Pegawai wanita tersebut mengangkat kepalanya dan melihat selembaran misi yang diambilnya, ia membelalakan matanya terkejut karena tidak menyangka ia akan mengambil misi ini. "Guniang misi ini cukup berbahaya walaupun misi ini kelas B tetapi bisa saja berubah menjadi misi kelas A, karena menurut intelegen kami red tailed lizard mungkin saja naik tingkat menjadi magical beast kelas B, dan cukup sulit menghadapinya." Katanya mencoba menyurutkan niatnya.
(Guniang = Nona muda)
Gia hanya tersenyum menanggapinya. "Aku membutuhan banyak uang." Ia berbohong, ia dapat mendapatkan uang dengan mudah dengan menyanyi tetapi bukan itu tujuannya, ia hanya mengejar bijih besi Jiangshu.
Pegawai wanita tersebut menghela nafasnya tak berdaya membujuknya, orang orang akan melakukan apapun demi mendapatkan uang. "Terserah guniang, aku sudah memperingatimu untuk tidak mengambil misi ini." Ia mengambil selembaran misi dan mencatatnya dalam bukunya.
"Kamu bisa pergi menuju pos sebelah selatan hutan magical beast pada tengah hari, pemberi misi akan berada di sana untuk menginstruksikan lebih lanjut."
"Terima kasih, oh ya jam berapa ini?" Gia telah memberikan jam tangannya kepada pegawai wanita tersebut dan tidak memiliki cadangan lain.
Pegawai wanita tersebut mengeluarkan jam tangan yang ia simpan dan melihat jarum pendek jam menunjukan angka 10. "Kurasa ini jam 10 pagi." Ia tersenyum puas melihat jam ini menunjukan waktu dengan akurat.
Gia mengangguk mengerti. "Baiklah aku pergi dulu." Gia berbalik meninggalkan tempat itu dan berjalan menuju pasar untuk membeli beberapa peralatan yang akan ia butuhkan. Namun, terlebih dahulu ia pergi menuju pegadaian untuk menggadaikan barangnya dan menukarnya dengan uang, uang Gia telah habis untuk ia gunakan mendaftar di cabang organisasi mercenaries kota ini.
oOo
Gia telah selesai membeli beberapa peralatan yang dibutuhkan dan memacu kudanya menuju hutan magical beast untuk bertemu orang yang memberikan misi yang ia ambil. Ia melihat beberapa orang keluar masuk di hutan magical beast dengan binatang buruan ataupun tanaman herbal yang mereka cari. Mereka tidak takut barang barang mereka di curi karena organisasi mercenaries telah menciptakan plakat yang berfungsi juga sebagai tanda kepemilikan. Jika sebuah misi di haruskan untuk mencari maka mereka bisa menandainya dengan plakat mereka sehingga jika orang lain merebutnya maka tidak bisa menukarnya dengan hadiah di organisasi mercenaries sebab plakat itu berisi energi yang di tinggalkan pemilik sebagai bukti klaim.
Namun, untuk kasus Gia berbeda, dia tidak bisa meninggalkan energi pada tanda plakat karena ia tidak memiliki kekuatan, ia hanya bisa berharap pemberi misi dapat memberikannya hadiah secara langsung tanpa melewati organisasi mercenaries.
Ia mendekati pos selatan dan melihat dua orang baru tiba seperti dirinya.
"Kurasa aku tidak terlambat." Ia turun dari kudanya dan berjalan mendekati mereka.
Seorang pria paruh baya turun dari kudanya dan menatap Gia heran, ia merasa tidak yakin apakah orang ini yang menerima misi dari organisasi mercenaries. "Kamu mengambil misi ini?"
Gia telah merasakan keraguannya yang sangat jelas tergambar dalam raut wajahnya, dan Gia sangat benci di ragukan. "Benar, aku mengambil misi ini."
"Guniang misi ini cukup berbahaya dan saya tidak bisa menentukan apakah kamu bisa melakukannya, semua keputusan berada di tangan shaoye."
(Shaoye = Tuan muda)
Gia telah melihat seseorang dengan jubah hitam berdiri di belakang pria paruh baya tersebut, ia berdiri diam di sana namun juga menilai dirinya apakah mampu mengambil misi yang mereka keluarkan.
"Paman, bisakah aku meminjam belatimu." Gia menatap belati kecil yang tersampir di pinggangnya.
Pria paruh baya itu mengerutkan dahinya tidak senang namun tidak menolak dan mengambil belati yang tersampir dipinggangnya.
Gia menyeringai ketika melihatnya mengeluarkan belati, ia dengan cepat meraih pergelangan tangannya dan merebut belati tersebut, tangannya mengunci kedua tangannya di belakang dan mendekatkan belati tersebut di lehernya. Semua itu ia lakukan sangat cepat sehingga pria paruh baya dan pemuda itu tidak bisa merespon.
"Kau tahu aku paling benci di remehkan." Ujarnya sinis dan semakin mendekatkan belati pada lehernya.
"Hentikan! Kau bisa ikut." Pemuda itu akhirnya angkat bicara dan menghentikan tindakan Gia yang semakin mendekatkan belatinya.
Gia melepaskan pria paruh baya tersebut dan menatap sedikit darah yang menodai belati. "Shaoye memiliki mata yang bagus."
"Shaoye!" Pria paruh baya itu tidak setuju dan bersiap menentangnya, namun ketika ia melihat tatapan peringatan dari pemuda tersebut ia menghentikan niatnya.
"Kau bahkan tidak menyadari gerakannya, Wusheng." Pemuda itu memandang remeh pria paruh baya yang ternyata bernama Wusheng.
"Guniang tolong jangan dimasukan dalam hati perbuatannya, ia memiliki mata tetapi tidak bisa melihat gunung tai, kuharap anda tidak tersinggung." Pemuda itu menangkupkan tangannya pada Gia untuk mewakili Wusheng.
(Memiliki mata tetapi tidak bisa melihat gunung tai = Tidak dapat melihat hal baik)
Gia mengangguk mengerti dan tersenyum puas dalam hati karena berhasil menipunya dengan trik kecil sulap, ia hanya bisa berpura pura dihadapanya agar menerimanya dalam misi. "Shaoye memikirkannya terlalu dalam, aku tidak tersinggung." Gia membalas menangkupkan tanganya pada pemuda tersebut untuk menunjukan kesopanan.
"Terima kasih atas perhatian guniang." Pemuda itu tidak bisa menilai seseorang dari luarnya, di dunia ini banyak naga dan harimau berjongkok dan ia tidak ingin memprovokasi salah satu dari mereka.
(Naga dan harimau berjongkok = Ahli kuat yang memilih bersembunyi/tidak ingin dikenal)
"Namaku adalah Gia, kalau boleh tahu siapa nama shaoye?" Gia memperkenalkan dirinya untuk permulaan baik.
Pemuda itu mengerutkan dahinya mendengar nama yang terdengar mirip dengan saudarinya. "Namaku adalah Jingying." Pemuda itu melepas tudung jubahnya.
'Shit dia Putra Mahkota.' Gia menelan ludahnya dengan susah karena sangat mengenali pemuda di depannya, dia adalah kakak pertama tubuh ini sekaligus Putra Mahkota di Kekaisaran ini.
'Bukankah ini keluar dari mulut harimau masuk ke mulut singa?!?!?!?'
oOo
Sebenarnya Gia ingin menoleh ke belakang untuk melihat Rong Jingying yang berkuda bersama pengawalnya, dia ingin tahu mengapa ia keluar hanya dengan seorang pengawal dan menyamar untuk membuat misi di organisasi mercenaries untuk menemukan red tailed lizard. Namun, ia harus menahan rasa penasarannya karena ia tidak ingin di temukan identitasnya.
Ia menunggang kuda dengan kaku dan sangat fokus hingga membuat Raja Hantu mengerutkan dahinya heran.
"Istri kenapa kamu diam saja?"
"Idiot konyol ini." Gia mengabaikannya karena tidak berani membalas ucapannya karena takut kedua orang di belakangnya dapat mendengar suaranya, karena mereka memiliki kultivasi di tingkat King Realm.
Raja Hantu cemberut kesal dan menatap dua orang yang berkuda di belakangnya, pasti mereka yang menyebabkan istrinya tidak ingin berbicara dengannya. Maka ia harus menyingkirkan mereka agar istrinya dapat berbicara dengannya.
Raja Hantu melayang di dekat mereka dan mengeluarkan sedikit energinya untuk membuat angin bergerak dan menakuti kuda yang mereka naiki sebab ia menambahkan energi gelap yang hanya bisa dirasakan oleh binatang.
Kuda meringkik ketakutan dan mulai bergerak gelisah hingga menyebabkan mereka terjatuh ke tanah. Gia menghentikan laju kudanya ketika mendengar suara dari belakang dan melihat dua kuda yang mereka naiki melarikan diri dan membiarkan tuannya terjatuh. Gia menatap dalang utama yang menyebabkan insiden tersebut dan memberinya tatapan tajam.
