Descargar la aplicación
89.33% KEMBALI PADAMU / Chapter 134: Ungkapkan kepemilikan

Capítulo 134: Ungkapkan kepemilikan

Natan mengangkat kaki Ara ke atas sofa, matanya terlihat sedih karena kaki Ara bengkak,

"Besok kita ke Dokter ya yank," Ara hanya mengangguk, Natan mengusap kaki Ara pelan,

Membuat yang melihat tersenyum dengan tingkahlakunya,

"Nat, enggak nangis lagi?"Anggara meledek Natan karena sudah beberapa kali memergoki Natan menangis sehabis di bentak Ara.

Natan menggeleng, "Obatnya udah ada, iya kan yank?" Natan tidak segan- segan memeluk Ara, pipi Ara merona,

"Ikh kamu Nat, malu tau..." Natan semakin merapatkan tubuhnya, "Kitakan pasangan wajar pelukan," Anggara mendelik, "Enggak gitu juga kali Nat, Aku ngiri." protes Anggara.

"Makanya cepetan kawin.... eeeh Nikah!" ledek Natan, "Gara- gara kamu Nat, kenikmatanku tertunda. Minggu depan kasih cuti Salsa dua minggu! kita mau Nikah sekalian bulan madu." Ara dan Natan memandang Anggara dan tersenyum bahagia, "Beres kak," Jawab Natan.

"Sudah sana masuk kamar, daripada yang masih jomblo Ngiri!" perintah Raya, melihat Natan yang terlihat gelisah, Raya tersenyum sendiri.

"Mau kekamar engga?" Natan menatap Ara dengan tatapan sayu, Ara tersenyum dan mengangguk,

"Pah, mam, kakek, Natan sama Ara istirahat dulu." semuanya serempak menganggukan kepalanya lalu mengobrol kembali.

"Tidur ya Nat, jangan Nidurin." Sindir Anggara, Natan yang di sindir tersenyum penuh arti dan menggendong Ara kekamarnya.

Natan membaringkan tubuh Ara di tempat tidur dan menyelimutinya lalu, Natan membaringkan tubuhnya di sebelah Ara, Natan hanya menatap Ara dan tersenyum, hanya saja tidak menempel ketubuh Ara seperti sebelumnya. Sehingga membuat Ara bingung, Ara mendekat lalu memeluk Natan,

"Kenapa tidak menyentuhku?" Ara menempelkan bibirnya di bibir Natan, lalu bertanya lagi, "Bukankah kamu merindukan saat seperti ini?" Wajah Natan memerah. Karena jujur, dari tadi Natan menahan sesuatu yang sesak dan mendesak di dalam celananya.

"Aku..." Ara langsung mencium bibir Natan dalam, nafas mereka mulai memburu dan Natan membalas ciuman Ara dengan lembut.

"Yank..." Natan menatap Ara dengan tatapan yang sudah goyah menahan keinginan yang sebenarnya, Ara mengerti dan membuka celana Natan, Ara bermain Main sebentar dengan milik Natan, hingga Natan begitu menikmatinya. Lalu, Ara memberi akses Natan untuk menjelajahi tubuhnya, Natan dan Ara menikmati malam itu dengan indah, dengan deru nafas yang memburu dan desahan yang saling bersahutan hingga keduanya lelah.

"Kamu baik- baik saja yank?" Natan memastikan Ara baik- baik saja setelah aktivitas bercintanya yang sangat lama,

"Aku menikmatinya..." Ara memeluk Natan dan memejamkan matanya, begitupun Natan. Beban berat karena memikirkan kesalahannya setip hari, yang membuatnya sempat setres. Seketika hilang.

"Nat..."

"Ya..." Natan masih memejamkan matanya.

"Lengket... juniormu muntah banyak sekali." Natan segera membuka matanya dan otomatis mengecek kebawah, lalu menatap Ara dan terkekeh,

"Dia sudah lama puasa yank dan hari ini tumpah semua." Natan segera menggendong Ara untuk membersihkan diri. Setelah itu mengganti seprei dan tidur saling berpelukan, tidur yang sangat dirindukannya selama beberapa bulan ini.

"Kamu tahu tidak Nat, sejauh apapun aku menjauh dan sekeras apapun aku menghindar darimu pada akhirnya aku akan kembali padamu." Suara Ara pelan, wajahnya menengadah ke wajah Natan, Natan mengecup bibir Ara yang merekah juga sedikit bengkak,

"Aku tau... kita saling mencintai dan tidak bisa dipisahkan, saling menghindar akan menyakiti hati kita masing - masing." Natan semakin merapatan tubuh Ara kepadanya, lalu memejamkan matanya.

****

"Pak, keluarga Handoko sudah bermasalah sejak delapan belas tahun yang lalu, mereka bergabung dengan perusahaan- perusahaan yang reputasinya kurang baik. bekerja dengan sangat licik, berani menyingkirkan, lawan bisnisnya bahkan tidak segan- segan memusnahkan seluruh anggota keluarganya jika tujuannya tidak tercapai." Herlambang membuka lembar demi lembar laporan Anak buahnya, sempat kaget jika mereka sudah melakukannya sejak lama.

"Apa perusahaan Jovan group pernah berebut tander dengan perusahaannya." Anak buahnya mengangguk, "Sebelum menghilang... mereka sempat berebut kontrak dengannya, keluarga Jovan menghilang setelah itu." Herlambang mengepalkan tangannya, Herlambang tidak menyangka kalau musuhnya itu sangat dekat dengannya, malah sahabatnya sendiri, iyah... mereka ber empat adalah sahabat. Jovan, Andien, Handoko dan dirinya. Sangat di sayangkan kalau mereka harus saling menyakiti. "Bahkan teror yang sering terjadi kepada putri bapak mengarah padanya pak, selain dari mantan istri bapak tentunya."

Herlambang menggeram mendengar itu,

"Sialan... mereka sungguh keterlaluan, terus awasi pergerakannya, dan tunggu perintah!" Anak buah Herlambang membungkuk tanda hormat dan berlalu dari hadapan Herlambang.

***

Pagi- pagi Mama Raya sama Mami Andien, sedang memasak untuk sarapan, sementara Lexa sedang bermain sama si kembar Deniz dan Disa,

Deniz dan Disa sedang asik makan biskuit sambil mainan puzle sesekali salah satu dari mereka berteriak karena berebut mainan, atau berebut biskuit yang sedang di kunyah oleh Disa dengan secara paksa Deniz mengeluarkan dari mulutnya dan di masukan kemulut Deniz membuat Disa menjerit.

Sebagai kakak yang baik Lexa mencoba membujuk Disa, "Sayang... ini biskuitnya masih banyak," Lexa menunjuk toples yang masih berisi biskuit. Namun, Disa menggeleng dan mencebik, airmatanya berlinang dannn..

huaaaaaa.... tangisannya membahana, membuat Papa Fano turun tangan dan menggendong Disa sementara Deniz tertawa melihat Disa, lalu tepuk tangan.

"Heyyy... masih kecil sudah bisa bikin Adeknya nangis." Lexa mencubit gemas Deniz.

Sementara Natan di kamar mengurus Ara dengan penuh kasih sayang,

"Ayo cek ke Dokter! aku mau memastikan kakimu baik- baik saja." Natan mengangkat Ara kekursi roda, "Memang tidak boleh yah, kalau aku jalan saja Nat." Natan menggelengkan kepalanya, " Nanti setelah di cek, baru kita tahu boleh jalan tanpa kursi roda atau tidak." Natan perlahan memberi pengertian kepada Ara, Akhirnya Ara menurut dan tentunya Natan sangat senang.

Natan mendorong Ara keluar dari kamar, Raya dan Andien sedang menata makanan di meja, "Pagi cantik...." Sapa keduanya, "Pagi mam, masak apa hari ini?" Ara mendekat kemeja, " Nasi uduk sayang, Ayo sarapan! pah, Beb, papi Jovan sarapannnn!" suara mama Raya menggelegar.

Dari dalam ada yang protes, " Lexa, kak Anggara sama kak Very tidak di panggil mam???" Raya menepuk jidatnya, "Kebanyakan sayang manggilnya..." Ara saling pandang dengan Natan lalu tertawa, "Keluarga besar..." Jawab Natan, "Pasar kaget," Jawab Ara.

Semuanya kumpul di ruang makan, sejenak hening sampai acara makan selesai,

"Mam, Ara ke Rumah Sakit dulu mau periksa." Ara meminta izin kepada kedua orang tuanya, "Hati- hati di jalan, dan Natan awas kalau buat Ara menderita lagi, tak potong burungmu sekalian." Mata Raya tajam sambil mengangkat tangannya dan jarinya bergerak seperti menggunting, Natan bergidik mendengarnya, "Tidak Mam, Natan pastikan Ara baik- baik aja." Raya masih menatap tajam Natan memastikan omongan Natan.

"Awas kalau ingkar." Suara Raya ditekan. "Tidak Mam, Natan tidak berani, Dah semua..." Natan tidak mau berlama- lama di hadapan Raya dan yang lainnya karena dia tahu, akan terkena ceramah pada akhirnya,

Pemeriksaan di Rumah Sakit tidak membutuhkan waktu lama, Kaki Ara sudah semakin membaik jadi bisa berjalan memakai tongkat.

"Memang tidak bisa ya Dok kalau langsung jalan tanpa tongkat." Dokter tersenyum, "Bertahap ya Ra... dan itupun tidak boleh terlalu menekan kakimu itu," Ara menarik napas panjang, "Baiklah Dok, terimakasih," Ara dan Natan keluar dari ruang pemeriksaan.

"Sebentar lagi aku bisa beraktifitas seperti biasa lagi," Ara tersenyum bahagia memeluk Natan, "Mulai Senin besok, ikut ke Kantor yah! aku enggak mau jauh- jauh dari kamu lagi." wajah Natan memelas, karena memang waktunya Natan saat ini lebih banyak di kantor.

Ara mengangguk, "Aku juga tidak mau jauh sama kamu." Ara mengurai pelukannya, Natan mendorong kembali kursi roda yang di duduki Ara keluar dari Rumah Sakit dan masuk ke Mobil.

Natan menatap lembut Ara, sudah lama tidak mengajak Ara keluar rumah berdua, lalu munculah ide, "Kita makan siang di luar yank?" Ara mengangguk dan menyandarkan tubuhnya di bahu Natan, "Aku rindu saat - saat seperti ini Nat." Natan mengacak rambut Ara,

"Apa lagi aku yank, kamu lupa ingatan tapi aku... setiap hari memendam rindu, kamu memberi jarak dan aku sangat tersiksa ..." Natan mengeluh dan cemberut, Ara menatap pria yang di cintainya sekilas memberi ciuman di pipinya, "Ini kurang yank..."Suara Natan manja, wajah Ara menengadah menatap Natan dan mengerutkan keningnya, sedang Natan meraih tangan Ara dan di taruhnya di pangkuannya, mata Ara terbelalak merasakan sesuatu yang keras di sana dan segera menarik tangannya,

"Natan kamu sedang mengemudi sempat- sempatnya yah." wajah Ara berubah merah, "Dia sangat sensitif yank," Ara memajukan bibirnya, Ara hendak mencubitnya. "Eits... jangan di cubit, di elus lebih baik." Natan terkekeh melihat bibir Ara makin maju dan cemberut lalu sekilas malah mengecupnya.

Mobil memasuki halaman Restauran, Natan memarkirkan mobilnya. Ara hendak mengambil tongkat tapi Natan menggeleng, "Tongkat untuk di rumah, sekarang pakai kursi roda saja, ada aku." Natan segera mengeluarkan kursi roda dari bagasi mobil dan menurunkan Ara dari mobil kekursi roda, "Nah, dengan begini kamu tidak akan capek sayank." Natan mengecup kening Ara lalu mendorong kursi roda ke dalam restauran.

Ara matanya membulat saat melihat ke luar terlihat Danau buatan yang sangat cantik dengan adanya Taman Bunga di pinggir Danau membuatnya semakin cantik, "Dari mana kamu tahu tempat ini yank?" Ara bertanya karena penasaran. "Dari teman sayank." Ara langsung duduk tegak dan memandang curiga kepada Natan, "Teman cewe?" Natan mengangguk, wajah Ara seketika berubah suram dan Natan dengan cepat memeluknya, "Teman kampus yank, di pernah upload foto di sini aku cuma tanya lokasinya di mana, itupun tidak tanya langsung, aku nyuruh Salsa yang tanya kebetulan orangnya itu teman adiknya." Wajah Ara kembali normal dan Natan semakin memeluknya,

"Ehem... ehem... mas, mba mau pesan apa?" Seorang pelayan memberikan daftar menu, Natan mengambilnya tanpa melepas pelukannya, lalu memperlihatkan kepada Ara, "Ayo pilih yank!" Ara mengangguk dan memilih makanan dan minuman yang dia mau.

Acara makan siang romantis sudah selesai, Ara dan Natan nampak bahagia dan untuk pertama kalinya mereka berfoto kemudian di upload di medsos dengan di tambahkan tulisan, "kebahagiaanku bersamamu." keduanya tersenyum, "Apakah kamu ingin semuanya tahu kalau kita pasangan?" Ara menatap Natan, dengan cepat Natan mengangguk. "Ini ungkapan kepemeilikan, mulai hari ini, aku tidak mau memberi celah kepada siapapun untuk mendekatimu."


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C134
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión