baik aja kan."Arini menoleh kearah Danil yang sedang menatapnya.

"Ya sudah kalau begitu."Danil merasa lega .

"Makasih ya sudah mengobati lukaku kemarin."kata Arini. Danil langsung tersenyum kearah Arini.

Arini membantu membawa beberapa nasi box ke dalam mobil Danil. Setelah semua dimasukkan kedalam mobil, Arini malah diajak Danil untuk datang ke kantornya.

"Sudah ayo masuklah."Danil menuntun Arini sedikit paksa ke dalam mobilnya. Arini sudah menolaknya tapi Danil tetap memaksanya. Arini bingung apa maksud dari mengajaknya datang ke kantornya.

"Kalau saya di kantornya mas Danil, saya mau ngapain disana?"Arini sudah duduk di dalam mobli Danil.

"Aku mau memperkenalkan kamu ke teman-temanku kalau kamu buka catering. Siapa tahu teman-temanku berminat memesan catering ke kamu."ucap Danil setelah duduk di dalam mobil. Benar-benar Arini tidak kepikiran sampai segitu. Malah Danil yang punyai kepikiran seperti itu. Arini mendengarnya langsung senang sekali itu berarti langkah untuk membuka usaha catering semakin terpampang nyata.

Selama perjalanan, Arini merasa bahagia sekali karena baru saja tinggal di Bandung tapi dia sudah memiliki teman-teman yang baik. Mulai dari Dilan sekarang Danil. Walaupun semuanya laki-laki tapi dia tetap merasa senang.

Setibanya di kantor Danil, Arini langsung turun dari mobilnya. Arini masuk mengikuti langkah Danil yang sudah masuk ke dalam kantor duluan. Sesampainya di dalam kantor Danil langsung memanggil beberapa karyawannya dan memperkenalkan Arini kepada karyawannya.

"Halo semua. Sebelum memulai kerja saya mau memperkenalkan seseorang kepada kalian. Nah dia ini namanya Arini. Kebetulan dia buka pesanan catering di rumah. Siapa tahu buat diantara kalian ada yang mau pesan catering bisa sama dia."Danil memperkenalkan Arini yang berdiri disampingnnya dihadan ratusan karyawannya. Arini merasa grogi harus berhadapan langsung dengan banyak orang tapi dalam hatinya merasa senang sekali karena Danil mempromosikan usahanya.

Semua karyawan Danil terlihat ramah semua ketika melihat Arini berdiri disamping Danil. Arini merasa santai walaupun masih ada rasa takut juga. sebagian besar karyawan ada yang terpesona dengan kecantikan dan keimutan wajah Arini. Umur arini yang masih dibilang belasan tahun membuat wajahny masih terlihat seperti anak-anak.

"Siap pak."respon beberapa karyawan.

"Cantik juga ceweknya."celetuk salah satu karyawan laki-laki sambil melihat Arini yang sedang tersenyum.

"Imut lagi. Bisa lah nanti order kesana."

"Emang bisa dia masak."ada karyawti yang terlihat sinis kearah Arini. Arini mendengarnya pura-pura tidak mendengarnya.

Setelah Danil memperkenalkan dirinya, Arini langsung keluar dan diantar Danil sampai depan kantor. Arini tidak lupa berterima kasih kepada Danil.

"Tidak masalah. Santai saja. Semoga usahamu lancar ya."kata Danil dengan senyumnya yang manis kearah Arini.

Dalam diri Danil semacam ada dorongan untuk membantu Arini. Sehingga hari ini dia mengajak Arini untuk memperkenalkan dan mempromosikan usaha baru Arini dibidang catering makanan.

"Oh gitu ya. Jadi sekarang dia sudah selancang itu sampai main ke kantor kamu."Arini dan Danil terkejut ketika ada suara yang setengah berteriak di depan mereka. Ternyata Sasa mantan Danil datang ke kantor Danil.

"Kamu ngapain kesini.?"tanya Danil degan sinis dan tidak suka.

"Seharusnya aku yang tanya, kenapa dia ada disini. Setelah kemarin aku melihatnya tengah jalan bareng sama kamu di café."Sasa melototkan matanya kearah Arini.

"Saya kesini Cuma ngantar catering mbak. Jangan salah paham."kata Arini yang berusha menjelaskan agar Sasa tidak salah paham kepadanya. Sudah cukup Sasa salah paham kemarin.

