Descargar la aplicación
41.66% Alana / Chapter 15: ALANA [15]

Capítulo 15: ALANA [15]

"Gue punya kuping." jawab Alana yang sudah kesal.

"Ow, gue kira."

"Kira apa?" tanya Alana yang kini mulai menjadi kepo.

"Kepo lo." jawab Vano menirukan kata-kata Alana tadi.

"Lo tu ya." balas Alana dengan memukuli punggung Vano. Alhasil Vano pun terhuyung ke belakang dan hampir terjatuh bersama Alana.

"Lo tu bisa nggak sih." kata Alana mendumel karena ia mampir terjatuh.

"Ya lo jangan mukulin punggung gue, geli tau nggak." balas Vano.

Sementara Alana dan Vano yang sedang berjalan dengan berbincang-bincang, di seberang jalan ada tiga gadis yang kebetulan sedang jogging. Mereka ialah Tasya, Aurel dan Nita atau biasa di bilang Tasya and the gank.

"Sya Sya itu bukannya Vano?" kata Aurel yang kebetulan melihat Vano.

"Lah iya tu, kok itu sama cewek?" kata Nita yang juga melihatnya.

Mereka masih belum bisa menebak siapa gadis tersebut, dikarenakan mereka melihat dari belakang. Karena rasa kepo yang melanda mereka bertiga pun memutuskan untuk lebih melangkah mendekat dengan bersembunyi di balik pohon.

# # #

Vano yang sedang menggendong Alana di punggunnya sudah hampir sampai di rumah Alana.

"Eh eh mau kemana ini?" ucap Alana ketika Vano berjalan bukan ke arah rumahnya.

"Gue laper." jawab Vano masih dengan terus berjalan.

"Terus?" kata Alana yang masih belum tahu maksud Vano.

"Gue mau ke kamar mandi." ada jeda pada kalimat Vano saat itu. Dan Alana pun menuggu apa kalimat selanjutnya yang akan Vano lontarkan dengan perasaan cemas.

"Elah gue itu mau makan, santai aja kali gue nggak akan apa-apain lo kok." cetus Vano yang merasakan adanya kecemasan pada diri Alana.

"Issh, lo tu ya_?"

"Apa? Lo kira gue mau apa-apain lo, ya nggak mungkin lah. Emang gue cowok apaan."

Alana yang mendengar ucapan Vano pun jadi merasa bersalah karena sudah menuduh Vano yang tidak-tidak.

"Sorry, gue udah mikir yang enggak-enggak tentang lo." kata Alana sangat pelan di punggung Vano.

"Nggak papa kok, gue udah bisa di juge jelak sama orang. Tapi satu hal yang harus lo tau." Vano menghentikan ucapannya dan menengok ke belakang punggungnya untuk melihat Alana. Alana yang merasa di lihat pun mengalihkan penglihatannya dari pemandangan sekitar ke Vano dengan mata yang seperti bertanya-tanya apa kata-kata yang akan Vano lontarkan padanya.

"Senakal-nakalnya gue, gue nggak akan berbuat yang nggak-nggak ke wanita. Karena gue udah janji sama diri gue sendiri dan seseorang." Vano menyudahi ucapannya. Alana yang mendengarnya menjadi tertengun. Seperti tak percaya pada apa yang ia dengar.

"Woy udah sampe, bengong aje lu!" ucap Vano dengan menurunkan Alana dari punggungnya dengan perlahan ke kursi disalah satu lapak pedagang bubur dekat rumah Alana.

"Udah sampe rumah gue ya?kok malah ke sini." kata Alana yang tersadar dari lamunannya dan baru menyadari bahwa Vano membawanya ke lapak tukang bubur.

"Gue udah bilang gue laper, jadi gue mau makan dulu. Lo mau?"

"Gue mau pulang." jawab Alana tanpa babibu.

"Ok, tapi setelah makan." kata Vano dengan mendekatkan satu sendok bubur di bibir Alana.

"Ihhh, apa-apaan sih No." Alana menjauhkan wajahnya dari sendok.

"Ak ak ak." Vano kembali mendekatkan sendok yang masih penuh dengan bubur. Alhasil tingkah Vano tersebut menjadikan pengunjung lain mengalihkan pandangan ke mereka. Alana yang merasa malu dan sedikit jengkel pun menarik sendok Vano dan memakannya dengan tangannya sendiri.

"Lo tu bikin gue malu tau nggak." kata Alana dengan menyendoki bubur ke dalam mulutnya.

"Tapi lo sukakan." ucap Vano dengan menaik turunkan alisnya.

"Mang buburnya satu lagi." ucap Vano pada pedagang bubur.

"Ishh nggak jelas." gumam Alana.

"Makasih mang," ucap Vano pada Mamang tukang bubur dengan menerima pesanannya.

"Nggak usah gitu, ntar suka gue beneran." kata Vano menaggapi ucapan Alana.

Alana pun masih cemberut dengan memakan buburnya.

# # #

Maksud lo tu cowok Vano?" kata Viona meminta penjelasan.

"Menurut lo." ucap Dino dengan berjalan menjauh dari tempat Alana dan Vano yang entah sedang berbicara apa.

"Eh eh, lo jelasin dulu ke gue." Viona mengikuti langkah kaki Dino yang entah kemana.

"Eh eh tunggu! Lo mau kemana." Viona masih mengikuti langkah kaki Dino.

"Lo jelasin ke gue apa maksud ucapan lo tadi." kata Viona yang sudah berjalan sejajar dengan Dino.

"Maksud lo?" Dino menghentikan langkahnya dan menghadap ke Viona dengan mengerutkan dahi.

"Tentang Vano?" ucap Viona langsung tode poin.

"Ya mana gue tau." jawab Dino.

"Alah nggak usah pura-pura nggak tau deh lo." ucap Viona yang tak percaya pada ucapan Dino.

"Emang gue nggak tau."

"Woy!" teriak Didit, Yahya, dan Heri secara bersamaan tepat di belakang Viona dan Dino yang sedang berdebat. Karena perbutan mereka bertiga, Viona menjadi kaget dan tak sengaja terperanjat ke pelukan Dino.

"Elah pagi-pagi mata gue udah terkapar adegan teletabis nih." celetuk Didit.

Karena menyadari bahwa ia dikerjai Viona melepas pelukannya pada Dino dan memukuli Didit, Yahya dan Heri.

"Eheheh, berhenti berhenti." ucap Didit, Yahya dan Heri yang saat itu masih dipukuli oleh Viona.

"Rasain." ucap Viona dengan menghentikan pukulannya.

"Sakit juga ya bogeman lo Vi." kata Yahya dengan mengelus-elus tangannya yang tadi dipukul Viona.

"Rasain tu bogeman Viona." ucap Dino yang kesal karena sudah dikerjai mereka.

"Lo tu harusnya makasih Din." ucap Heri.

"Maksud lo?" tanya Dino yang bingung.

"Elo mah enak Din dapet pelukan, la kita." cerocos Didit.

"Asal kalian tau ya, gue mah ogah meluk dia." kata Viona yang masih kesal.

"Siapa juga yang ngarep pelukan lo." balas Dino.

"Udah nggak usah brantem." lerai Heri.

"Sana pelukan lagi sana, biar kaya teletubis." ucap Didit meledek Viona dan Dino.

"Ogah." kata Viona dan Dino bersamaan.

"Uluh uluh ngomong aja kompak." goda Yahya.

"Sini sini sini, peluk Didit aja sini." kata Didit dengan membentangkan kedua tangannya.

"Ni kalo lo mau!" kata Viona memberikan kepalan tangan pada Didit.

"Din Vano mana?" tanya Heri.

"Lah iya!gara-gara lo sih jadi lupa kan gue." ucap Viona dengan menepuk jidatnya.

"Tadi di sana Her." ucap Dino menunjuk bangku jauh di sudut taman. Didit, Heri, Yahya dan Viona menengok ke arah yang di tunjuk Dino.

"Lah Alana sama Vano ke mana?" kata Viona yang kehilangan jejak mereka.

"Alana?" ucap Didit dan Yahya bersamaan.

"Sok kek paduan suara lu." kata Dino menaggapi Didit dan Yahya.

"Tu kan gue jadi ditinggal Alana." kata Viona kesal.

"Vano sama Alana ngapain Din?" tanya Yahya.

"Kepo lo, mereka berdua kok bisa barengan Din?" ucap Didit.

"Lo apa bedanya sama Yahya." kata Dino dengan mejitak Didit.

# # #


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C15
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión