"Apa Kakak membenci Thomy?"
Thomas kecil mendongak menatap wajah sang Ibu, tangan kecilnya sangat ingin menggapai mahkota yang berkilau di atas kepalanya.
Thomas tidak mengerti apa itu benci, tapi melihat raut wajah sang Kakak yang marah … mungkin benci itu sesuatu yang sangat buruk.
Ratu Dwizella menundukkan kepalanya dan memeluk erat si bungsu.
"Tidak, tidak. Bagaimana bisa Tiersa benci adiknya yang lucu ini? Tiersa hanya lelah saja dan ingin tidur."
Kain lembut yang hangat menyeka dengan lembut pipi Thomas, menghapus jejak air mata dan meredakan rasa nyeri bekas pukulan Tiersa.
Thomas mungkin saat ini tidak mengerti, tapai saat ia dewasa nanti ia tidak akan melakukan hal yang sama lagi. Ingatan anak kecil sangat terbatas dan mungkin saat ia bangun besok, semua yang terjadi hari ini akan hilang dari ingatannya begitu saja.