"Catering ? Emang gue percaya sama mulut manis lho itu?"Sasa semakin emosi saat berbicara.

"Emang benar. Dia tadi ngantar catering ke kantorku. Kalau kamu nggak percaya bisa tanya sama karyawan-karyawanku."Jawab Danil ikut menambahkan pernyataan Arini.

"Coba aku lihat."Sasa membuktikan apa yang dibilang Arini dan Danil. Ternyata memang benar kalau di dalam kantor Danil ada tumpukan nasi box catering.

Sasa ingin memberikan peringatan kepada Arini karena telah berani mendekati Danil. Sasa punya rencana licik untuk membalas ketidaksukaannya kepada Arini.

"Oh ya aku mau ngasih tahu ke kalian. Kalau cewek itu adalah cewek ganjen yang berusaha mendekati Danil dari gue. Mukanya emang cantik sih tapi hatinya tidak."Sasa teriak-teriak di dalam kantor sambil menunjuk kearah Arini yang berdiri disamping Danil. Sasa berniat mempermalukan Arini dihadapan beberapa karyawan Danil.

Perkataan Sasa barusan membuat Arini langsung marah. Dia berusaha sabar kepada Sasa, tapi untuk kali ini dia tidak bisa mengontorl emosinya. Arini refleks masuk ke dalam kantor. Danil yang melihat Arini sudah tersulut emosinya karena pernyataan Sasa di dalam knator tadi langsung mengikutinya dari belakang.

"Maaf bukan. Mbak Sasa salah paham. Saya tidak memiliki hubungan apa-apa sama Pak Danil saya hanya sebatas orang yang mengantar pesanan catering kepada Pak Danil saja. Kalau nggak percaya bisa tanyakan langsung kepada yang bersangkutan "kata Arini dengan sopan sambil menatap satu persatu karyawan disana.

"Benar apa yang dibilang Arini. Kita nggak ada hubungan apa-apa. Saya hanya memesan nasi box saja ke dia."Danil membantu Arini menjelaskan. Beberapa karyawan ada yang masih ragu dengan perkataan Pak Danil.

"Udahlah yang jangan belain dia. Dia itu berusaha deketin kamu dari aku."kata Sasa dengan pedenya. Danil merasa sudah memuncak emosinya karena Sasa masih menganggapnya sebagai pacar.

"Saya dan Sasa sudah tidak ada hubungan lagi. Kita sudah putus."pernyataan Danil dengan keras dihadapan ratusan karywannya membuat Sasa mati rasa. Sasa merasa malu sekali ketika Danil mengumumkan hubungannya yang telah kandas didepan karyawannya.

Arini hanya bisa diam saja sambil melihat Danil dan Sasa berseteru di hadapan banyak karyawab. Sebenarnya itu masalah mereka tidak baik diumbar-umbar di depan umum tapi mau gimana lagi Sasa sendiri yang memulainya.

Sasa yang merasa malu, langsung pergi dari kantor Danil dan melewati Arini dengan tatapan sinis. Semua karywan terlihat menyoraki Sasa yang sedang pergi. Kini karywan kembali ke tempat kerja mereka masing-masing.

"Huhhh."Arini menarik nafas dalam-dalam setelah menghadapi Sasa yang pencemburu itu.

"Maaf ya."Danil menghampiri Arini yang masih diam saja di dekat pintu.

"Ya nggak papa kok."

Arini pulang dari kantor Danil dengan perasaan sedikit kesal. Baru pagi gini dia sudah menghadapi masalah. Dan masalah itu tidak jauh beda dengan masalahnya kemarin ketika di café.

Dia berusaha kuat untuk menghadapi masalahnya sekarang. Biargimanapun sekarang dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi jadi mau tidak mau dia harus menyimpan dan menyelesaikan masalahnya sendiri.

Selama perjalanan dia tiba-tiba merasa takut sendiri ketika ingat Sasa yang menatap sinis kearahnya saat pergi dari kantor Danil. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba takut kepada Sasa.

"Semoga kita selalu dilindungi dan baik-baik saja ya nak."Arini membatin dalam hati sambil menunduk melihat perutnya.

Tidak berselang lama, Arini tanpa sadar saat berjalan di pinggir jalan tiba-tiba ada mobil dari belakang yang terus mengikutinya. Mobil itu bergerak pelan-pelan awalnya. Tapi setelah beberapa menit kemudian mobil itu malah melaju dengan cepat kearah Arini.

"Mbak awas."teriak salah satu perempuan yang duduk di pinggir jalan ketika melihat ada mobil yang melaju kearah Arini. Arini langsung menoleh kearah suara tadi .

Mobil tersebut terlihat ingin menabrak Arini. Kebetulan jalan yang dilewati Arini sepi kendaraan hanya ada pejalan kaki saja. Arini mendengar ada orang yang berteriak tapi dia bingung siapa yang dimaksud itu.

"Hah."Arini menoleh kebelakang sudah ada mobil yang bergerak kearahnya dengan cepat. Arini ingin lari dari tempatnya tapi karena saking terkejut dan takutnya sampai-sampai dia sendiri tidak bisa bergerak.

Arini sudah pasrah saat itu, dia melihat mobil itu sudah sedikit lagi mengenai tubuhnya. Tiba-tiba Arini merasa ada tangan yang mendorong tubuhnya hingga jatuh kejalan. Saat jatuh dia langsung posisi tengkurap dan matanya terpejam. Sedangkan punggungnya dipegang oleh seseorang.

"Awww."Arini merasakan rasa sakit pada telapak tangan, lutut dan perutnya. Mungkin karena harus terbentur dengan aspal jalan yang kasar.

"Nggak papa ?."tanya laki-laki yang tidak dikenal Arini yang sedang menindih punggungnya. Arini tidak menjawabnya.

"Awww.sakit banget." Arini merintih kesakitan. Lututnya yang baru sembuh terlihat mengeluarkan darah segar lagi dan tangannya terlihat ada beberapa goresan kecil karena terkena aspal jalan.

Beberapa orang termasuk laki-laki yang telah menyelamatkan Arini memutuskan untuk membawa Arini ke rumah sakit. Arini hanya bisa mengeluh kesakitan pada perutnya terutama. Arini dibawa dengan naik taksi. Arini hanya bisa memejamkan matanya sambil menahan rasa sakti di perutnya.

Setibanya di rumah sakit Arini langsung mendapatkan pertolongan pertama dari dokter. Laki-laki itu setia menunggunya di depan kamar tempat Arini dirawat.

" Halo."jawab laki-laki yang telah menyelamatkan Arini tadi.

"Halo Arini."jawab Dilan. Dia terkejut ketika yang mengangkat teleponnya terdengar suara laki-laki.

"Ternyata perempuan tadi itu namanya Arini."batin laki-laki itu.

"Arini sedang dirawat dokter ini. Tadi habis ditabrak orang di jalan."laki-laki itu memberikan informasi mengneai kondisi Arini.

"Sekarang gimana kondisinya?"Dilan terlihat khawatir sekali kepada Arini.

"Ini baru diperiksa dokter. Jadi saya belum tahu."jawab laki-laki itu dengan santainya.

"Ya sudah nanti tolong kabari saya kalau Arini sudah diperiksa dokter."Dilan menunggu dengan perasaan cemas.

Selama menunggu dokter selesai menangani Arini, laki0laki yang telah menyelamatkan Arini itu membuka isi dompet Arini. Dia terkejut ketika ada kartu identitas yang menunjukkan kalau Arini masih single dan belum menikah. Pantas tadi saat dia menyelamatkan, wajah Arini masih terlihat imut tapi cantik juga ketika dilihat.

"Aku dimana ini.?"tanya Arini setelah sadar sambil mengucek kedua matanya. Arini baru tersadar dari tidurnya di atas kasur rumah sakit.

"Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi jatuh."jawab seorang laki-laki yang sudah berdiri sambil mengamati Arini dari kejauhan.

"Kamu siapa?"tanya Arini ketika matanya sudah melihat jelas ada laki-laki yang berdiri di dekat kasurnya.

"Aku Yanuar."jawab laki-laki itu dengan singkat.

Arini tidak kenal dengan laki-laki yang mengaku namanya Yanuar itu. Dia berusaha mengingat-ingat siapa laki-laki itu. Yanuar sendiri memiliki paras wajah tampan dan tinggi. Dan kalau dilihat-lihat Yanuar terlihat seumuran dengan Dilan.

"Oh kamu yang nolongin aku tadi saat hampir ditabrak mobil tadi ya?'tanya Arini sambil mengingat-ingat kejadian terahirnya dan tangannya memegangi kepalanya. Yanuar langsung mengangguk pelan.

":Makasih ya. sudah nolongin aku tadi. Apa kamu tadi juga sakit karena harus menolongku tadi."Arini sudah sadar penuh walaupun masih ada rasa sakit pada lututnya dan telapak tangannya.

"Tidak masalah."kata Yanuar. Yanuar baru tahu kalau Arini masih polos.

Tiba-tiba Yanuar berjalan kearah kasur tempat Arini berbaring. Arini melihat tatapan Yanuar tidak biasa kearahnya. Kedua mata Arini tidak bisa berhenti menatap Yanuar yang hendak mendekatinya.

"Apa kamu sedang hamil?"tanya Yanuar dengan pelan.

"Kenapa dia bisa tahu. Siapa yang ngasih tahu dia."Arini kaget setengah mati. Selama ini yang tahu kalau dirinya tengah hamil hanya Dilan dan Nyonya diana. Arini tidak bisa menjawab tapi kedua matanya tiba-tiba berkaca-kaca.

"Kamu benar hamil?"Yanuar duduk di kursi samping ranjang Arini. Mereka saling adu pandang dengan jarak yang lumayan dekat.

"Ng…ngak. Siapa yang bilang."Arini langsung menyanggah dan kedua matanya lari dari wajah Yanuar.

"Aku sudah tahu semuanya."Arini langsung menoleh kearah Yanuar lagi. Dia seperti tidak bisa bernafas ketika usahanya selama ini terasa sia-sia. Yanuar yang tidak dikenalnya malah tahu rahasia kehamilanya..

Sebelumnya Yanuar mendapatkan informasi dari dokter yang telah merawat Arini kalau pasien didalam tengah hamil muda. Dan beruntungnya kandungannya tidak terjadi apa-apa setelah kecelakaan tadi. Awalnya Yanuar biasa-biasa saja mendengarnya, tapi setelah dia ingat kalau di kartu identitas Arini menyatakan kalau Arini masih single dan usinya masih belasan tahun. Kenapa bisa hamil.

"Kandunganmu nggak papa tenang saja. Yang terpenting lain kali kamu harus hati-hati supaya kandunganmu tetap baik-baik saja."pesan Yanuar kepada Arini yang telah disampaikan oleh dokter yang merawat Arini tadi.

"Sekarang usia kandunganmu sudah menginjak dua bulan. Dan dokter bilang kandunganmu tidak apa-apa. Kamu lain kali harus hati-hati. Soalnya usia kandunganmu rentan…."pembicaraan Yanuar dipotong Arini.

"Aku mohon kamu jangan sebarin ini ke orang lain. Aku mohon. Aku sudah menutupi semuanya dari orang-orang."Arini memegang tangan Yanuar sambil memohon-memohon. Bahkan Arini sampai meneteskan air mata. Yanuar merasa kasihan sekaligus prihatin ketika melihat Arini harus hamil diluar nikah itu.

Arini hanya bisa memelas untuk meminta belas kasih Yanuar agar tidak membocorkan kehamilannya ke orang lain. Saking tidak maunya Arini kalau rahasianya sampai diketahui orang lain lagi, kini dia memohon-mohon sambil memegang tangan Yanur dengan erat. Bahkan air matanya juga berjatuhan di pipinya dan tangan Yanuar. Jujur Yanuar merasa kasihan kepada Arini diusianya yang masih muda tapi harus menanggung beban hidup yang begitu besar seperti itu.

"Kamu tenang saja. Aku nggak akan membocorkannya ke orang lain."kata Yanuar dengan mata sayu dan wajahnya yang tampan itu.

"Terima kasih."Arini masih menggenggam tangan Yanuar.

"Laki-laki yang menghamili kamu sekarang dimana?"tanya Yanuar dengan tatapan serius kearah Arini. Seketika Arini mengendorkan tangannya dan mengalihkan pandangannya kearah jendela. Dia tidak kuat dengan pertanyaan itu.

Arini menatap jendela sambil berlinangan air mata. Dia sedih kalau harus membahas masalah Panji. Laki-laki yang telah membuat hidupnya berubah seperti ini. Dengan dia berada di Bandung, dia bisa lepas dan melupakan Panji dan memulai hidup barunya bersama anaknya nanti. Ternyata harapannya tidak semulus yang dibayangkannya. Banyak rintangan yang harus dia lewati sendirian disana.

"Kamu kenapa?"Yanuar menyentuh pundak Arini dengan halus. Arini merasa bingung kenapa Yanuar begitu ingin tahu dengan kehidupannya.

"Nggak papa kok."Arini dengan cepat mengusap air matanya yang jatuh tadi. Setelah mengusap air matanya tadi, Arini langsung kembali menatap Yanuar lagi.

"Apa dia nggak tanggungjawab sama kamu dan anak kamu?"Yanuar berdiri setengah menunduk dan tangannya mengusap air mata Arini yang masih jatuh. Arini hanya bisa menatap Yanuar dengan melongo.

Arini hanya diam saja karena dia sendiri yang tidak meminta pertanggungjawaban dari Panji.

"Aku nggak meminta pertanggungjawaban dari dia. Memang aku sendiri memilih kehidupanku sekarang harus berjuang membesarkan anakku seorang diri. Aku tahu aku tidak sebanding dengan dia."Arini menjelaskan dengan linangan air mata yang deras. Selama berbicara tatapan Arini tidak sedikitpun lari dari wajah Yanuar.Yanuar paham dengan maksud Arini itu.

Arini menangis tersedu-sedu ketika dirinya harus menceritakan semua kepada Yanuar orang yang sudah menolongnya tadi, Mungkin kalau tidak ditolong Yanuar pasti nyawanya akan melayang. Entah kenapa dia punya firasat kalau Yanuar mempunyai kepribadian baik. Jadi dia berani menceritakan masalahnya kepada Yanuar.

Tiba-tiba Yanuar memeluk tubuh Arini yang masih terbaring di kasur dengan kondisi menangis. Arini pasrah ketika dipeluk Yanuar. Selama dipeluk Yanuar dia merasa sedikit lega dan semua rasa sedihnya sedikit demi sedikit hilang .

"Sudahllah jangan menangis. Wajah imutmu akan luntur nanti kalau banyak menangis."Arini seketika tertawa ketika mendengar Yanuar yang terlihat ingin bercanda kepadanya.

"Wkwkwk."tawa Arini mulai terdengar. Yanuar merasa senang sekali melihatnya.

"Makasih kamu udah menghibur aku. Oh ya kamu nggak kembali kerja lagi?"tanya Arini setelah kondisinya lebih baik.

"Aku baru liburan di Bandung inj. Besok aku akan kembali ke Jakarta lagi untuk bekerja."jawab Yanuar kembali duduk lagi di kursi yang telah disediakan di pinggir kasur Arini.

"Jadi kamu hanya bermain saja di Bandung ya?"tanya Arini lagi. Yanuar langsung mengangguk.

"Oh ya ini dompetmu. Dan ini ponselmu. Tadi ada laki-laki yang nelpon kamu, namanya Dilan. Nanti kalau kamu sudah baikan, beritahu dia tentang keadaanmu dia sangat menunggu kabarmu."Arini mendengar penjelasan Yanuar membuatnya baru tahu kalau Yanuar orangnya dingin tidak jauh beda dengan Panji. Dia melihat Yanuar malah teringat sosok Panji.

"Nanti aku telpon dia. Aku masih lemas."kata Arini dengan nada yang lirih.

"Terserah kamu."jawab Yanuar terlihat tidak peduli.

"Oh ya aku mau ngasih tahu kalau mobil yang menabrakmutadi kayaknya dikendarai perempuan cantik. Aku sempat melihatnya."Yanuar memberitahukan kepada Arini mengenai tragedy kecelakaan yang dialami Arini tadi.

"Aku nggak mau mikirin itu lagi. Yang penting aku selamat dan bayiku tidak apa-apa."jawab Arinii terlihat tidak peduli.

"Dia ternyata sayang dengan bayinya. Walaupun dia sendiri belum tentu mengharapakan kehadiran bayi itu di hidupnya."Yanuar memandangi Arini yang mulai memejamkan mata.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C38
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión