Descargar la aplicación
37.82% Please, Love Me.. / Chapter 59: Buktikan

Capítulo 59: Buktikan

"Mom...." Kay senang melihat wajah Jesica dan segera berjalan menghampirinya.

"Stop Kay, jangan peluk mommy kenceng-kenceng, mommy masih sakit." Kenan memperingati.

"Mom, mommy ga papakan?" Ara masih khawatir.

"Ga papa kak, udah liat adiknya?"

"Udah, mirip aku. Sekarang aku pingin dipanggil Abang Mom." Jay menceritakan kesannya membuat Jesica tertawa kecil.

"Jadi mommy sama Daddy harus panggil Abang Jay juga?"

"Iyalah, mommy sama Daddy manggil Kak Ara juga kakak."

"Hahahahaha Abang Jay?kaya tukang bakso depan komplek." Ara malah tertawa sambil meledek panggilan baru Jay membuat Kenan sedikit menahan tawanya karena takut Jay marah.

"Ih apaan sih kakak, ini tuh panggilan bagus."

"Terus kamu Kay, pingin ikut-ikutan dipanggil Abang juga?" Ara semakin geli dengan panggilan itu.

"Iyalah, masa Jay dipanggil Abang aku engga. Aku juga pingin dipanggil Abang Kay."

"Apa?bangkay?bangkay apa?tikus maksud kamu?" Ara semakin keras tertawa meledek adik kembarannya dan kali ini.

"Kak, kakak ya kalo ngeledek ga boleh gitu dong."

"Habis mereka bikin lucu mom, aduh perut aku sampe sakit."

"Udah-udah kak.." Kenan kali ini menghentikan guyonan Ara.

"Tapi kalo Krisan udah gede bikin mommy nangis aku marahin abis-abisan. Dia ga tahu kaya gimana mommy udah berjuang buat ngelahirin dia." Kay berbicara dengan seurius kali ini.

"Kaya kamu ga bikin mommy nangis aja.."

"Emang kakak engga?kakak bikin ricuh satu rumah."

"Itukan gara-gara Jay."

"Kok nyalahin aku?"

"Duh ampun nih anak-anak, momentnya udah bagus tadi tapi endingnya bikin gaduh lagi. Ga bisa apa sejam aja ga ribut?Udah daripada bikin pusing kalian diluar aja." Kenan menghentikan keributan dikamar sementara Jesica tertawa sendiri melihat tingkah laku anak-anak dan bapaknya.

"Ga mau, aku pingin sama mommy." Jay merengek.

"Sana kakak keluar, kak Dariel berantem loh sama kak Dirga." Kay memanas-manasi membuat Ara teringat Dirga yang datang juga tadi.

"Enggalah ga mungkin."

"Kenapa ga mungkin, bisa ajakan?"

"Ini kan rumah sakit."

"Ya kan bisa aja mereka pergi berdua kemana terus tonjok-tonjokkan, kakak ga ngerti soal cowok sih."

"Kan ada uncle, Oma, opa.."

"Kan mereka ga tahu."

"Ish...nyebelin ya kamu. Bisa sekarang ngusir kakak awas ya nanti." Ara yang sedikit cemas keluar untuk memastikan tak ada keributan yang terjadi antara Dariel dan Dirga namun dia hanya menemukan Lala, Dimas dan Dirga diluar. Kini Ara mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Dariel.

- Halo..

- Kamu dimana sayang?.

- Aku di mobil,

- Ngapain?.

- Hm....ada sesuatu yang ketinggalan. Bentar lagi aku kesana sayang.

- Ya udah sini..

- Iya-iya.

Dariel menutup teleponnya sementara Ara menunggunya di luar kamar. Dia pikir tadi Dariel pulang tapi rasanya tak mungkin juga. Dariel adalah anak yang sopan, tak mungkin dia pulang tanpa pamit.

"Ra...adiknya lucu..." Puji Lala. Dia datang bersama Dirga dan Dimas.

"Iya, mirip mommy ya.." Ara membalas dengan senyuman.

"Mommy lagi istirahat?."

"Engga kok om, lagi ngobrol."

"Ya udah kita ke dalem dulu mau pamit."

"Ma, Pa, Dirga tunggu disini aja." Dirga dengan membuat Dimas sempat menatapnya lama namun ayahnya itu segera berlalu ke dalam.

"Ra..."

"Bentar ya..." Ara langsung menyibukkan diri dengan mengambil handphone dan menghubungi Dariel.

"Kok di luar?." Dariel sambil menenteng botol minuman. Di tangan satunya dia menggengam Handphonenya yang berbunyi gara-gara panggilan Ara.

"Aku nunggu kamu. Nih..minum dulu." Dariel meyodorkan botol airnya. Pikirnya Ara akan haus sehabis menangis. Ara menyambutnya dengan baik. Dia meminum sementara Dariel entah ada angin apa langsung merangkul Ara dan menatap Dirga.

"Ra...kak Muel ngajakin ke ulang tahunnya kak Eris. Mau kesana?."

"Dicafe 880 ya?."

"Iya...kan acaranya jam 8 malem baru mulai. Mau? nanti bareng aku." Dirga tanpa tahu malu.

"Eng..ga deh aku..aku takut Daddy marah kak."

"Nanti biar aku yang bilang sama om Ken.." Dirga dengan bangga seolah membuktikan dia dengan dengan Keluarga Ara.

"Mau Daddy ijinin juga kayanya engga deh."

"Kamu mau pergi? kayanya seru.." Dariel sambil menatap Ara.

"Engga, ak..."

"Aku temenin sayang..." Dariel dengan senyuman memotong keraguan Ara. Jelas Dariel tahu dia takut jika dirinya marah lagi Ara pergi bersama Dirga.

"Bener?." Ara langsung ceria.

"Bener, nanti aku temenin."

"Ya udah kak, nanti aku bareng Dariel aja perginya." Ara tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia memeluk pinggang Dariel. Dia senang akhirnya Dariel punya waktu untuk pergi berdua bersamanya. Dariel sendiri tak tinggal diam. Dia langsung mengecup puncak kepala Ara seakan ingin menunjukkan pada Dirga bahwa hubungannya dengan Ara tak terusik sama sekali dengan kejadian 'ciuman itu.' Kini giliran Dariel yang menyeringai senang. Tidak lama suara pintu terdengar. Lala dan Dimas keluar.

"Ra, Tante sama om pulang duluan ya.."

"Iya om, Tante hati-hati."

"Dirga yuk.." Lala memandang ke arah anaknya. Seketika Dirga ikut melangkah di belakang orang tuanya. Dia sempat melihat ke arah belakang dan menatap tajam kedua bola mata Dariel begitu pun sebaliknya. Dariel hanya tersenyum tanpa melepaskan pelukan Ara.

"Makasih ya, aku seneng kamu bisa temenin aku.."

"Ra, aku mau berubah buat kamu tapi kamu juga janji buktiin ucapan kamu." Ara sedikit terkejut. Nada bicaranya kini terdengar seurius. Ara menengadahkan kepalanya keatas. Wajah Dariel menegang.

"Kamu ga lupakan? aku kasih kesempatan kamu satu kali dan jangan sampe di sia-siain." Dariel tegas. Ara jadi berpikir, apa benar yang dikatakan Kay jika Dariel dan Dirga mungkin saja habis bertengkar atau telah terjadi sesuatu diantara mereka yang Ara tak tahu.

"Kok diem? aku bukan bahas perselingkuhan kamu, tapi komitmen kamu."

"Iya Riel, aku janji."

"Ya udah ga usah ngelamun."

"Wajah kamu bikin aku takut..."

"Masa wajah yang kaya gini bikin kamu takut?." Dariel kembali memamerkan senyuman mempesonanya.

"Tadi ga gitu."

"Iya tadi aku sempet kesel liat Dirga."

"Aku udah nyoba ngehindarin dia kok Riel."

"Ya..awas aja kalo kamu deket-deket sama dia, berduaan lagi."

"Iya engga, ampun pak Dariel.." Ara menundukkan kepalanya lagi. Dia seperti di hukum. Pacarnya itu hanya tertawa kecil dengan tingkah Ara.

"Aku kenalin kamu sama opa, oma aku ya, mereka ada di dalem. Kayanya tadi belum sempet kenalan."

"Kenalin?."

"Iya, mereka orang tuanya mommy. Baik kok ga galak kaya opa Ryan." Canda Ara.

"Aku udah rapi belum?."

"Udah, kemejanya masih bagus." Ara mulai menggandeng tangan Dariel. Dia membuka pintu perlahan. Seketika orang-orang disana melihat ke arah Dariel.

"Opa..Oma..kenalin ini pacar aku..." Ara dengan senang memperkenalkan Dariel. Damar dan Siska mulai memperhatikan Dariel dari bawah sampai keatas.

***To Be Continue


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C59
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión