Descargar la aplicación
27.38% Mystic Boy / Chapter 23: Sadewa (Chapter 23)

Capítulo 23: Sadewa (Chapter 23)

Dewa menyadari bahwa ia melihat masa lalu Emi yang begitu kelam. Wanita yang awalnya bersifat sangat baik kepada semua orang, kini berubah menjadi serigala berbulu domba. Ia hanya berpura-pura baik karena telah dirasuki arwah jahat.

Di masa lalu Emi, ia hanyalah seorang gadis remaja yang mengalami penyiksaan fisik oleh kedua orang tuanya. Emi bahkan pernah dikurung di sebuah gudang. Kenyataan itu membuat Dewa merasa prihatin. Bagaimana mungkin ada orang tua yang tega melakukan itu hanya karena kesalahan kecil? Seharusnya mereka bersyukur karena telah mendapat titipan seorang anak dari Tuhan, bahkan di luar sana masih banyak orang yang sangat menginginkan hadirnya seorang anak, tetapi tidak bisa memiliki anak.

Di dalam gudang itu, wajah Emi remaja yang lebam itu terlihat sangat ketakutan. Sebab, di dalam sana sangatlah gelap. Emi remaja menangis hingga akhirnya sesosok makhluk jahat berwarna hitam memasuki tubuh gadis itu. Dan sampai sekarang, arwah itu tidak pernah keluar dari dalam tubuh Emi yang telah berada pada usia empat puluhan.

Menyedihkan, itulah yang ada di dalam pikiran Dewa. Emi remaja yang telah dirasuki setan itu akhirnya dikeluarkan dari gudang. Tetapi beberapa saat kemudian, lagi-lagi Emi remaja dipukuli oleh kedua orang tuanya. Dan Emi akhirnya membunuh kedua orang tuanya pada malam hari, yaitu pada saat orang tuanya itu tengah terlelap. Ia membunuh orang tuanya dengan cara menusuk mereka. Dan tentunya ia juga telah merekayasa kematian orang tuanya. Ia membuat seolah-olah orang tuanya meninggal akibat perampokan. Benar-benar cerdas bukan? Ya, itulah Emi remaja yang telah dirasuki arwah jahat. Ia berpura-pura menjadi manusia baik di hadapan semua orang, tapi kenyataannya sifat baik itu hanyalah sebuah topeng yang menutupi seluruh kejahatannya.

Dan yang lebih menyedihkan lagi adalah, Emi adalah orang yang bertanggung jawab di balik kecelakaan yang dialami oleh Elen agar gadis itu bisa mati. Dewa tak tahu harus berbuat apa, ia akan sangat berdosa jika membiarkan masalah ini begitu saja. Tapi, ia juga tidak ingin terlibat lebih jauh dengan masalah runyam ini.

Dewa memijit-mijit pelipisnya sendiri akibat terlalu pusing memikirkan masalah itu. Elen yang berada di sampingnya pun bertanya pada laki-laki itu.

"Kamu kenapa, Wa?" tanya Elen, begitu juga dengan Mr. Choi.

"Kamu kelihatan tidak sehat, Nak. Ada apa?" tanya Mr. Choi. Dewa pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Nggak apa-apa. Saya ... saya harus pulang," sahut Dewa. Ia pun segera meninggalkan Elen dan Mr. Choi yang masih terheran-heran dengan sikap Dewa yang sangat aneh.

*****

Di sekolah pun, pikiran Dewa tidak bisa terlepas dari masalah itu. Amor yang sedaritadi memandangi Dewa sembari menyantap bakso itu merasa bahwa Dewa pasti sedang berada dalam masalah. Ia pun meletakkan sendok dan garpunya di dalam mangkok.

"Kamu kenapa? Kamu pasti lagi mikirin sesuatu kan?" tanya Amor. Dewa pun tersadar dari lamunannya dan menjadi sedikit salah tingkah.

"Kenapa nggak kamu lanjutin makannya? Makanlah, ntar dingin lho," ujar Dewa. Mendengar ucapan Dewa, Amor pun mengembuskan napas panjang.

"Gimana aku bisa lanjutin makan kalau kamu nggak makan sedikitpun?" gadis itu mengomeli Dewa yang sama sekali tak menyentuh makanannya. Dewa mengembuskan napas panjangnya. Ia sadar, ia tidak bisa berbohong kepada gadis di hadapannya ini.

"Kamu ingat sama ibu-ibu yang nyapa aku di minimarket?" tanya Dewa. Gadis itu pun menjawab.

"Gimana mungkin aku bisa lupa? Abis ketemu sama ibu itu, kamu langsung diam sampai sekarang," sahut Amor. Dewa pun menceritakan semua masalahnya itu kepada Amor. Begitu mendengar cerita Dewa, gadis itu hanya bisa terdiam. Sejujurnya, ia sangat mengkhawatirkan laki-laki itu. Tetapi, ia sadar ia tidak bisa berbuat apapun untuk membantu Dewa.

"Aku ingin minta izin sama kamu," gumam Dewa. "Apa ... kamu ngizinin aku buat ... menyelesaikan masalah itu?"

Amor menatap mata laki-laki yang ada di hadapannya itu lekat-lekat.

"Aku izinin kamu," sahut Amor. "Tapi ... aku harus ikut,"

Dewa sangat terkejut mendengar jawaban Amor yang tak terduga itu. Dewa sangat frustasi, sebab ia tidak ingin gadis yang telah menjadi kekasihnya itu terlibat dalam masalahnya.

"A-a-apa?"

***** TBC *****


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C23
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión