Pada saat Randika bersumpah akan membalas dendamnya di hatinya, tiba-tiba suara retakan di dahan itu makin keras.
Sepertinya dahan yang sudah retak itu sudah tidak kuat menahan bobot dua manusia ini dan sudah mulai menunjukan tanda-tanda patah. Perlahan demi perlahan, Randika dan Hannah kembali merosot dan mendadak dahan itu patah dan keduanya kembali jatuh!
Ketika dirinya merosot, Hannah sudah menutup matanya dengan erat dan memeluk leher Randika.
"AH!!!"
Randika tidak tahu harus berbuat apa, jika mereka jatuh dengan kecepatan seperti tadi maka tamatlah riwayat mereka.
Setelah menoleh ke bawah, hati Randika justru makin mengepal. Bebatuan yang tajam itu mencuat dan tidak sabar menanti kedatangan mereka.
Tidak ada pilihan lain, Randika menyalurkan seluruh tenaga dalam di tubuhnya ke tangannya. Dan seperti sebuah cakar, Randika menancapkan tangannya di tebing.
SRAAAKKKKK!
Kesepuluh jari Randika itu berusaha menahan bobot keduanya sambil terus meluncur ke bawah.