H-10, kami, yang berada di Base lama kembali ke Base utama untuk menyiapkan Ekspedisi yang akan datang. Para anggota baru pun sudah datang karna mereka akan ikut dalam misi yang terhitung besar ini. Bukan hanya karna mereka membawa bocah istimewa yang membawa harapan umat manusia, tapi juga misi skala besar yang pernah mereka lakukan dalam beberapa dekade ini.
Persiapan seperti rapat formasi, pemeriksaan supply, kereta dan kuda. Latihan intensive dan pengarahan untuk pemula dan lainnya. Squad Hanji di sibukan dengan memeriksa hasil percobaan yang mereka lakukan sebelumnya. Dan Squad Levi memiliki peran penting yaitu untuk menjaga si bocah berharga ini. Karna itu rapat mereka selalu terpisah dari anggota yang lain.
Satu minggu yang panjang namun terasa singkat karna semua pekerjaan dan persiapan. Hingga akhirnya semua persiapan selesai dan ekspedisi akan tiba dalam 2 hari lagi.
Malam itu mereka berpesta besar. Ada daging yang sangat jarang dan berharga di sana dan beberapa minuman keras. Mereka berpesta 2 hari sebelum keberangkatan karna mereka harus berada dalam kondisi prima di pagi hari saat ekspedisi. Berpesta semalam sebelumnya hanya akan membuat mereka kelelahan di paginya.
Malam itu mereka melepas semua kelelahan dan kekhawatiran. Mereka tahu mungkin mereka tidak akan kembali dengan selamat dalam ekspedisi ini, karna itu mereka mengadakan pesta besar ini. Bersenang-senang sebelum mereka tidak bisa melakukannya lagi.
Petra tiba terakhir. Wajahnya jelas layu dan lelah. Dia masih harus berjaga hingga setengah acara sampai seseorang pergi menggantikannya. Mereka masuk ke ruang makan di Mana pesta di adakan dan segera mencari Squadnya. Beruntung ia segera menemukannya Squadnya sudah setengah mabuk. Meskin Eren disana, ia hanya meminum jus yg disediakan untuk anggota yg masih di bawah umur. Petra pribadi tidak terlalu bisa mengatasi alkohol, terlebih ia sangat kelelahan, jadi ia lebih memilih jus yang sama dengan Eren.
"Dimana kau mendapatkannya?" Tanya Petra dengan suara sedikit lebih keras pada Eren karna suasana yang ramai dan banyak orang mabuk di sana.
"Mereka menyimpannya di meja itu tadi." Eren menunjuk sebuah meja dimana terdapat beberapa gelas yang berjejer disana.
Petra mengambi gelas itu dan kembali ke meja Squadnya hanya untuk menemukan apa yang ia bawa bukanlah jus, namun ia terlambat menyadarinya karna ia terlanjur meminumnya. Ia meminumnya hingga setengah gelas. Ia terlalu haus saat itu hingga ia terlambat menyadarinya. Kelihatannya mereka sudah mengganti gelas jus dengan alkohol. Beberapa teguk itu sudah berhasil membuat wajah Petra memerah.
"Hei, ini bukan jus?" Petra terheran dan menciumnya. Itu jelas bukan jus yg ia bayangkan.
"Ayolah. Kau selalu menghindari alkohol. Sesekali minum bukan masalah besar." Ajak Oluo yang kelihatannya sudah tidak bisa membedakan mana manusia dan tiang penyangga.
"Aku minum beberapa Kali." Ucapnya singkat. Namun ia tetap meminum apa yang ada di gelasnya karna ia pikir sudah terlanjur dan mungkin ia dapat mengatasinya jika hanya sedikit.
