Descargar la aplicación
3.64% I don't know you, but I Married you / Chapter 19: Cemburu Lagi

Capítulo 19: Cemburu Lagi

WARNING!!!Dalam percakapan ini mengandung muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.

"Kenapa sih sayang?kok di telpon ngomongnya gitu." Kenan mulai berbicara di dalam mobil karena melihat Jesica dengan wajah kesal.

"Mas ke kantor mau ngambil file atau ketemu sama sekretaris Mas sih?"

"Ya ambil file sayang."

"Bohong."

"Kok bohong?itu ada dokumennya dibelakang."

"File itu cuman alasan Mas aja supaya bisa ketemu sama si Natasya itu kan?."

"Ngapain juga Mas ketemuan sama dia?"

"Ya kan udah lama ga ketemu, kangen kali."

"Sayang...Mas ga ada apa-apa sama Tasya."

"Aku udah curiga deh sejak kita pergi ke Jogja, dia seneng ganggu kita terus sekarang dia bela-belain datang padahal hari libur. Dia tuh suka sama Mas."

"Mas mana tahu sayang."

"Ya makannya aku kasih tahu, Katerin juga cerita katanya kalo kerja dia suka pake baju pas-pasan sama rok mini. Apa-apaan coba?emang di kantor Mas boleh kaya gitu?"

"Mas juga ga tau, orang Mas baru ketemu beberapa kali dan ga ada masalah sama cara pakaiannya."

"Ga ada masalah?" Jesica langsung melihat ke arah suaminya.

"Itu Mas suka kali dia pakai yang gitu."

"Denger dulu, tapi....kalo tiba-tiba pas Mas pergi ke Jogja Mas ga tau kan kalo dia pakai apa atau ganti gaya."

"Tadi dia pake apa ke kantor?"

"Hm...celana jins sama kaos gitu."

"Pasti kaosnya yang ngetat-ngetat sengaja tuh biar ngeliatin susunya." Jesica frontal.

"Mas mana perhatiin sayang."

"Ga usah diperhatiin juga yang kaya begitu ya keliatan."

"Ya udah nanti Mas tegur tapi cuman masalah pakaian ke kantor."

"Awas ya kalo engga."

"Iya-iya sayang."

"Nanti Senin aku ikut Mas ke kantor."

"Iya sayang, udah dong..jangan BT gitu." Kenan terus memperhatikan wajah Jesica yang masih kesal.

"Hm?jangan BT lagi ya." Kenan kali ini meraih tangan istrinya.

"Aku ga akan BT kalo mas beliin aku mie ayam kesukaan aku."

"Iya ayo kesana." Kenan menuruti permintaan Jesica agar moodnya kembali baik. Sesampainya disana Jesica langsung memesan mie ayam bakso 2 porsi untuk dibawa pulang.

"Ga akan makan disini aja?"

"Engga Mas, dibungkus aja." Jesica masih menunggu Abang mie ayam membuatkan pesanannya.

"Berapa?" Kenan langsung mengeluarkan uang ketika Abang itu memberikan plastik yang berisikan pesanannya.

"40.000 rb Mas."

"Ini, ambil aja kembaliannya." Kenan memberikan uang berwarna biru.

"Makasih Mas." Abang itu sopan dan Kenan hanya membalas dengan senyuman.

"Mas baik deh." Jesica senyum-senyum saat sudah duduk manis dikursinya. Kenan menyalakan lagi mobilnya.

"Mau apalagi?sebelum masuk komplek nih."

"Udah kok pingin makan ini doang." Jesica yang tak sabar sampai rumah untuk segera melahap mie ayam kesukaannya.

**

Setelah mandi tadi Kenan langsung menuju ruang kerjanya yang memang ia sediakan khusus dirumah. Kenan memeriksa dokumen yang tadi dia bawa hingga suara pintu terbuka terdengar.

"Udah malem nih,tega banget biarin aku tidur sendiri." Jesica sambil berjalan menuju meja kerja Kenan.

"Ini bentar lagi kok sayang." Kenan masih menggunakan kacamatanya untuk membaca.

"Dokumen apaan sih ini." Jesica mengambil salah satu dokumen dengan map warna biru.Perlahan dia membuka halaman pertama pada map itu. Terlihat tumpukan kertas yang berisikan tulisan yang tak Jesica mengerti namun ia tetap membacanya. Dibukanya lagi beberapa lembar pada dokumen itu dan kini dia menemukan sebuah tulisan yang dia mengerti. Matanya terbelalak, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal.

"Ini apa Mas!?" Jesica mengambil potongan kertas kecil yang terselip dalam dokumen tadi. Kenan langsung melihat ke arah kertas yang ditunjukkan istrinya. Disana tertulis "Semangat Pak lemburnya, Jangan lupa istirahat, -Natasya"

"Pantes jam segini masih kerja. Disemangatin." Jesica kesal dan melempar kertas itu pada Kenan. Kakinya kini beranjak keluar.

