Kenan sudah terbangun sejak subuh tadi namun istrinya itu masih saja tidur dengan nyenyak di kasurnya padahal jelas-jelas kemarin dia sendiri yang bersikeras untuk ikut ke kantor hari Senin.
"Sayang...." Kenan duduk disamping Jesica yang masih tidur. Tangannya mengusap halus pipi Jesica agar dia bangun.
"Hm..." Jesica merespon namun matanya masih terpejam.
"Kalo masih ngantuk kamu dirumah aja ya."
"Jam berapa emang ini?" Jesica mulai menggeliat dan membuka matanya perlahan.
"Udah jam setengah 8." Kenan menjawab bertepatan dengan Jesica yang melihat ke arah jam.
"Mas udah rapi aja." Jesica melihat Kenan sudah mengenakan kemejanya lengkap dengan celana katun.
"Mas harusnya udah berangkat sayang tapi ga tega kalo bangunin kamu tadi."
"Mas di rumah aja ya..." Jesica terlihat manja.
"Mas ada meeting."
"Masa?" Jesica mulai lagi dengan kecemburuan terhadap Natasya.
"Mau liat Nastasya kali."
"Masih pagi juga udah bahas dia." Kenan membenarkan rambut Jesica.
"Jadi gimana?mau ikut ga?"
"Mas ngarepnya aku ga ikut kan?biar bisa bebas."
"Apaan sih kamu ngomongnya gitu, Mas bisa marah Loh kamu bahas-bahas ini terus. Mas kan udah bilang ga ada apa-apa." Kenan sedikit kesal.
"Kenapa mesti marah?Mas ga terima aku ngomongin Natasya?"
"Jangan salah paham, bukan gitu. Kamu selalu mikirnya kemana-mana."
"Ya udah kerja aja sana." Jesica tiba-tiba kesal. Belakangan ini mood nya selalu berubah dengan cepat membuat Kenan kadang kewalahan dan ikut kesal. Kini Kenan berdiri dan melihat kearah istrinya.
"Ya udah terserah kamu aja, masih pagi udah ngajak ribut." Kenan kini berjalan pergi mengambil dasinya lalu pergi bekerja tanpa mempedulikan Jesica yang masih kesal.
"Dasar nyebelin!." Jesica melempar bantal lalu beranjak dari tempat tidurnya dan segera mandi.
***
Sesuai janjinya pada Jesica akhirnya Kenan meminta HRD perusahaan untuk memberikan arahan kepada Natasya dalam bersikap di tempat kerja barulah setelah itu dia yang berbicara dengan Natasya mengenai perilaku dia belakang ini terhadapnya.
"Permisi pak, bapak panggil saya?" Natasya masuk ruangan Kenan saat sudah dipersilahkan.
"Iya, duduk sya." Kenan mempersilahkan Natasya duduk.
"Makasih pak." Natasya yang saat ini mengenakan kemeja biru dengan rok mini diatas lutut.
"Kemarin saya ada nemu kertas di dokumen saya dengan teks yang bertuliskan nama kamu, itu betul kamu yang nulis?"
"Iya pak saya yang tulis."
"Sebaiknya lain kali ga usah ya Tasya, bukan apa-apa takutnya menimbulkan kesalahpahaman di keluarga saya."
"Saya cuman ngasih semangat aja pak."
"Saya hargai niat baik kamu, saya cuman ga mau ada masalah lain yang timbul hanya karena kertas seperti itu."
"Istri bapak marah?saya minta maaf, saya ga bermaksud seperti itu."
"Pokoknya lain kali saya ga mau ada tulisan seperti itu."
"Baik pak."
"Kamu udah ketemu pak Harto?" Kenan menyebutkan staf HRD yang memanggilnya.
"Sudah pak."
"Saya harap kamu bisa menyesuaikan diri dengan budaya perusahaan kita."
"Iya pak saya mengerti."
"Soal kerjaan gimana?ada masalah?atau kendala?"
"Sejauh ini belum pak."
"Kalau ada yang ga ngerti tolong tanyakan aja ya."
"Baik pak. Oh iya pak ini sekalian catatan yang bapak minta." Natasya menyodorkan dokumen dimeja kerja Kenan. Kenan lalu membukanya.
"Oh iya ini catatan hasil meeting sejak saya cuti kemarin ya." Kenan yang tidak sengaja melihat ke arah Tasya yang kini sedikit mencondongkan badannya kedepan. Terlihat belahan buah dada Tasya yang tampak menantang dihadapannya. Kenan langsung memalingkan wajahnya lagi ke arah dokumen.
"Ya udah kamu boleh keluar sekarang." perintah Kenan yang langsung dituruti Natasya.
"Apaan sih yang gw pikirin." Kenan menyadarkan dirinya sendiri. Ini jelas tak baik dan dia harap setelah peringatan hari ini Natasya merubah penampilannya. Daripada memikirknan Natasya kini Kenan melihat ponselnya dan disana belum ada satupun balasan pesan yang dia kirim pada Jesica bahkan teleponnya pun tak diangkat istrinya.
"Apa dia marah?" Kenan bertanya dalam hatinya sendiri. Dilain tempat Jesica dan Dena saat ini berada di rumah Lala. Mereka sedang asyik bermain dengan bayi kecil sahabatnya itu
"Ih ..gemes, kamu ganteng banget sih." Jesica berbicara dengan Dirga namun bayi kecil itu hanya terdiam memperhatikannya.
"Iya dong, emak bapaknya aja begini gimana anaknya." Lala memuji dirinya sendiri.
"Na...lu kenapa sih?" Jesica penasaran dengan Dena yang hanya berbaring di sofa.
"Berantem lu sama Fahri?" Lala menebak.
"Engga, gw lagi mules."
"Ke WC sana." Jesica sambil tertawa.
"Gw lagi sakit haid nih." Dena memegang perutnya.
"Ambil air anget sana, biasanya gw gitu jadi ga terlalu nyeri." Jesica memberi saran.
"Ambilin dong ka."
"Ish....manja banget."
"Please...ga kasian liat temen lu kesakitan gini?"
"Iya-iya." Jesica segera pergi ke dapur tanpa sungkan dan mengambil segelas air hangat untuk Dena.
"Nih.." Jesica menyodorkan gelas pada Dena.
"Makasih Sica yang cantik."
"Giliran gini aja lu puji-puji."
"Hari ke berapa emang Na?"
"Hari kedua La jadi masih agak sakit."
"Eh...bentar..." Jesica tiba-tiba terdiam.
"Kenapa ka?" Lala melihat wajah sahabatnya itu kini mulai menegang sambil memikirkan sesuatu entah apa.
"Lu kenapa ka?" Dena yang semula berbaring kini langsung bangkit dan saling melirik dengan Lala.
"Lu bilang lu haid hari ke berapa?"
"Hari kedua ka, kenapa?ada yang salah sama gw?"
"Engga, bukan-bukan." Jesica masih bergelut dengan pemikirannya saat ini.
"Terus kenapa?ngomong, wajah lu bikin kita khawatir tahu."
"Ini udah berapa lama sejak gw ke Jogja ya na?"
"Ini udah hampir sebulan Ka.."
"Biasanya kan kalo haid, Lala, Katerin, Lu terus gw."
"Maksud lu?" Dena belum mengerti namun Lala kini sudah menangkap maksud Jesica.
"Lu telat?"
"Gw ga tau La, gw bahkan lagi inget-inget ini." Jesica membuka ponselnya dan mencari icon kalender disana.
"Astaga."
"Kenapa ka?" Dena semakin penasaran.
"Gw udah telat 2 bulan, gw inget sekarang. Gila gw sampe lupa soal haid kemarin-kemarin saking senengnya di Jogja."
"Wah....wah jangan-jangan lu..." Lala belum berucap namun Dena kini mulai mengerti apa yang membuat Jesica sepanik ini.
"Udah lu tes aja Ka..." Dena antusias.
"Mas ga ngijinin gw tes-tes lagi."
"Tapi ini perlu ka...." Dena terus memaksa Jesica untuk segera melakukan tes kehamilan.
"Udah deh karena lu udah telat telat 2 bulan mending ke dokter sekalian jadi tahu yang pastinya dan lebih akurat lagi." Lala memberi saran namun Jesica masih terdiam karena bingung saran mana yang harus dia turuti.
To be continue*****