Descargar la aplicación
72% KEMBALI PADAMU / Chapter 108: Donatur tetap

Capítulo 108: Donatur tetap

Makan malam telah siap, Natan membeli banyak makanan malam itu.

"Kita makan malam sayang." Natan mengecup kening Ara yang ketiduran karena kelelahan, Ara membuka matanya terlihat senyuman di bibir Natan.

"Masih sakit?" Natan mengusap kepala Ara, dan Ara mengangguk,

"Ma'af..." bibir Natan kali ini berlabuh di bibir Ara, menekan sedikit dan menghisapnya lalu melepasnya.

"Tidak apa- apa, nanti akan baik." Ara tertunduk malu, lalu bangkit menuju kedapur dengan langkah pelan, saat melihat meja makan Ara mengerutkan keningnya,

"Makanan sebanyak ini untuk siapa?"

"Untuk kita, aku pikir kita butuh banyak makan karena tenaga kita terkuras abis." muka Ara memerah dan tertunduk malu.

"Apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Ara bertanya dengan suara kecil,

"Bercinta lagi sayang." mata Ara melotot

"Tidak bisakah besok lagi?" Natan tersenyum melihat wajah Ara yang ketakutan dan memeluknya.

"Bercanda sayang, mana mungkin aku melakukannya, kecuali jika kamu bersedia." Natan dan Ara terdiam, selanjutnya menikmati makan malamnya kembali dengan tenang.

"Kapan pulang kerumah mama Raya?" ketika Natan sedang memeluknya di sofa, Ara bertanya pada Natan,

"Setelah kita puas bermain, di sana ada pengganggu kecil yang selalu memisahkan kita." mimik muka Natan seperti anak kecil yang sering di rebut makanannya oleh saudaranya.

"Kamu lucu Nat." Ara tidak bisa menahannya untuk tidak tertawa,

"Aku tidak bisa menahannya jika ingin..." Natan terdiam tidak melanjutkan kata- katanya, namun Ara tahu maksudnya.

"Baiklah aku penuhi keinginanmu, kita bermain sampai puas, lalu kita kerumah mama Raya, aku tiba- tiba cemas sama mama."Natan tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Ara menarik nafas panjang, melihat Natan yang terlalu manja dan sialnya Ara selalu mengatakan iya dan menurutinya,

"Sebelum kerumah mama, aku mau ke Panti dulu, sudah lama kita tidak kesana, kebetulan perusahaan kita makin maju, aku ingin sedikit membantu Panti setiap bulannya, bagaimana menurutmu." Ara terdiam sebentar, kaget bercampur bahagia, karena sangat gembira, Ara naik ke pangkuan Natan dan mengecup bibir Natan,

"Terimakasih Nat, aku sangat bahagia, mereka memang perlu di bantu, aku bangga bisa memilikimu." Apa yang terjadi selanjutnya? karena Ara memancing singa yang lapar tentu saja membuatnya harus menanggung akibatnya, semuanya berakhir polos.

"Aishk...tubuhku sakit semua, seperti habis kerja rodi saja." Ara bergumam saat di kamar mandi, tiga malam berturut- turut di bawah kekuasaan Natan membuatnya kelelahan, tapi mengingat tubuh Natan yang sempurna membuat pipi Ara merona,

"Akh... aku sepertinya sudah gila... di saat seperti ini, masih saja memikirkan tubuh polosnya." Ara memukul- mukul jidatnya sendiri.

Ara segera menepis pikiran kotornya dan menggosok tubuhnya sesegera mungkin menyudahi mandinya, tubuhnya sudah segar dan segera memakai baju lalu kedapur membuat sarapan untuk dia dan Natan.

"Nat bangun! kita sarapan." Natan membuka matanya dan sedikit malas, tidak seperti Natan sebelumnya yang gila kerja dan tepat waktu,

"Setelah ini kita mau ke Panti dan kerumah mama." Mata Natan membuat dan segera mengambil handphonenya,

"Ya Tuhan, aku lupa pesanan kue, alat tulis, baju, tas dan lain-lainnya." Ara hanya bengong dan tidak mengerti apa yang Natan katakan, Natan segera membuka Handphone nya dan benar beberapa panggilan telah masuk, karena Handphonenya di silent, jadi Ara juga tidak mendengar panggilan apapun.

Natan mulai sibuk menghubungi satu persatu nomor yang tadi memanggilnya, setelah selesai baru Natan masuk ke kamar mandi, Ara mempersiapkan baju Natan dan menunggunya di sofa sambil menonton siaran televisi,

"Ayo sarapan! aku sudah siap." Ara bangun dan mengikuti Natan kemeja makan, keduanya sarapan dengan tenang.

Sarapan selesai, Natan mengemudikan kendaraannya menuju Panti Asuhan Kasih Bunda, saat turun dari mobil, disambut dengan keceriaan anak- anak Panti,

"Bu, apakah ada kunjungan?" Ibu panti menggelengkan kepalanya,

"Itu semua kiriman Nak Natan, terimakasih banyak Nak, semoga rezeki kalian makin bertambah."

"Aamiin, sama- sama Bu." Natan tersenyum dan mencium tangan Ibu Panti,

"Nat, aku menemui anak Panti dulu ya." Natan mengangguk dan terus berbincang dengan Ibu Panti, Natan menyerahkan amplop kepada Ibu Panti, membuat Ibu Panti heran,

"Ini di dalamnya kartu ATM, nomor PIN nya ada di dalamnya, nanti setiap bulannya saya kirim lewat ATM ini untuk keperluan Panti, saya juga minta ruangan- ruangan yang sudah tidak nyaman segera di renovasi." Tangan Ibu Panti bergetar dan tidak bisa menahan air matanya, rasanya seperti mimpi, selama ini Pihak Panti telah meminta bantuan dari berbagai pihak untuk merenov bangunan yang sudah tidak layak, namun selalu ada kendala,

"Terimakasih Nak, kami sangat beruntung di pertemukan dengan orang sepertimu."

"Saya hanya perantara saja Bu, Tuhan yang menitipkan ke saya supaya menyampaikan kepada Ibu." Ibu Panti masih berlinangan air mata tetapi dia tersenyum, Ara datang membawa teh untuk Natan dan meletakannya di meja, Ara sedikit mendengar pembicaraan Natan dengan Ibu Panti dan Ara sangat bangga dan bahagia mempunyai suami seperti Natan.

"Di minum tehnya Nat! mmm... mau makan siang di sini apa ..."

"Disini tidak apa- apa, kita pulang sore saja." Natan tersenyum, menandakan dia tidak keberatan.

"Baiklah aku akan menyiapkannya." Ara hendak pergi kedapur, tetapi di tahan oleh Natan,

"Tidak perlu, aku makan bareng anak- anak saja." Ibu Panti dan Ara kaget lalu saling pandang, bahkan Ara sampai mencubit tangannya sendiri,

"Kamu yakin Nat?" Natan mengangguk,

Natan merangkul Ara agar duduk di sebelah Natan, Ara menatap Ibu Panti dan menundukan kepalanya,

"Heyyy... jangan seperti ini di sini!" Ara protes,

Natan hanya tersenyum dan makin merapatkan tubuhnya,

"Na Natan Ibu tinggal dulu." Ibu Panti sedikit melihat kearah lain agar tidak melihat Natan dan Ara, Natan hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Ara, setelah Ibu Panti keluar dari ruangan miliknya sendiri, Natan melabuhkan ciuman kebibir Ara cukup lama, Ara mencubit pinggang Natan,

"Sakit sayang..." Bibir Ara manyun,

"Bagaimana bisa di tempat seperti ini kamu melakukannya, bahkan mengusir Ibu panti dari ruangannya sendiri?" Natan tertawa melihat wajah Ara yang makin membuatnya ingin menciumnya lagi,

"Aku hanya menyuruhmu duduk, kebetulan Ibu Panti keluar, tidak salah aku melanjutkannya bukan?"

Bibir Ara makin manyun dan ... Natan menciumnya kembali sekilas lalu keluar dari ruangan Ibu Panti,

"Naaataaannn... nyebelin..." Ara mengacak- ngacak rambutnya sendiri dan menghentakan kakinya kelantai, Ara berusaha lari mengejar Natan yang meninggalkannya tapi "bruuuuk." Ara menabrak seseorang,

"Awww...." rintih Ara karena terjatuh di lantai, sebuah uluran tangan terlihat di depannya, Ara menaikan kepalanya dan melihat orang yang di tabraknya,

"Kak Anto..." Pria itu tersenyum dan mengangguk,

"Apa kabarmu Ra, kakak rindu."

"Baik kak, kita sudah lama sekali tidak bertemu, kakak kemana saja?"

"Kakak sekolah dan bekerja, panti ini akan kakak renov sesuai keinginanmu." Ara menundukan kepalanya,

"Natan sudah membicarakannya dengan Ibu Panti kak," Anto mengerutkan keningnya, tapi tetap tersenyum dan mengalihkan pembicaraannya,

"Apa kamu baik- baik saja?" Ara berdiri dan mengabaikan tangan Anto yang hendak membantu.

"Tidak apa-apa kak, ma'af aku tidak sengaja." Ara tertunduk malu,

"Sama sekali tidak, Apa kamu lihat Ibu Panti?"

"Sepertinya sedang di dapur, aku panggilkan dulu ya kak, kakak tunggu saja di ruangannya." Anto mengangguk setuju, lalu masuk dan duduk di ruangan Ibu Panti. Ara berjalan kearah dapur, memang benar Ibu Panti ada di dapur,

"Bu, ada kak Anto di ruangan Ibu." mata Ibu Panti sangat bahagia karena mendengar nama Anto yang datang, anak Panti kebanggaannya selain Ara adalah Anto, segera dirinya membersihkan tangannya dan menuju keruangannya, tidak lama ruangan Ibu Panti penuh dengan gelak tawa mereka berdua, Ara hanya menggeleng- gelengkan kepalanya dan menuju ke Taman belakang Panti,

"Sedang apa Nat?" Ara ikut duduk di samping Natan, tubuhnya di sandarkan di bahunya Natan,

"Tidak ada, hanya saja di sini sangat tenang." Natan memeluk tubuh Ara dan memandang Taman yang lumayan luas dengan berbagai macam bunga tapi dominan dengan bunga matahari,

"Di sini juga tempat aku menenangkan diri, kamu tahu sendiri hidup ini kadang tidak adil, sebelum bertemu denganmu hidupku tidak terlalu baik, di usia 2 tahun, katanya aku di buang di depan Panti ini, aku bukanlah orang yang diinginkan orang tuaku."

"Sudahlah, jangan di pikirkan lagi, ada aku sekarang, aku akan selalu membuatmu bahagia." Natan makin mengeratkan pelukannya.

"Aku tahu Nat, cuma aku hanya ingin bertanya kepada orang tuaku kenapa aku bisa di sini."

Natan memegang dagu Ara supaya melihat kewajahnya,

"Semua telah di tuliskan sayang, dengan adanya kamu di sini, kamu disatukan denganku, kita bahagia sekarang." Natan mencium kening Ara,

"Terimakasih untuk semuanya Nat." keduanya saling berpelukan.

Dari kejauhan, muka Anto terlihat merah padam menyaksikan adegan mesra di depannya.

"Kamu lupa tujuanmu dulu Ara...." gumam Anto.


Load failed, please RETRY

Estado de energía semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Piedra de Poder

Desbloqueo caps por lotes

Tabla de contenidos

Opciones de visualización

Fondo

Fuente

Tamaño

Gestión de comentarios de capítulos

Escribe una reseña Estado de lectura: C108
No se puede publicar. Por favor, inténtelo de nuevo
  • Calidad de escritura
  • Estabilidad de las actualizaciones
  • Desarrollo de la Historia
  • Diseño de Personajes
  • Antecedentes del mundo

La puntuación total 0.0

¡Reseña publicada con éxito! Leer más reseñas
Votar con Piedra de Poder
Rank NO.-- Clasificación PS
Stone -- Piedra de Poder
Denunciar contenido inapropiado
sugerencia de error

Reportar abuso

Comentarios de párrafo

Iniciar sesión