Descargar la aplicación
6.59% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 23: Part 23 Merahasiakannya

Capítulo 23: Part 23 Merahasiakannya

"Arini beritahu saya siapa yang menghamilimu…?" Arini sudah bangun dari pingsannya. Nyonya Diana merasa lega akhirnya Arini sadar juga. setelah cukup lama ditungguinya sedari tadi. Nyonya Diana mendekati Arini yang masih terbaring diatas kasur.

Arini benar-benar tidak bermimpi sekarang. Jadi tadi yang dialaminya benar-benar nyata. Dirinya memang tengah hamil. Dia berusaha mencubit lagi keningnya untuk memastikan lagi apakah dia kini tidak mimpi. Ternyata setelah pipinya dicubit rasa sakit mulai dirasakannya. Itu pertanda dia memang tidak bermimpi.

Seingatnya terakhir dia berhubungan dengan laki-laki adalah bersama Panji bahkan dia dan Panji pernah melakukan hubungan badan. Walaupun mereka belum terikat akan tali pernikahan. Itu terjadi karena ketidaksengajaan dari Panji yang saat itu berada dibawah kendali minuman alcohol. Dan dia tidak sadar kalau telah menyetubuhi Arini dalam keadaan mabuk berat itu. Jadi sudah psti kalau anak yang dikandungnya itu merupakan hasil hubungannya dengan Panji di malam itu.

Kedua matanya tidak bisa berhenti menatap kearah Nyonya Diana. Telinganya masih bisa mendengar dengan jelas apa yang ditanyakan oleha Nyonya Diana kepadanya. Ingin rasanya dia memberitahukan kalau Panji lah yang harus bertanggu jawab padanya dan anak yang sedang dikandungnya itu.Tapi dia sadar kalau kondisinya hanya sebagai pembantu dan Panji melakukannya juga tidak sengaja jadi itu yang membuatnya ragu untuk mengakuinya.

Akhirnya dia bingung sendiri dengan apa yang harus dilakukannya itu. Antara memberitahu atau tidak. Saking bingungnya kini dia mulai menangis saja dihadapan Nyonya Diana sambil menundukkan kepalanya.

Ditengah tangisannya itu, dia memikirkan yang tidak-tidak. Dia menduga kalau semisal dia jujur kepada NYonya Diana kalau Panji anaknya yang kedua itu telah menghamilinya walaupun tidak sengaja tetap saja pasti Nyonya Diana akan tidak percaya atau bahkan menganggnya berbohong. Mana mungkin Panji yang tampan dan kaya itu bisa jatuh cinta kepada Arini hingga menghamilinya. Ditambah lagi Panji yang sudah punya pacar canti-cantik dan berlatar belakang orang kaya bisa kepincut dengan dirinya yang notabennya hanyalah seorang pembantu.

Kalau tidak memberitahukannya terus bagaimana nasibnya dan anak yang dikandungnya. Secara Arini masih muda dan tidak punya siapa-siapa lagi selain bibi Ayu. Kalau Panji tidak disuruh tanggung jawab berarti dia sendiri yang harus bertanggung jawab pada anak yang sedang ada didalam perutnya. Sedangkan Bibi Ayu sendiri sekarang sibuk mengurusi dan mengobati suaminya yang tengah sakit di Bogor. Jadi mau tidak mau dia sendiri yang harus menanggung semuanya.

Pikirannya yang terus membayangkan hal yang tidak–tidak malah membuat mulutnya menjadi terkunci untuk tidak mebocorkan identitas ayah dari bayi yang dikandungnya itu. Alhasil kini dia hanya menangis saja dan menutup semuanya dengan rapat agar Nyonya Diana tidak tahu.

"Kalau kamu diam terus begini apakah akan menyelesaikan masalah ?"Nyonya Diana terlihat sudah kesal karena pertanyaannya tidak direspond Arini. Malah hanya direspon dengan tangisan yang lama-lama malah terdengar sesenggukan.

"Ma…mafin saya nyonya."Seketika Arini bangkit dari kasur dan berjongkok ke lutut Nyonya Diana. Arini masih bingung antara mau membocorkan siapa identitas ayah bayi yang dikandungnya itu kepada Nyonya Diana.

"Bangun Arini. Sekarang kamu harus jawab siapa ayah dari anak yang kamu kandung itu. Bilang sekarang. Biar saya yang meminta pertanggungjawabannya."Nyonya Diana menarik tubuh Arini yang sedang jonggkok di lututnya. Tapi Arini tetap saja tidak mau berdiri.

"Laki-laki apa itu. Teganya dia melakukan itu sama kamu. Kamu itu masih muda dan punya banyak impian yang ingin kamu wujudkan nantinya."tiba-tiba nyonya Diana malah menangis karena tidak bisa membayangkan kejadian seperti ini akan menimpa pada Arini. Mana mungkin wanita sepolos Arini bisa hamil secara pacaran saja tidak pernah.

Nyonya Diana hanya bisa menatap Arini dengan rasa kasihan. Betapa tidak masa depan Arini yang masih panjang untuk digunakannya mencari dan menjalani hidup yang lebih baik lagi nantinya kini harus pupus sudah. Mungkin bisa saja Nyonya Diana tidak peduli dengan apa yang sedang dialami Arini secara Arini hanyalah pembantunya. Tapi tidak untuk Nyonya Diana, soalnya Arini sudah dianggapnya seperti anak sendiri. Jadi ketika Arini harus dihadapkan dengan kejadian seperti ini jujur Nyonya Diana juga ikut sedih dan kasihan melihatnya.

"Arini tatap mata saya. Siapa orang yang telah menghamili kamu ini?"Nyonya Diana bejongkok dan mengangkat dagu Arini agar mau menatapnya. Terlihat tetesan air mata Arini yang begitu deras berjatuhan.

"Hiks…hiksss…"Arini tetap menangis dan mengunci mulutnya agar tidak sampai keceplosan.

"Arini katakanlah. Biar saya yang mendatanginya dan menyuruh laki-laki itu bertanggung jawab sama kamu dan bayimu."Nyonya Diana menggenggam tangan Arini berusaha meyakinkan Arini agar mau memberitahukannya.

"Apa aku sebaiknya memberitahukan kepada Nyonya kalau Panjilah yang telah menghamiliku."Arini mempertimbangkan keputusannya lagi.

"Nyonya maafin saya. Tapi saya nggak bisa memberitahukan kepada nyonya."Arini kembali menunduk lagi dan air matanya semakin deras lagi. Dia tidak kuat harus memberitahukan kepada Nyonya Diana kalau Panji anaknya sendiri yang telah menghamilinya.

"Kenapa kamu merahasiakannya. Cepat bilanglah kepadaku. Saya pengen tahu laki-laki itu."Nyonya Diana terlihat serius dan tidak sabar karena Arini masih menutupinya.

"Nyonya saya mohon jangan kasih tahu ke bibi saya. Biar saya saja yang menanggungnya. Saya tidak mau bibi saya sampai tahu akan hal ini."Tiba-tiba Arini teringat dengan Bibi Ayu yang ada di kampong. Arini takut kalau Nyonya Diana akan memberitahukan kepada Bibi Ayu mengenai kabar kehamilannya.

"Dia harus tahu akan hal ini."jawab Nyonya Diana sambil melotot kearah Arini. Bagaimana tidak, Arini yang masih muda tidak mungkin harus menanggung semuanya sendirian. Harus ada orang lain yang membantunya dan itu sudah pasti bibi Ayu.

"Tolong nyonya jangan kasih tahukan ke bibi saya. Saya mohon. Cukup saya dan nyonya saja yang tahu. Saya mohon nyonya. Hiks..hiksss."Arini memohon-mohon sambil memegang tangan Nyonya Diana. Melihat Arini yang benar-benar tidak mau bibinya sampai tahu sampai-sampai harus memohon-mohon seperti itu membuat Nyonya Diana tidak tega.

"Ok saya akan merahasiakannya. Tapi tolong kasih tahukan ke saya siapa yang telah menghamili kamu?"Nyonya Diana memberikan syarat kepada Arini kalau tidak mau bibinya sampai tahu. Seketika Arini langsung tambah bingung.

"Gimana ini. Aku juga nggak mau kalau nyonya Diana tahu kalau Panji lah ayah dari anak yang sedang aku kandung. Tapi disii lain aku juga tidak mau kalau bibiku sampai tahu akan hal ini."Arini menutup matanya karena saking bingungnya.

"Cepalah. Kasih tahukan ke saya siapa laki-laki yang telah menghamili kamu. Atau saya akan benar-benar memberithukan semua ini kepada bibimu."Nyonya Diana terpaksa mengintimisdasi Arini. Karena Arini masih menutupi dan tidak mau memberitahukannya. Maksud Nyonya Diana baik karena ingin membantu Arini meminta tanggung jawab sama laki-laki yang telah menghamilinya itu.

