"Kak, mengapa kamu mengunci pintunya?" Anya merasa jantungnya berdegup dua kali lebih kencang. Meski saat ini ia bersama dengan Maria, orang yang tidak mungkin menyakitinya, entah mengapa ia tetap merasa gugup.
"Aku mengunci pintunya agar tidak akan orang yang menerobos saat kita bicara. Kalau tidak dikunci, mungkin akan ada yang menguping dari luar," kata Maria, berusaha untuk menenangkan Anya.
"Kak, tidak usah dikunci. Tidak akan ada orang yang masuk," Anya ingin membuka pintunya tetapi Maria menghentikannya.
"Duduklah denganku. Aku ingin memberitahumu sesuatu," tanpa menunggu jawaban Anya, Maria langsung menggandengnya menuju sofa di dekat jendela dan duduk di sana.
Anya terus memandang ke arah pintu dan merasa gugup. Ia merasa tidak aman berada di ruang tertutup seperti ini.
Bagaimana pun juga, ia sering mengalami hal buruk karena kecerobohannya.