Descargar la aplicación
11.9% Mystic Boy / Chapter 10: Sadewa (Chapter 10)

Capítulo 10: Sadewa (Chapter 10)

Dewa telah kembali sehat setelah beristirahat selama kurang lebih seminggu. Ia terlihat kembali sibuk dengan pekerjaannya, yaitu bernyanyi di kafe. Ia terlihat sangat berkarisma dengan gitar yang ia mainkan, serta bahasa korea yang terdengar begitu lancar. Mendengar nyanyiannya, semua mata pengunjung tertuju pada Dewa.

Selesai bernyanyi, mereka memberikan tepuk tangan untuk Dewa. Laki-laki itu pun turun dari panggung dengan sedikit tersipu malu. Ia pun pergi ke belakang panggung untuk membantu rekan-rekan kerjanya, mulai dari mencuci piring, sampai membersihkan gelas-gelas dengan lap. Bahkan, terkadang ia juga yang membuatkan minuman untuk para pelanggan, ia juga sering mengantarkan pesanan ke meja para pelanggan.

Dewa pun terlihat sibuk mengantarkan pesanan ke meja para pelanggan. Namun, Dewa merasa was-was. Itu karena, ia merasa bahwa ada seseorang yang mengawasinya. Tapi, ketika Dewa menoleh di sekitarnya, tak ada siapapun yang terlihat mencurigakan.

Dewa kembali ke belakang sembari membawa minuman soda kaleng. Ia duduk di kursi sembari menikmati minuman yang ada di genggamannya. Namun, ia dikejutkan oleh seseorang hingga nyaris membuatnya tersedak.

"Oh, maaf kalau saya mengagetkanmu," ucap seorang pria sembari memamerkan senyumnya. Tampaknya pria ini bukan asli orang Indonesia, tapi bahasa indonesianya lancar sekali.

"Kamu orang yang tadi nyanyi kan?" tanya pria itu. Dewa hanya menjawab dengan anggukan serta menatap pria itu dengan penuh keheranan.

"Kenalkan, saya Mr. Choi. Saya daritadi memerhatikan penampilanmu," ucap orang itu. Benar sekali dugaan Dewa, dari wajah serta nama orang itu, sudah bisa dipastikan bahwa orang itu adalah warga Korea Selatan.

"Saya tadi mendengarmu bernyanyi, dan memerhatikanmu yang daritadi berkeliling mengantar pesanan," lanjut Mr. Choi. Oh, jadi yang sedaritadi yang mengawasi Dewa adalah pria itu? Dewa jadi sedikit lega, karena yang mengawasi dirinya bukanlah orang jahat. Mr. Choi pun mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Ia pun mengambil selembar brosur yang telah dilipat-lipat.

"Datanglah ke tempat itu untuk ikut audisi," ucap pria itu sembari memberikan lembaran brosur itu. Mr. Choi pun pergi dari hadapannya.

Dewa membaca brosur yang di dalamnya juga terdapat kartu nama orang itu. Di brosur itu tertulis bahwa di Indonesia akan diadakan audisi bertajuk K-Star Audition, di mana para peserta yang lolos audisi akan dibawa ke Seoul.

Namun, sepertinya Dewa masih belum tertarik untuk mengikutinya. Itu karena masih banyak hal yang menjadi pertimbangan untuknya. Ia pun memasukkan brosur itu ke dalam saku kemejanya.

*****

Benny dan Amor berjalan menuju kantin sembari membicarakan Dewa.

"Lo tahu nggak sih, Mor? Gue tuh kadang kasihan gitu sama Dewa," ucap Benny.

"Kasihan kenapa?" tanya Amor, Benny pun menjawab.

"Gimana ya? Dia tuh sering banget kelihatan kecapaian gara-gara kemampuannya itu. Udah gitu, dia sering banget nolongin orang. Sedangkan buat dirinya sendiri, dia nggak tahu nasibnya sendiri bakal gimana," gumam Benny. "Dia bilang, dia nggak bisa ngeliat masa depannya sendiri,"

Amor terdiam mendengar cerita Benny. Sepertinya benar yang dikatakan oleh laki-laki di sebelahnya itu. Dewa terlalu sering terlibat dalam bahaya untuk orang lain karena kemampuannya itu.