"Saya harus gimana ini…"Arini menatap Nyonya Diana sambil berlinangan air mata.

"Atau saya akan memberitahu bibi kamu ini."sentak Nyonya Diana lagi. Arini semakin menciut nyalinya.

"Laki-laki yang telah menghamili saya telah pergi.dan saya juga nggak tahu perginya kemana Nyonya."Arini terpaksa berbohong. Entah kenapa dia lebih memilih menutupi identitas Panji sebagai ayah dari anak yang dikandungnya. Padahal memang sudah jelas kalau Panji yang telah menyebabkan hidupnya seperti ini.

"Pergi. Dasar bajingan laki-laki itu."Nyonya Diana langsung percaya dengan pengakuan Arini barusan. Nyonya Diana seketika murka setelah tahu kalau laki-laki yang telah menghamili Arini sudah pegi dan lari dari tanggungjawabnya. Jujur Arini merasa bersalah sekaligu menyesal karena telah membohongi majikannya sendiri yang jelas-jelas sangat perhatian dan sayang sekali kepadanya.

"Terus ini kamu gimana?"Nyonya Diana tidak mau memikirkan laki-laki yang telah menghamili Arini lagi. Percuma saja karena sudah pergi dan Arini tidak tahu perginya juga.

"Hiks…hiks…"Arini menggeleng dan masih menangis.

Nyonya Diana kini fokus pada mental Arini sekarang. Bagaimanapun juga arini sekarang masih syok dengan apa yang beru menimpanya itu. Walaupun dia sendiri juga tidak tahu yang sebenarnya kalau Arini telah membohonginya kalau Panji lah ayah dari anak yang dikandungnya.

Arini sedikit lega melihat Nyonya diana percaya padanya walaupun perasaannya terasa sakit sekali seperti tersayat-sayat karena harus menutupi Panji yang harus bertanggung jawab atas semua ini. Sekarang dia sudah memilih untuk merahasiakan identitas Panji dari Nyonya Diana. Kini giliran dia memikirkan nasibnya sendiri yang akan berjuang sendirian menjaga dan merawat anak yang dikandungnya itu. Itu pasti terasa berat dan sulit baginya tapi mau gimana lagi dia sudah memilih seperti itu. Jadi dia harus siap kedepannya.

"Kamu duduklah disini dulu."Nyonya Diana mengangkat tubuh Arini untuk duduk di kasur.

"Hiks…hiks…"Arini masih menangis.

"Ini minumlah. Tenangkan pikiranmu dulu."Nyonya Diana mengambilkan segelas air putih dan diberikan keppada Airni untuk diminumnya.

"Istirahatlah. Kamu sekarang perlu istirahat. Sudah jangan menangis lagi."Nyonya Diana ikut duduk di kasur. Arini meminum ait putih tersebut.

Setelah memnium air putih perasaannya sedikit sudah tenang. Kini tinggal sesenggukannya saja yang masih terdengar. Arini terlihat matanya sudah menyipit karena terlalu lama menangis. Nyonya Diana terus menatap kearahnya.

"Nyonya saya mohon jangan kasih tahukan ke bibi saya dan semua orang mengenai kehamilan saya ini ya."Arini menarik tangan kanan Nyonya Diana yang hendak pergi meninggalkan kamarnya. Seketika tubuh Nyonya Diana reflkes menoleh kearah Arini.

"Udahlah sekarang kamu istirahat saja. Jangan memikirkn yang tidak tidak."Nyonya Diana bingung harus menjawab apa kepadaArini. Ingin rasanya dia memberitahukan kepada bibi Ayu mengenai kehamilan Arini. Tapi dia sudah terlanjur janji tadi kepada Arini untuk tidak memberitahukan semua ini dari semua orang termasuk bibi Ayu.

"Tapi saya mohon ya Nyonya tolong jangan kasih tahukan ke bibi saya. Saya sudah mengecewakan dia. Dan saya tidak mau membebani bibi saya karena sekarang bibi sedang merawat suaminya yang tengah sakit. Jadi saya tidak mau membebani bibi saya lagi."ucap Arini sambil memohon kepada Nyonya Diana.

"Ya kamu tenang saja. Saya akan merahasiakan semua ini dari orang."Nyonya Diana terpaksa menuruti Arini karena terlihat memohon sekali.


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C23
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión