Namara benar-benar kehilangan akal. Dia menatap tangannya yang gemetaran. Apa dia baru saja mencoba membunuh Eros?
Dia menggeleng keras. Lalu kenapa kalau dia membunuh pria itu? Lagi pula mereka adalah musuh. Namun, kata-kata Eros sebelumnya telah berhasil membuat hatinya sedikit goyah.
Bagaimana jika klan Sayap Hitam memang tidak membunuh orang tuanya? Apakah selama ini dia sudah dibodohi oleh klannya sendiri?
Namara menyeka air matanya. Dia harus mencari tahu kebenarannya. Dengan cepat dia berlari masuk ke kamar lalu mengambil semua barang-barangnya. Semuanya dimasukkan ke tas.
"Nona …." Elise berlari masuk ke kamar. Dia menahan lengan Namara. "Kau akan pergi?"
"Ya," balas Namara.
"Lepaskan tanganmu sekarang. Kita adalah … musuh." Kata terakhir diucapkan penuh penekanan. Dia tidak ingin hatinya melunak ataupun goyah.
Elise menggeleng tidak mau. "Maaf, tapi bisakah kau mempertimbangkan lagi? Jangan pergi …."