Lo nggak usah nyalahin diri lo sendiri, emang gue nggak ngerti apa yang lo alami di masa lalu tentang itu semua. Tapi gue yakin Tuhan pasti punya maksud tersendiri tentang itu semua.
-Alana Budi Wardaya-
Vano berjalan di depan dengan maksud memimpin Alana untuk menuju salah satu gundukan tanah berukuran 1×2 meter yang akan ia tunjukkan. Namun sebelumnya Vano malah berhenti di hadapan seseorang lelaki paruh baya yang sepertinya ialah pengurus pamakaman di situ. Vano menjabat tangan seorang tersebut dengan senyum sopan.
"Sudah lama Nak Vano tak kesini, saya kira tak akan kembali lagi." ucap seorang tersebut. Entah mengapa Alana merasa di wajah seorang tersebut seperti tercetak setitik kegembiraan melihat Vano yang datang.
"Iya Mang, kangen ya sama saya?" ledek Vano pada seseorang yang ia panggil 'Mang'.
"Hehe bisa saja kamu." Kata Mamang tersebut.
"Oh ya, ini Mang Aang Na Pengurus pemakaman di sini." ucap Vano memperkenalkan pria paruh baya tersebut pada Alana.
"Dan ini Alana Mang." Vano memperkenalkan Alana pada Mang Aang.
"Alana." ucap Alana dengan menjabat tangan Mang Aang dan Mang Aang pun melakukan hal yang sama.
"Nak Vano sekarang sudah lebih tinggi dari Mamang ya."
"Kan ini berkat tips dari Mamang."
"Makan wortel rubus!" kata Vano dan Mang Aang bersamaan dan diikuti gelak tawa. Alana yang mendengarnya malah bingung sendiri dengan apa yang mereka bicarakan.
"Sebentar sebentar, bukannya wortel itu buat kesehatan mata ya?"tanya Alana dengan nada ragu.
"Tapi itu juga bisa Neng." Jawab Mang Aang yang masih tertawa.
"Kok bisa?" kata Alana yang heran.
"Coba kalo mata Neng nggak sehat, apa bisa olahraga biar tinggi." Jawab Mang Aang lagi yang tambah tertawa terbahak-bahak. Alana yang telah mendapat penjelasan dari Mang Aang pun jadi ikut tertawa.
"Mang saya permisi dulu ya." Pamit Vano.
"Oh iya, sikahkan. Nanti dari makam mampir ke rumah Mamang ya." Pinta Mang Aang.
"Kalo nanti belum bisa Mang kayaknya, nanti keburu sore. Saya kan nggak sendiri Mang." Ucap Vano dengan melirikkan matanya ke arah Alana.
"Oh ya, silahkan nanti keburu sore." Kata Mamang Aang mengingatkan agar segera ke makam yang akan Vano kunjungi.
"Permisi Mang." Ucap Alana pada Mang Aang. Alana dan Vano pun melanjutkan jalannya menuju suatu makam yang tadi tertunda. Vano dengan gesit menyusuri makam demi makam untuk menuju ke makam yang akan ia tuju bersama Alana. Alana yang berada di belakang Vano pun mengikuti langkah demi langkah Vano. Hingga Vano berhenti di salah satu gundukan tanah yang ditumbuhi rumput. Alana yang tersadar Vano berhenti pun ikut berhenti. Alana melihat wajah Vano yang kini terlihat sendu.
"Gue udah hampir satu tahun nggak kesini Na." Ucap Vano dengan menunduk untuk melihat nisan yang sudah lama tak ia datangi.
Alana pun hanya diam dengan berbagai pertanyaan yang berhulu hilir di otaknya dan menuggu kata apa yang akan terucap selanjutnya dari bibir Vano.
"Semua ini gara-gara gue Na." Ucap Vano yang kini menghadap ke arah Alana.
"Lo nggak usah nyalahin diri lo sendiri, emang gue nggak ngerti apa yang lo alami di masa lalu tentang itu semua. Tapi gue yakin Tuhan pasti punya maksud tersendiri tentang itu semua." Kata Alana menenagkan Vano.
Vano berjongkok menyentuh nisan yang tertera nama Diyana, Alana pun ikut berjongkok di samping lain nisan tersebut dan hanya melihat apa yang Vano lakukan tanpa berniat mengganggunya.
"Na hidung lo mimisan." Ucap Vano pada Alana yang tak menyadari bahwa hidungnya mengeluarkan darah yang menetes pada nisan ibu Vano, Alana pun langsung mengusap darah yang masih keluar dari hidungnya dengan tangannya.
"Lo nggak papa kan Na?" tanya Vano yang kini menjadi panik.
"Gue nggak papa, di dekat sini ada toilet nggak?" kata Alana yang masih terus mengusap darah di hidungnya.
"Kita ke rumah Mang Aang aja," Vano pun menuntun Alana ke rumah Mang Aang.
"Assalamu'alaikum Mang."
"Mang ijin ke kamar mandinya sebentar."
"Oh iya silahkan, di sebelah dapur." Kata Mang Aang menunjukkan letek kamar mandi.
"Nak Vano duduk saja dulu, mau Mamang buatin minum apa?" kata Mang Aang.
"Nggak usah Mang, Mamang dipinggil tu."kata Vano memberitahu pada Mang Aang bahwa ada yang memanggilnya.
"Ya sudah Mamang tinggal dulu." Mang Aang pun pergi menghampiri seseorang yang memanggilnya. Disaat Vano sedang menuggu Alana, Vano menggambil handphone di dalam tasnya yang ternyata dari tadi bergetar.
Grup chat Hamba Allah
Didit_HA: Diberitahukan kepada seluruh penghuni grup Hamba Allah diharap nanti malam berkumpul di warung Mang Tatang.
Terimakasih.
Yahya_HA: Dalam rangka apakah inih???
Heri_321: ?_?
Dino_123: ???
Didit_HA: melepas kangen
VanoFP: -_-
Yahya_HA: kita aja baru ketemu beberapa jam yang lalu Dit, masa kangen.
Dino_123: taudah tu, kangen? Ma dik e, kagak mungkin kayaknya.
Heri_321: kangen sama yang mana nih Din maksudnya???????
VanoFP: -_-
Dino_123: Ma dik e lah Her, ni si Vano dari tadi pekek emot muluk napa lu Van?
Didit_HA: kangen ma dik e mungkin Din.
Heri_321: lah?
Yahya_HA: Dik e dik e dik e di dinding, diam diam melirik datang seorang gadis, hap lalu...
Dino_123: lalu lu lalang
Didit_HA: lalang belalang
VanoFP: Ada apakah gerangan?
Heri_321: entah
Didit_HA: Dik e dik e Van, katanya lo kangen dik e.
VanoFP: Dik e tapi nggak kangen gue Dit.
Heri_321: Dik e?
Yahya_HA: Oh Tuhan ku cinta dik e, ku sayang dik e, rindu dik e, inginkan dik e....
VanoFP: Siapa yang punya receh?
Dino_123: Gue nggak punya Van.
Yahya_HA: Buat apa nyari duit receh Van?
VanoFP: Buat lu, lu lagi ngamen kan?
Yahya_HA: Apalah daya daku ini, hanya mampu konser di grup malah dikira ngamen -_-,
Dino_123: nggak kuat sewa studio ya Ya.
Didit_HA: Boro-boro studio, gue aja nggak pernah dibayarin makan.
Heri_321: Curhat lu Dit.
Didit_HA: Anj, kenapa jadi curhat ya si daku.
Karena mendengar langkah kaki Alana dari dalam rumah Mang Aang, Vano mengetikkan sesuatu di grup chat.
VanoFP: Gue mau pergi dulu sama DIK E, bayyyy....
Vano langsung memasukkan handphonenya ke saku celannya.
Didit_HA: Anj Vano jalan sama Dik e
Yahya_HA: Van nanti di warung Mang Tatang lo hukumnya wajib bayarin gue pokoknya.
Karena Alana sudah keluar dari rumah Mang Aang, Vano pun menghampiri Alana.
"Na lo nggak papa kan?" tanya Vano yang cemas.
"Gue nggak papa, Cuma kecapekan aja." Jawab Alana menenagkan Vano yang cemas.
# # #
"Na lo nggak papa kan gue ajak ke sini?" tanya Vano dengan memakai helmnya.
"Nggak papa kok, gue malah ikut seneng karena lo mau ke sini lagi setelah hampir tahun lo nggak ke sini lagi." Jawab Alana yang kali ini sudah tak terlalu dingin lagi pada Vano. Setelah itu Vano mengantar Alana pulang.
"Makasih." ucap Alana pada Vano yang telah mengantarnya.
"Ok, gue minta maaf udah buat lo mimisan." Ucap Vano dengan perasaan menyesal.
"Nggak No, ini bukan karena ko. Gue cuma kecapekan aja kok. Lo nggak usah menyalahkan diri lo sendiri." Kata Alana.
"Ya tapi tetep aja karena gue, lo jangan lupa istirahat biar nggak mimisan lagi." Ucap Vano. Alana pun membalas ucapan Vano dengan menganggukkan kepalanya dan mengukirkan sedikit senyum di bibirnya. Vano pun lantas memakai kembali helmnya dan menstater motornya.
"Gue balik dulu Na." Vano melambaikan tangan kanannya sebagai tanda perpisahan.
"Hati-hati No, natar ada ..." balas Alana. Vano pun menggukkan kepalanya yang telah tertutupi helm full face, lantas meniggalkan perkarangan rumah Alana. Senyum Alana yang tadinya terukir indah untuk Vano seketika menghilang karena ada sesuatu yang mengalir kembali di hidungnya. Karena tak ingin ada orang yang mengetahui Alana pun langsung memasuki rumah dengan menutupi hidungnya. Sesampainya di dalam rumah Alana pun lantas menuju dapur untuk mengambil es batu.
"Non sudah pulang." Ucap seorang wanita paruh baya.
"Astagfirullah Bik." Alana menusap-usap dadanya karena terkejut.
"Maaf Non maaf, Bibik nggak sengaja." Ucap Bibik meminta maaf.
"Iya Bik, tapi lain kali jangan kek gitu lagi. Nanti kalo Alana jatungan gimana." Kata Alana.
"Itu Non itu." Bibik menunjuk-nunjuk sesuatu.
"Apa Bik? "
"Hidung Non mimisan." Kata Bibik memberi tahu. Alana pun langsung menutupi hidungnya kembali.
"Iya Bik, makanya saya mau ambil es batu buat kompers hidung." Ucap Alana memberi tahu maksud Alana di dapur.
"Sini Non biar Bibik siapin. Non duduk aja." Bibik mengambil alih es batu yang sudah berada di tangan Alana. Alana pun mengiyakannya dan lantas duduk di meja makan untuk menunggu. Setelah beberapa menit Bibik menuju ke meja makan untuk menberikan kompres.
"Ini Non." Bibik menyerahkan mangkuk berukuran sedang yang telah terisi dengan air dingin dan es batu tak lupa dengan handuk kecil.
"Makasih Bik." Alana lantas mengompres hidungnya yang masih saja mengeluarkan darah dengan menyenderkan kepalanya di kursi makan. Karena merasa kurang nyaman dengan posisinya, Alana berdiri dari kursi tersebut berniat hendak ke kamar. Alana sambil membawa semangkuk air es dan peralatan kompresnya berjalan menuju kamarnya. Namun baru beberapa langkah Alana berjalan ia berhenti dan menengok ke arah Bik Iyem.
"Bik jangan beri tahu sama siapapun kalo Alana tadi mimisan, terutama Bunda sama kak Arya." Ucap Alana pada Bik Iyem.
"Baik Non, Non perlu saya bantu ke kamar?"
"Tidak usah Bik, makasih." Alana pun lantas masuk ke kamarnya.
# # #