"Sebegitu tidak sabarnya?" suara Aiden terdengar rendah dan sedikit serak saat ia mengulurkan tangan untuk menarik tubuh Anya ke dalam pelukannya.
Matanya memandang tubuh istrinya yang berbalutkan kemeja putihnya, dari atas hingga ke bawah.
Tenggorokannya terlihat sedang menelan ludah berulang kali sehingga jakunnya naik turun. Tangannya yang berada di pinggang Anya menjadi sedikit lebih kencang.
Anya hanya bisa menguburkan kepalanya di lengan Aiden dengan malu, tidak berani melihat reaksi Aiden meskipun ia sendiri yang berinisiatif melakukannya.
Hari ini Anya benar-benar bersalah karena telah mengabaikan Aiden semalaman hingga akhirnya Nico dan Tara pun ikut terlibat. Menenangkan Aiden adalah hal yang paling penting sekarang.
Anya mengangkat kepalanya dan mengecup dagu Aiden dengan lembut, "Apakah kamu marah?"
"Mengapa aku harus marah?" Aiden tidak menjawab Anya.