Sudah tiba saatnya presentasi,, Zara sangat berharap ia dan kawan-kawan bisa lolos dan mendapat uang pembinaan. Semalaman suaminya pun ikut membantu ia menyiapkan bahan untuk presentasi pagi ini.
Diatas panggung gadis yang mengenakan jeans dan kemeja flanel berdiri sedikit gugup,, netranya menyapu tiap wajah yang kini fokus padanya yang tampil sebagai peserta nomor tiga. Disana ia bisa menangkap sosok suaminya Aldi yang sengaja ikut hadir untuk menyalurkan energi semangat, ini presentasi pertama didepan banyak orang.
Setelah memperkenalkan diri dengan beberapa kata pengantar sebelum memulai, Zara sempat berhenti berbicara,, dia gugup bukan main,, namun Aldi menjadi penyemangat nya, ia ingat dengan kata-kata suaminya semalam:
"fokus pada apa yang ingin kau sampaikan, keluar kan aura positif dari dalam diri.. lalu yakinkan diri kalau kamu bisa. semua akan terasa lebih mudah.."
Zara menarik nafas dalam-dalam...
"baiklah disini saya bersama kedua teman saya Nanda dan Widya akan memperkenalkan produk kami dengan brand gudang coklat... kalau ada yang bertanya kenapa kami memilih coklat?? alasannya hampir setiap orang suka coklat.. dan kami ingin coklat yang kami tawarkan bisa mewakili perasaan setiap orang yang membeli karena coklat kami juga disertai kartu ucapan untuk orang yang disayangi atau pun kata mutiara yang bisa mewakili perasaan pembeli saat itu..."
.
Tristan yang ikut menjadi juri dalam menentukan pemenang yang akan terpilih nanti seakan tersihir oleh gadis sederhana yang sedang berbicara di atas panggung,, gadis begitu nampak menarik Dimatanya, padahal banyak gadis lain yang mengejar dirinya, entah itu dari kalangan artis, sesama anak pengusaha, atau beberapa teman yang dulu kenal dengan mendiang Bianca. Baginya Zara bergitu berbeda dari mereka semua, tapi sayang gadis ceria itu hanya bisa ia kagumi...
.
Terdengar suara riuh tepuk tangan, tak lama yang dikagumi sang CEO menuruni panggung. Gadis pencuri hati kembali duduk ketempat nya semula.
***
"makasih ya Al.. kamu Sudah mau datang..." ucap Zara setibanya mereka di parkiran mobil. Aldi tersenyum tipis, tumben-tumben Zara pakai kata 'kamu' biasanya pakai kata 'kau'.
"ya.. kalau tidak datang aku takut nanti kamu mogok masak..." guraunya menampilkan barisan gigi putih yang rapi.. "tapi.. ngomong-ngomong semoga kalian beruntung..." Aldi mengusap rambut lurus milik istrinya
"aamiin..." sahut Zara sumringah.
Dari dalam mobil Lexus,, Tristan mengamati dua orang insan bercengkrama bahagia berdiri didepan mobil Pajero sport hitam yang terparkir. Batinnya kian meyakini hati bahwa melupakan segera adalah hal terbaik daripada harus menahan perasaan yang tak seharusnya.
"Jhony..." katanya menyebut nama asisten yang duduk di samping kemudi.
"ya pak..."
"apa kau sudah atur jadwal pertemuan ku dengan pemilik Als cake??"
"ya pak.. sudah.. saya atur untuk pekan depan..."
"baiklah.. tapi aku ingin sebelum pekan depan kami bisa bertemu... segera hubungi pihak mereka" titahnya kemudian di iya kan oleh Jhony yang sibuk mengotak ngatik Tablet ditangan nya untuk memastikan jadwal CEO nya yang padat.
.
bip! bip!!
Ponsel Aldi berdering, mereka baru saja masuk kedalam mobil, ia segera merogoh kocek untuk melihat siapa yang sibuk menelpon.
"ya Aura..." sepenggal nama itu meluncur dari mulut Aldi.. mata Zara membulat..
"kalian mau bertemu??" tanya Zara ragu
"ya.."
"baiklah aku pulang naik ocejek saja.." Zara hendak membuka kembali pintu mobil, namun dicegah Aldi.
"tidak.. kau bisa ikut dengan ku..."
.
Tak lama mereka tiba di sebuah restoran yang ditunjukkan Aura, tampak gadis yang kini mengenakan tongkat berkaki tiga untuk membantu nya berjalan. Desainer muda itu tampak anggun dengan balutan dress bewarna putih yang ia kenakan.
"Aura.. Zara ikut tidak apa kan.. kebetulan tadi kami baru mau pulang dari kampus nya Zara..."
"oh ya.. tidak masalah..." sahut Aura sedikit terkejut Zara juga datang.
.
Semua hidangan tersaji diatas meja makan, Aldi duduk bersebelahan dengan Aura,, sementara Zara duduk berhadapan dengan Aldi... tampak Aura yang sedikit sibuk meletakkan ini itu kedalam piring makan Aldi.
"Al.. semoga nanti kamu ngga lupa ya lusa fashion show sekaligus pameran baju rancangan ku..." ujar Aura sembari menatap lekat kearah Aldi.
"ya tentu..." sahutnya sedikit gerogi,, sekali-kali ia melirik pada Zara yang fokus pada makannya tanpa peduli dengan apapun yang dibicarakan dua orang didepannya.
bip! bip! ponsel Aldi kembali berdering, ia pamit untuk menyahut Panggilan itu ditempat lain.
"seperti nya kalian sekarang dekat..." ujar Aura membuat Zara menghentikan aktivitas makannya. "aku salut padamu.. kau bisa bertahan pada pernikahan mu.. sudah jelas suami mu bersama wanita lain.. tapi kau masih tetap mempertahankannya..." sinis Aura membuat Zara gerah sendiri dengan apa yang diucapkan gadis itu barusan.
hufftt... Zara mengehela nafas.. ia tidak mau terpancing dengan perkataan penuh intimidasi itu.
"kenapa harus mempertahankan sesuatu yang tidak akan jadi milik mu..." lanjut Aura kurang puas karena lawan bicara nya lebih memilih diam
"kak Aura.. apa kau tahu.. tidak semua yang kau lihat sesuai dengan kenyataan nya... saran ku kakak segera bangun biar tidak terlalu lama bermimpi..."
"apa maksudmu...??"
"hu.. apa kakak sungguh ingin tahu kenapa aku bertahan??" Zara balik sinis " karena kami sudah diikat oleh pernikahan yang sakral, kami selalu menghabiskan waktu bersama,, bahkan tidur di ranjang yang sama.. apa aku punya alasan untuk tidak bertahan...??" ujar Zara sedikit hiperbola.. padahal kenyataannya ia dan Aldi tidak tidur dikamar yang sama.
Muka Aura merah padam mendengar pernyataan Zara .
"kakak lihat ini.." Zara pamer jam couple miliknya "lihat juga apa yang dikenakan Aldi.. aku harap kakak bisa paham..."
"kau..." Aura mulai terpancing emosi, namun ia tahan karena keburu Aldi sudah kembali menghampiri. Mata Aura memincing ia perhatikan jam tangan melingkar di tangan kiri Aldi. Keadaan itu membuat Zara rasanya tidak tahan ingin tertawa. Dia yakin betapa kesal Aura kepadanya!