Mereka pun melihat Dewa yang tengah duduk sendirian. Dewa memerhatikan brosur itu serta kartu nama yang diberikan pria bernama Mr. Cho itu. Jika dipikir-pikir, sepertinya tidak ada salahnya untuk mengikuti audisi itu, meskipun ia tidak yakin jika dirinya bisa masuk.

"Woy!" Benny mengejutkan Dewa dengan seruan serta tepukan di bahu Dewa dengan cukup keras. Melihat reaksi Dewa, Benny pun tertawa terpingkal-pingkal.

"Makanya, jangan sendirian melulu!" seru Benny. Sedangkan Amor terlihat membaca brosur yang ada di tangan Dewa.

"K-Star Audition? Ini yang audisi meng-cover lagu korea itu kan?" tanya Amor, Dewa hanya menjawab dengan anggukan.

"Lo mau ikut audisinya?" tanya Benny, Dewa pun menggedikan bahunya.

"Nggak tahu," sahut Dewa dengan datar.

"Ikut aja, Wa. Siapa tahu kamu bisa masuk," ucap Amor, Benny pun setuju dengan saran itu. Dewa terdiam, saran itu memang bagus. Tapi, ia ingin memikirkannya matang-matang terlebih dahulu.

Disaat ia sedang berpikir, Dewa merasa terganggu. Ia merasa bahwa ada seseorang yang sedang memerhatikan mereka. Dewa pun menoleh ke sekitarnya untuk mencari orang yang menatap mereka. Ia pun menemukan seorang laki-laki yang terlihat gugup ketika Dewa memerhatikan dirinya. Sudah bisa dipastikan bahwa laki-laki itulah yang memerhatikan mereka. Tidak, lebih tepatnya, laki-laki itu sedang memerhatikan Amor. Laki-laki berkacamata itu diam-diam mencuri pandang ke arah Amor.

Dewa pun menatap Amor yang tertawa bersama Benny. Dewa merasa, sesuatu yang tidak beres akan terjadi malam ini ...

*****

Pada malam hari, Amor baru saja selesai belanja di minimarket untuk membeli kebutuhan bulanannya. Ia jalan kaki, karena jarak minimarket dan rumahnya tidak terlalu jauh.

Setelah berjalan selama beberapa menit, suasana di sekitarnya terlihat sepi, tidak ada orang berlalu lalang. Amor menghentikan langkahnya sejenak, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Ia pun melanjutkan langkahnya dengan lebih cepat. Namun, ia mendengar suara langkah yang mengikutinya itu semakin dekat.

Disaat Amor tengah panik dan mempercepat langkahnya, ia tiba-tiba menabrak seseorang. Rupanya, orang yang ia tabrak itu adalah Dewa. Dewa tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Dewa. Amor merasa lega, napasnya sama sekali tidak teratur karena ketakutan mendengar langkah kaki itu.

"Nggak apa-apa," sahut Amor. Dewa memerhatikan sekitar mereka, tidak ada orang di sana. Mungkinkah ...

"Ayo, aku antar kamu pulang," ajak Dewa, ia pun menggenggam tangan Amor dengan erat, dan tak melepaskannya sedetikpun.

***** TBC *****


Load failed, please RETRY

Regalos

Regalo -- Regalo recibido

    Estado de energía semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Piedra de Poder

    Desbloqueo caps por lotes

    Tabla de contenidos

    Opciones de visualización

    Fondo

    Fuente

    Tamaño

    Gestión de comentarios de capítulos

    Escribe una reseña Estado de lectura: C10
    No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
    • Calidad de escritura
    • Estabilidad de las actualizaciones
    • Desarrollo de la Historia
    • Diseño de Personajes
    • Antecedentes del mundo

    La puntuación total 0.0

    ¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
    Votar con Piedra de Poder
    Rank NO.-- Clasificación PS
    Stone -- Piedra de Poder
    Denunciar contenido inapropiado
    sugerencia de error

    Reportar abuso

    Comentarios de párrafo

    Iniciar sesión