"Sayang, Ini ga kaya yang kamu pikirin. Mas ga tau ada tulisan kaya gitu." Kenan mengejar istrinya itu untuk menghentikan langkah kakinya yang sudah siap meninggalkannya. Jesica masih diam dengan menyilangkan tangan didadanya seolah sedang menunjukkan pertahanan diri.

"Kalo iya Mas ada main, Mas udah sembunyiin itu kertas. Mas ga tau sayang dan ga ada apa-apa juga sama Tasya."

"Kan aku udah bilang dia yang suka sama Mas, ganjen banget sih nih cewek. Senengnya sama suami orang lagi."

"Udah dong jangan marah-marah terus."

"Ya gimana aku ga marah, Mas diem aja. Ini kalo didiemin Mas juga bisa suka lagi atau jangan-jangan udah."

"Apaan sih ngomongnya gitu, engga kok."

"Ish...sebel banget dasar Pelakor. Mas jangan deket-deket sama tuh sekretaris ganjen."

"Iya-iya."

"Jangan iya-iya doang, tegur kek orangnya pecat sekalian."

"Jangan dipecat, kasian rejeki orang kok diputusin." Ucapan Kenan membuat Jesica melotot.

"Maksud Mas nanti Mas cari sekretaris lain, dia pindahin ke departemen lain."

"Cowok!!"

"Iya sayang, nanti Mas nyarinya yang cowok. Udah jangan marah." Kenan mengusap lembut pipi Jesica.

"Ya udah ayo tidur." Jesica manja.

"Iya, Mas beresin bentar dokumennya." Kenan mau tidak mau menuruti keinginan istrinya meskipun kerjaannya belum benar-benar selesai karena tak mau Jesica marah.

"Yuk ke atas." Kenan selesai merapihkan dokumennya langsung menggandeng istrinya menuju kamar.

"Mas benerkan ga suka sama Tasya?" Jesica yang kini berbaring malah tak bisa tidur memikirkan kejadian tadi.

"Engga sayang, udah tidur."

"Mana bisa tidur, masih kepikiran ini." Jesica memiringkan badannya lalu memperhatikan Kenan.

"Ga usah dipikirin, orang ga penting juga." Kenan masih memejamkan matanya.

"Cantikan mana aku sama dia?"

"Kamu." Kenan langsung menjawab.

"Sexy an mana aku sama dia?"

"Ka..mu.." Suara Kenan bergetar karena menahan tawa.

"Kok ketawa?"

"Habis pertanyaannya aneh." Kenan kini membuka matanya dan melihat Jesica sedang menatap tajam disampingnya.

"Kenapa aneh?

"Ya aneh aja kenapa harus nanya gitu sih."

"Ya habis kata katerin, asset dia gede." Jesica kini malah berpikir liar.

"Yang ke sexy an itu bukan diliat dari seberapa gede punya dia, bisa macem-macem. Kamu mikirnya ada-ada aja."

"Ya habis aku takut Mas berpaling gara-gara liat begitu." Jesica kini membenarkan lagi posisi tidurnya. Matanya melihat ke arah langit-langit dengan ekspresi sedih namun tak lama matanya kini menatap mata suaminya.

"Sayang, berhenti mikir kaya gitu. Buat Mas kamu yang paling cantik, kamu yang paling sexy, kamu yang paling segalanya deh, ga peduli apanya kek yang besar apanya kek yang kecil. Mas ga akan kemana-mana. Mau kondisi kamu kaya gimana juga Mas terima kok." Kenan memainkan rambut Jesica.

"Percaya kan sama Mas?" Kenan bertanya lagi dan disambut anggukan Jesica.

"Sekarang Mas nanya sama kamu kalo Mas buncit kamu suka ga?"

"Jangan..." Jesica langsung membuat Kenan mengerutkan dahinya.

"Kok gitu sih?kamu ga nerima Mas apa adanya nih."

"Bukan..bukan gitu, aku nerima kok meskipun aku lebih seneng liat perut Mas kaya gini tapi kalo Mas mau gemuk ya silahkan aja."

"Kenapa emang?"

"Ya...itu.." Jesica memalingkan wajahnya seperti ragu mengatakan alasannya.

"Apa?ngomong aja."

"Kalo Mas lagi diatas aku seneng aja merhatiinnya." Jesica dengan wajah memerah karena malu.

"Ih gemes.." Kenan mencubit pipi Jesica.

"Hari ini libur dulu ya Mas, aku lemes, cape."

"Emang Mas mau ngapain coba?"

"Kali aja Mas jadi pingin."

"Engga kok, udah-udah tidur nanti beneran pingin." Kenan menarik selimutnya dan bergegas tidur.

Tobe Continue****


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C19
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión