Duduk di atas closet, Anya menatap empat buah testpack dengan merk berbeda yang semuanya menunjukan hasil yang sama. Positif. Dua garis biru.
Honestly, Anya tidak menginginkannya. Alih-alih menangis bahagia, ia malah menangis sedih.
"Kak?" terdengar Arini memanggil dari balik pintu toilet. Dari tadi, juniornya itu telah menunggunya dengan setia. "Kak Anya nggak apa-apa?" Arini menempelkan kupingnya di pintu. Mencoba mencari tahu mengapa di dalam sana begitu hening untuk waktu yang cukup lama. Arini sampai takut Anya pingsan di dalam sana. Mengingat tadi ia lihat Anya tampak lemas saat menerima testpack yang ia bawakan.
"Kaaak?" Arini memanggil lagi untuk semakin memastikan dugaannya keliru. Bahwa Anya baik-baik saja di dalam sana.
Tidak ingin membuat Arini semakin cemas karenanya, akhirnya Anya menyahut,
"yaaa!" Meski dengan tak bersemangat.
Mendengarnya, Arini seketika lega dan terus menunggu hingga Anya membuka pintu.
Dear pembaca tersayang, terima kasih masih setia membaca LoveSick. Dan Octo akan semakin berterima kasih pada kalian jika membuka setiap chapternya dengan menggunakan koin. Karena sama saja kalian telah membantu kehidupan Octo dalam berkarya dan mencari nafkah ^^
Dan Octo juga akan menunggu setiap review, komentar, PS dan gift kalian. Salam ^^