Raja Hantu yang melihat tatapan tajam dari Gia semakin kesal dan ingin memberikan pelajaran tambahan pada dua orang tersebut.
Gia mendesis kesal melihatnya mengabaikan tatapannya, sebenarnya ada apa dengan kepalanya? Bukankah mereka tidak memprovokasinya dan hanya diam saja mengikutinya berkuda.
"Diam!" Ujar Gia sangat pelan dan dia yakin Raja Hantu dapat mendengarnya.
Raja sangat kesal dan melayang sedikit menjauh dari Gia untuk menunjukan kekesalannya.
"Apa kalian baik baik saja?" Gia turun dari kuda dan berjalan mendekati mereka.
"Aku tidak apa apa." Ujar Jingying sambil membersihkan pakaiannya.
"Sebenarnya kenapa kuda itu seperti ketakutan dan melarikan diri." Wusheng menatap heran ke arah kepergian kuda yang tiba tiba gelisah seolah ketakutan dengan sesuatu, ia mengedarkan pandangannya ke segala arah untuk menemukan sumber ketakutan kuda, namun nihil ia tidak menemukan apapun.
"Mari lupakan itu sejenak, kita sudah mendekati sarang red tailed lizard dan kita harus berhati hati." Gia mengikat kudanya pada salah satu pohon dan memilih berjalan karena tempat tujuan mereka sudah dekat dan dia tidak ingin suara telapak kaki kuda akan memperingatkan red tailed lizard.
"Kau benar, Wusheng persiapkan alat kita untuk menyerangnya." Jingying memerintahkan bawahannya untuk mempersiapkan diri.
"Baik shaoye."
Gia menatap pedang besar yang di keluarkan Wusheng dari balik punggungnya, pedang tersebut setinggi pinggang Wusheng dan memiliki warna hitam kemerahan seolah pedang itu telah dibasahi oleh darah dan tetap melekat pada pedang tersebut.
Sedangkan Jingying mengeluarkan pedang dari cincin ruangnya dan terlihatlah sebuah pedang dengan sarung berwana hitam dengan di hiasi permata berwarna biru di ujungnya. Ketika ia mengeluarkan pedang dari sarungnya tubuh pedang tersebut dominan warna biru dengan aksen hitam di tengahnya tidak lupa sebuah permata berada di tengah gagang pedang.
Gia menghela nafas dan mengeluarkan pedangnya dari cincin ruang, ia tidak takut kedua orang tersebut akan mencuri cincin ruangnya sebab mereka sudah terlalu kaya dan bisa membelinya. Lagipula ia menunjukannya untuk memamerkan kepada mereka bahwa ia bukanlah orang biasa dan seharusnya tidak mereka singgung.
Pedang Gia cukup biasa dan terbilang menyedihkan jika dibandingkan dengan pedang kedua orang tersebut. Gia membuatnya ketika dalam perjalanan ke kota Jilin dan dengan diam diam menggunakan salah satu toko pengerajin besi ketika tengah malam untuk membuatnya menjadi baja hingga terbentuk menjadi pedang. Ia membuat pedang cukup sederhana seperti katana, mungkin hal bagus dari pedangnya adalah sarung pedangnya yang ia ukir bergambar naga emas seolah naga tersebut melingkari pedangya. Namun, jangan meremehkan kesederhanaan pedangnya, pedangnya sangat tajam dan keras sehingga sulit di hancurkan dengan mudah karena ia telah mengubahnya menjadi baja.
Wusheng menatap pedang menyedihkan ditangannya dan keraguannya muncul kembali, benarkah guniang ini bisa menangani red tailed lizard dengan pedang kecil itu dan tubuh rampingnya.
Jingying tidak berkomentar melihat pedang sederhananya, ia memfokuskan perhatiannya dan berjalan mendekati sarang red tailed lizard dan ingin segera membunuhnya untuk mendapatkan core dan jantungnya.
Mereka akhirnya berjalan mengendap endap dan berhati hati ketika semakin mendekati sarang red tailed lizard. Mereka telah merasakan sedikit panas yang di hasilkan oleh ekor magical beast tersebut, sebab ekornya yang berwarna merah adalah sumber elemen api di tubuhnya.
Gia menyibak semak semak dengan pelan yang menghalangi pandangannya, ia melihat kadal besar dengan ekor berwarna merah tengah tertidur di depan sebuah gua.
-TBC-