Semakin malam mereka semakin kehilangan diri mereka. Petra bahkan sudah tertidur di gelas kedua nya. Begitu pesta mulai sepi karna beberapa orang sudah tertidur dan kembali ke kamar, Levi datang memeriksa keadaan Squadnya yang tidak berbeda dengan orang-orang yang tertidur di lantai dan muntah di sudut ruangan. Kecuali Eren yg masih duduk dengan canggung. Wajahnya meminta tolong karna tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan orang-orang mabuk ini.
"This useless people.." gumam Levi.
Levi menghampiri mereka dan menendang pantat mereka hingga mereka terbangun. Kesadaran mereka kembali begitu melihat wajah Levi.
"K-kapten!" Mereka memberikan salute, namun jelas mereka masih mabuk. Eld memberikan salute dengan tangan yg salah. Mata Gunther masih terpejam dengan gelas yang masih terisi di tangan kanannya hingga membuat isinya tumpah membasahi dadanya. Bahkan Oluo memberi salute pada Eren di banding pada Levi.
"Cih, merepotkan saja. Angkat pantat kalian dari sini. Aku tidak ingin tempat ini di penuhin muntahan orang di pagi harinya" perintah Levi dan mereka pergi dari sana terhitung menuju dorm mereka.
Beberapa orang mulai membantu teman mereka yang sudah tidak sanggup berdiri atas perintah Levi untuk mengosongkan tempat ini. Dia benar-benar lupa tentang Petra. Petra masih tertidur di mejanya di temani Eren yang masih menunggu Levi mengusir para pemabuk itu. Sampai ia kembali ketempat dimana Eren dan Petra berada.
"Kenapa dia masih disini?" Tanya Levi.
"Ia sama sekali tidak bergerak ketika aku membangunkannya."
"Dia tidak bisa minum?"
"Kurasa dia mengatakan sesuatu tentang tidak bisa mengatasi alkohol dengan baik."
"Dan dia masih minum. How careless" Gerutu Levi.
"K-kalau begitu aku akan mengantarnya ke dorm-nya." Melihat wajah Levi yang tidak senang, Eren bermaksud menolong Petra dengan menghindarinya dari kaptennya yg marah. Namun kelihatannya ia sedikit salah membaca situasi.
"Kau pergi ke kamarmu. Aku yg akan mengantarnya." Ucapnya selagi menopang tubuhnya di dekapnya.
"Y-yes" Balas Eren canggung begitu Levi pergi melewatinya keluar dari ruang makan. Ia tidak terlalu mengerti. Mungkin karna Petra satu-satunya wanita di Squadnya, tapi Levi bersikap lembut padanya.
Levi menopang Petra di sepanjang koridor sampai di dorm-nya. Tentu saja, menggendongnya akan lebih cepat tapi ia merasa sedikit canggung. Jadi ia bertahan dengan menopangnya. Wajah Petra memerah karna mabuk. Kakinya nyaris tidak bergerak namun entah bagaimana mereka sampai di depan dorm Petra. Ia mengetuknya dengan tidak sabar sampai Nanaba membuka pintunya. Jantungnya hampir copot ketika ia menemukan sang Kapten mungil berdiri di sana dengan wajah yang tidak menyenangkan.
"Kenapa temanmu sangat teledor?"
"Petra?" Ia akhirnya menyadari Petra yg sudah tidak sadarkan diri di dekapan Levi. "Dia minum?"
"Bagaimana menurutmu?"
"Sorry, biasanya ia tidak minum sembarangan."
"Terserah. Ambil saja temanmu."
Nanaba sejenak terdiam sebelum akhirnya menjawab. "Maaf Kapten. Aku tidak bisa membiarkan Petra tidur disini. Para gadis masih mengadakan pesta didalam. Kami bisa mengganggu tidurnya."
"Hah?"
"Sorry kapten. Tolong jaga Petra untuk malam ini." Dan nanaba segera menutup pintu tanpa berani menatap wajah bingung dan kesal Levi.
***
Kini Levi tidak tahu hal gila apa lagi yang akan terjadi. Saat ini dihadapannya terbaring bawahannya dengan tidak berdaya di atas kasurnya. Bukan berarti dia keberatan karna Levi memang jarang menggunakan kasurnya untuk tidur dimalam hari. Dan itu tidak seperti Petra tidak pernah bermalam dikamarnya. Namun kondisi saat ini sedikit berbeda atau setidaknya itu yg ia pikirkan. Petra berada disini bukan atas keinginan pribadinya. Dan dia benar-benar dalam keadaan lengah.
Tidak yakin apa yang harus ia lakukan, Levi memutuskan untuk membangunkannya. Levi mengguncangkan tubuh Petra dan sedikit menepuk pipinya hingga akhirnya petra membuka matanya dengan erangan kesakitan dari kepalanya yang pusing. Wajahnya sedikit bingung saat melihat Levi namun jelas ia terlihat belum sadar sepenuhnya.
"Kapten?" tanya Petra dengan suara lemah.
"setidaknya lepas sepatu dan jaketmu jika kau ingin tidur di kamarku." Balas Levi selagi berusaha membuat Petra mengerti keadaannya saat ini.
Petra hanya menatap sekeliling, wajahnya masih merah dan pucat. Jelas tidak dalam keadaan normal. Jadi ia hanya menuruti apa yang Levi katakan tanpa mempertanyakan lebih rinci. Petra mulai melepas sepatu dan jaketnya, membuat Levi canggung karna ia merasa melihat sesuatu yang tidak seharusnya ia lihat. Jadi, ia membalikan badan, hendak pergi meninggalkan Petra menguasai kamarnya. Namun suara lembut dan entah bagaimana terdengar sedikit memelas seolah tidak ingin ia pergi.
"Kapten, kau akan pergi?"
"Kau bisa tetap disini." Balasnya singkat, sedikit melirik kearah Petra yang sedang berusaha melepas boots-nya secepat mungkin untuk mencegah Levi pergi.
"Bagaimana denganmu?"
Sejenak Levi terdiam sebelum kembali membalikan tubuhnya untuk pergi. "kau masih mabuk. tidurlah." Balasnya dingin. Namun ia mendengar suara langkah kaki yang gusar di belakangnya. Is menoleh untuk menemukan Petra hendak menyusulnya tapi langkahnya terhenti karna nyeri di kepalanya karna ia bangun dengan tiba-tiba. Beruntung Levi cukup cepat untuk menangkapnya dan Petra mendaratkan wajahnya di dada Levi, hampir terjatuh.
"the hell are you doing?" Gumam Levi. Namun Petra tidak merespon. Ia hanya membatu disana, membuat Levi berpikir ada yang salah. "Oi, kau masih disana?"
Namun tiba-tiba Petra melingkarkan kedua tangannya di sekitar tubuh Levi dengan wajahnya yang masih terbenam di dadanya. "Aku selalu memikirkan ini, tapi aroma tubuh Kapten memang enak." Gumamnya di antara dada Levi.
Seolah Petir menyambar kepalanya. Ia tidak pernah tahu Petra memiliki sisi penggoda seperti ini. Terlepas dari kondisinya yang sedang mabuk. Diam-diam ia bersyukur bahwa dialah orang yang membawa Petra pergi dari ruang makan. Entah apa yang akan orang lain lakukan padanya yang seperti ini.
"Cukup bualan-mu. Kembali tidur atau aku akan membuatmu tidur di koridor." Levi adalah orang terbaik dalam menyembunyikan pikirannya. Ia dapat sepenuhnya bertingkah normal bahkan dalam kondisi dimana lelaki normal akan kehilangan akalnya.
Namun berbeda dari apa yang ia harapkan. Petra yang normal akan malu mendengar apa yang ia ucapkan sendiri dan akhirnya menuruti ucapannya. Namun kali ini ia malah terkekeh, mendongakan wajahnya, menunjukan tawa yang seperti anak kecil namun dengan wajahnya yang memerah.
"Kau tidak akan melakukannya." ucapnya menantang. "Walaupun kau akhirnya melakukannya, kau akan mengawasiku dari tempat dimana tak seorangpun bisa melihatmu."
Ini pertama kalinya seseorang menyuarakan pikirannya tentang Levi dalam hal yang positif. Apa ia selalu melihat Levi dengan mata dan pikiran seperti itu? Itu semua menjawab mengapa Petra tetap setia disisi nya selama ini. Hanya dengan pikiran itu, Levi hanya bisa terdiam menatap Petra. Terheran akan serangan tak terduga.
"Kurasa kau berpikir terlalu tinggi tentang aku."
"Mungkin." Petra kembali membenamkan wajahnya pada dada Levi. "Tapi kau selalu bersikap lembut seperti apa yang kupikirkan."
Lagi-lagi Levi terdiam. Sejujurnya ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti ini.
"Ahh... Sudah kuduga.." Gumam Petra. "Aku benar-benar menyukaimu."
Dan dengan sepatah kata itu membuat suasana menghening. Memang hening sejak awal, namun suasana canggung membuat semuanya tidak menjadi lebih baik. Saat itu Levi berpikir Petra mengatakan hal yang ambigu karna ia sedang mabuk. Ia mengatakan bahwa dirinya menyukai Levi, tapi itu bisa mengandung banyak arti. Untuk saat ini, Levi berusaha berpikir bahwa kata itu tidak memiliki makna yang berarti. Namun Petra tiba-tiba melepaskan pelukannya dari Levi dan memandang Levi dengan wajah khawatir.
"Oh tidak. Aku baru saja mengutarakan perasaanku." Ucapnya ringan namun terlihat rasa khawatir dimatanya.
Dengan reaksi Petra, sulit untuknya berpikir bahwa kata itu tidaklah penting. Namun ia berusaha menemukan ketenangan dalam dirinya dan bertingkah seperti biasa. Sejujurnya, ia bukan tipe yang bisa menerima pujian dengan baik. Terlebih sebuah pernyataan seperti itu. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana ia bisa terlepas dari situasi ini agar ia dapat berpikir jernih. Ia membalikan tubuh Petra dan mendorong kecil punggungnya ke arah kasur, memaksanya untuk kembali tidur. Namun jelas Petra tidak bisa membiarkan topik ini menghilang begitu saja setelah sekian lama ia menyembunyikannya. Dan kini sang Kapten mengetahuinya dengan cara yang bodoh. Tapi Petra tetap berjalan menuju kasur, membaringkan tubuhnya disana dan membiarkan Levi memberikannya selimut. Ia menatap dengan seksama setiap perubahan kerutan dalam wajah Levi, namun ia tidak bisa menemukan apapun. Membuatnya takut.
"Kapten, apa kau membenciku?"
"Kenapa?"
"Karna aku menyukaimu."
"Kenapa kau berpikir aku akan membenci orang yang menyukaiku?"
"Larna kau selalu menghindariku jika ada sesuatu diantara kita?"
"Kau yakin tidak sedang membicarakan dirimu?"
"... Kau benar. Tapi tetap saja.." Petra yang sebelumnya berbaring, mengangkat tubuhnya untuk melihat wajah Levi, yang sedang duduk di tepi kasur, lebih baik.
Mata mereka bertemu. Petra menatap lurus pada mata Levi. Sebenarnya Levi sangat ingin memalingkan pandangannya, namun ia khawatir Petra akan berpikir bahwa Levi sedang menghindarinya.
"Kapten." suaranya lemah di tengah heningnya malam. Hampir seperti berbisik. "Apa yang kau pikirkan tentang aku?"
Tentu saja Levi tidak menemukan kata untuk membalasnya. Di lubuk hatinya ia sendiri mencari tahu jawabannya. Ia ingin mengatakan bahwa Petra adalah salah satu bawahannya yang berharga. Tapi ketika ia membandingkannya dengan Eld, Oluo dan Gunther, Petra tidak berada di sana. Posisi Petra lebih dari mereka. Yapi apa? Sejak kapan Petra menaiki posisi lebih tinggi dari itu di hatinya?
Melihat Levi yang hanya terdiam, Petra memulai lagi. "Kapten, aku menyuk.. ah, tidak. Kurasa ini lebih dari pada itu."
"Bagaimana kau bisa yakin?" Akhirnya Levi membuka suaranya.
Sejenak Petra terdiam. Lebih seperti mencari tahu apa yang Levi pikirkan di banding mencari tahu jawaban dari pertanyaannya karna ia sudah memiliki jawabannya sejak lama.
"Karna aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Bagaimana ia bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudah? Pikir Levi. Tentu karna ia mabuk. Ia tidak tahu apa ia harus menganggap apa yang ia ucapkan serius. Namun ia menemukan dirinya berharap bahwa itu bukanlah efek dari alkohol.
Mereka hanya saling memandang untuk waktu yang lama. Seolah mencoba membaca isi pikiran masing-masing.
"Kapten, kau tidak mengatakan apapun." Akhirnya Petra memecahkan kesunyian.
"Apa yang ingin kau dengar?"
"Apa yang kau pikirkan."
"Kau tidak menginginkannya."
"Kenapa kau terus menatapku?"
"Karna kau terus menatapku."
"Kapten, kau tahu aku menyukaimu tapi kau tetap membiarkan situasi ini berlanjut."
"Apa yang ingin kau coba katakan?"
Sejenak Petra terdiam. Wajahnya seolah sedang berpikir keras dan terlihat ragu. Hingga akhirnya dengan perlahan dan kikuk, ia menutup jarak antara bibirnya dengan bibir Levi.
Itu hanya sebuah kecupan kecil, namun mampu membuat Levi mematung. Petra membiarkan bibirnya berada disana lebih lama, mencoba menarik reaksi dari sang Kapten, namun ia tidak mendapatkannya. Jadi ia menari diri, mencoba membaca raut wajah Levi. Jelas ia terlihat seperti baru saja melihat hal yang mencengangkan.
"Kenapa kau tidak menghentikan aku?" Tanya Petra.
Dan lagi-lagi pertanyaan itu pula yang ada di pikirannya. Ini tidak seperti ia benar-benar tidak tahu apa yang Petra coba lakukan tapi ia tidak menemukan sesuatu dalam dirinya yang menolaknya. Ia tidak membencinya. Ada sesuatu di dadanya yang membuatnya merasa bahwa itu bukanlah hal yang buruk. Perasaan aneh yang tidak dapat ia deskripsikan. Yang ia yakin adalah bahwa ia menyukainya.
"I wonder?" Akhirnya Levi bergumam, masih tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Petra. Wajahnya tampak datar namun jantungnya berpicu sangat cepat.
Petra melihat itu sebagai pertanda bahwa Levi tidak membencinya. Ia merasa lega dan senang. wajahnya semakin memerah dan suara jantungnya sama kerasnya dengan milik Levi. Perasaannya bercampur aduk namun ia masih tidak tahu apa yang Levi pikirkan.
"Tidakkah kau berpikir kau curang?" Gumam Petra pada akhirnya.
"Aku tidak tahu apa yang kau katakan."
Perlahan wajah mereka semakin mendekat.
"Apa kau sedang mempermainkan aku?"
"Bagaimana menurutmu?"
"... tidak adil."
Wajah mereka terus bergerak mendekat hingga tidak ada lagi jarak diantara kedua bibir mereka. Mereka tidak tahu siapa yang memulai, tapi ciuman kali ini lebih lembut. Meski awalnya Petra tidak yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia berpikir mungkin dirinya lah yang menawarkan dirinya pada Levi, namun respon Levi dalam ciuman mereka membuatnya yakin bahwa ciuman ini Mutual.
Bagaimana mereka menyamakan gerakan bibir masing-masing. Bagaimana mereka mencari sudut yang nyaman bagi satu sama lain. Bagaimana mereka memisahkan bibir mereka untuk mengambil udara, lalu kembali melanjutkannya. Mereka bahkan tidak sadar sejak kapan tangan mereka sudah bertemu, saling terjalin satu sama lain. Mereka terhanyut.
Hingga Levi merasa sensasi yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tubuhnya terasa linu seolah menuntut lebih. Saat itulah ia melepaskan ciumannya pada Petra. Nafas mereka terengah, mengadu di udara. Petra mengerti kenapa Levi berhenti karna ia merasakan hal yang sama.
Mereka masih menatap satu sama lain. Mencerna apa yang baru saja terjadi. Banyak hal berterbangan di benak mereka. Banyak pertanyaan yang mereka terlalu takut untuk menanyakannya. Suasananya terasa canggung, namun bukan dalam artian yang buruk. Mereka tahu mereka menyukai suasana ini. Hingga akhirnya Petra memecahkannya dengan tawanya.
"Kapten, bibirmu membengkak."
Levi menangkup wajah Petra dan mendorongnya lembut agar ia kembali berbaring di atas kasur dengan erangan kecil dari Petra ketika kepalanya menghantam bantal di belakangnya. Levi mencoba menyembunyikan semua emosi yang sedang meluap dalam dirinya. Ia berusaha sangat keras untuk menjaga posturnya agar terlihat normal.
"now, sleep. Kau sudah menahanku cukup lama disini."
Petra menatap Levi di balik selimutnya. "Apa kau akan tetap disini ketika aku bangun?"
Sejenak Levi terdiam menatapnya. Ia tahu ia sudah tidak bisa lagi melihat Petra hanya sebagai bawahannya. Mungkin akan ada banyak hal yang berubah meski ia tidak menginginkannya. Namun ada bagian dari dirinya yang tidak bisa menerimanya. Jadi ia hanya memandang Petra. Matanya tidak secerah sebelumnya. Levi mencoba mencari kata yang tepat agar Petra mengerti. Bagaimanapun, Petra adalah orang yang paling mengerti dirinya. Setidaknya saat ini.
"Aku tidak bisa menjanjikan apapun padamu."
Mereka terdiam. Seperti yang Levi duga, Petra mengerti apa yang sedang ia coba sampaikan.
"Apa itu artinya kau menolakku?" Tanya Petra berharap Levi menjawabnya secara terang-terangan seperti yang biasa ia lakukan. Namun Levi terdiam. "Kau membenciku?"
"Bagaimana mungkin aku bisa membencimu?"
"Kalau begitu, itu cukup." Petra tersenyum. "Yang kuinginkan hanya bersamamu. Selama kau membiarkan aku, itu sudah cukup."
Dada Levi seolah tertusuk ribuan pedang. Ia merasa ingin sekali memeluk Petra, namun ia tahu itu hanya akan menyakitinya.
"Kurasa aku juga membutuhkanmu disampingku." Akhirnya Levi bicara.
Petra menatap Levi terkejut sebelum akhirnya menyembunyikan seluruh wajahnya di balik selimut. "Kapten, kau benar-benar curang.." Suaranya terdengar gemetar. "Jika kau menolakku dengan cara seperti itu, aku akan berakhir menunggumu selamanya."
Levi hanya menatapnya. Dalam hati menjawab bahwa ia berharap Petra benar-benar melakukannya. Ia tidak pernah tahu bahwa dirinya memiliki sisi egois seperti ini. Namun untuk saat ini, ia ingin membiarkan keadaan berjalan sebagaimana mestinya.
Levi mendekatkan wajahnya pada posisi yang ia pikir mendekati telinga Petra di balik selimut dan berbisik, "Selamat malam."
TBC------>