Ia menatapku selama beberapa menit lamanya hingga membuatku merasa canggung.
"Dasar tidak sopan," gumamnya seperti orang tua yang penggerutu. Aku ingin tertawa saat mendengar wajah dan suaranya yang tidak serasi. Kulemparkan senyumanku padanya lalu menopang daguku di sandaran sofa.
"Kenapa kau tidak ikut acara di bawah?" tanyaku.
Kedua mata hazelnya terlihat kesal. Ia menggaruk rambut hitamnya sekilas sebelum menjawabku. "Aku tidak diundang. Padahal ini adalah rumahku."
Aku tidak bisa menahan senyuman lebarku, anak ini benar-benar menarik. "Rumahmu? Kupikir kastil ini adalah properti milik Alpha Sam," sahutku sambil mengerutkan kening.
Ia menghembuskan nafas lalu menutup buku tebalnya. "Yah... tempat ini memang atas nama Sam. Tapi aku yang membelinya."
Ia bahkan memanggil nama Alpha Sam dengan sangat akrab. Aku berkedip beberapa kali, sepertinya Ia tidak berbohong. Mungkin maksudnya orang tuanya yang membeli kastil ini. "Apa orang tuamu tinggal di sini juga?" lanjutku.