Su Xiqin masuk ke ruang kerja, lalu Mo Jinghan yang sudah duduk segera berkata, "Su Xiqin, duduklah." Setelah Su Xiqin duduk, ia kembali berkata, "Xiqin, Ayah tahu kamu telah bekerja keras dalam beberapa tahun terakhir."
"Ayah bicara terlalu serius," kata Su Xiqin.
Sebenarnya Su Xiqin tahu apa maksud Mo Jinghan. Ini karena Su Xiqin mengurus anaknya seorang diri, sedangkan Mo Xigu malah sibuk membuat gosip setiap hari. Su Xiqin benar-benar tidak bisa membayangkannya bagaimana jadinya jika ayah Mo Xigu tahu bahwa Mo Jintian bukanlah anak dari keluarga Mo.
"Xiqin, Mo Xigu seperti ini karena aku. Ini karena kegagalanku memberikannya sebuah keluarga yang baik. Karena itulah, dia berubah menjadi seperti ini. Jadi, jangan salahkan dia," kata Mo Jinghan.
Su Xiqin saat ini tidak ingin menyalahkan siapapun. Ia hanya ingin bercerai, tapi ia tidak mungkin berbicara tentang perceraian sekarang. Karena begitu ia mengatakannya, ia malah lebih tidak akan bisa bercerai.
"Xiqin, kamu telah tinggal bersama Mo Jintian selama beberapa lama. Sekarang, pulang dan tinggallah di rumah. Lagi pula, jika kamu dan Xigu hidup seperti ini, tidak akan baik untuk perkembangan anakmu."
Su Xiqin perlahan mengangkat kepalanya dan menatap Mo Jinghan. "Ayah, membawa anak kembali lalu membiarkannya melihat orang lain keluar masuk juga tidak baik. Saya pikir, ini lebih baik. Bagaimanapun, hidup begini tidak akan memberikan pengaruh buruk pada anak."
Mo Jinghan jelas mengerti bahwa kata 'orang lain' merujuk kepada wanita lain. Siapa lagi jika bukan Mo Xigu yang bertingkah seperti itu? Mo Jinghan pun tidak mengatakan apa-apa lagi setelah mendengar apa yang dikatakan Su Xiqin. Sementara itu, Xiqin bisa melihat ketidakberdayaan Mo Jinghan saat ini dan memilih untuk tidak melanjutkan pembahasan topik ini. Ia pun mengatakan hal lain, "Ayah, beberapa hari lalu aku melihat Su Xixue."
Mo Jinghan tiba-tiba tertegun. Nama Su Xixue ada kaitannya dengan Su Yao. Rasa sakit yang ditinggalkan Su Yao kepada Mo Jinghan bukanlah rasa sakit yang biasa.
"Tapi, aku tidak melihat ibuku," tambah Su Xiqin.
———
Saat keluar dari kamar, Su Xiqin berusaha mengendalikan emosinya dengan baik. Saat ia berjalan ke ruang tamu, ia mendengar Mo Xigu yang sedang berbicara di telepon. Ternyata, ia juga sudah pulang. Tapi, setelah dipikir, pasti Mo Jinghan yang telah menyuruh anaknya pulang.
Saat Su Xiqin masuk ke ruang tamu, ia melihat Mo Xigu sedang berada di depan Mo Jintian dan menatap mainan di tangan Mo Jintian. Su Xiqin segera berjalan ke arah Mo Jintian, dan berkata, "Jintian, berhenti bermain. Bereskan mainanmu sebentar. Ibu ingin membawamu ke kebun untuk memetik buah."
Mo Xigu mencibir Su Xiqin saat melihat ekspresi tegang Su Xiqin, seolah sengaja ingin menyindir. Kemudian, saat Mo Jinghan datang dan melihat Mo Xigu, ia berkata, "Sekarang benar-benar tidak mudah untuk menyuruhmu pulang."
Mo Xigu hanya menatap ayahnya dengan ekspresi datar, lalu duduk di sofa dan melihat Su Xiqin yang berjalan melewatinya sambil menggandeng Mo Jintian.
"Ayah, saya ingin membawa Mo Jintian berjalan-jalan di taman," pamit Su Xiqin kepada Mo Jintian sebelum pergi.
Wajah Mo Jinghan terlihat pucat setelah ibu dan anak itu sudah pergi. Lalu, ia memberi peringatan kepada Mo Xigu, "Jangan bawa wanita luar lagi, Xigu, mulai sekarang sampai kapanpun!"
Mo Xigu tersenyum dingin, "Bukankah itu yang kamu ajarkan kepadaku?"
Brakkk…
Mo Jinghan tiba-tiba menggebrak meja sambil melotot, lalu berkata, "Kamu adalah kepala keluarga!"
Mo Xigu tidak mempedulikan kemarahan ayahnya dan hanya tersenyum dingin. Lalu, ia berujar, "Ayah, ini adalah hal yang aku pelajari darimu. Sebenarnya aku sedang berpikir, jika pria hidup seperti ini, sebenarnya ini adalah suatu kenikmatan dalam hidup."
Mo Jinghan terdiam dan membatin, Apakah ini suatu pembalasan?
———
Di taman, Su Xiqin menatap ke arah Mo Jintian yang menundukkan kepala di depannya. Ia merasa pria kecil itu sedikit tidak bahagia sehingga ia pun bertanya, "Mo Jintian, ada apa denganmu?"
"Tidak apa-apa. Aku merasa Ayah membenciku," jawab Mo Jintian dengan sedih.
"Tidak. Mungkin suasana hatinya sedang buruk," kata Su Xiqin sambil berjongkok di depan Mo Jintian.
Mata besar Mo Jintian menatap ke arah Su Xiqin dan tatapannya memancarkan keraguan. Tiba-tiba, ponsel Su Xiqin berbunyi. Ia pun melepaskan tangannya dari Mo Jintian, mengeluarkan ponselnya, dan melihat nomor asing yang tertera di layar ponselnya. Ia diam sejenak, lalu mengangkat panggilan itu.
"Halo, Nna Su. Ini saya, Shao Zheyang," sapa orang yang di seberang sana.
Su Xiqin cepat-cepat mengingat-ingat nama itu, lalu segera menjawabnya, "Oh. Halo, Pengacara Shao," kata Su Xiqin.
"Ingatan Nona Su benar-benar bagus."
"Pengacara Shao adalah pengacara hebat di kota S. Sulit untuk melupakannya. Apakah tagihan biaya mobilnya sudah keluar?" tanya Su Xiqin. Ia bisa langsung menebak masalah ini. Jika tidak, untuk apa Shao Zheyang mencarinya?
"Sungguh menyenangkan bisa berurusan dengan orang pintar seperti Nona Su. Benar, tagihan biaya mobilnya sudah keluar. Totalnya 120.000 Yuan."
Begitu Su Xiqin mendengar nominal 120.000 yuan, rasanya seakan ada 10.000 kuda yang keluar dari lumpur dan langsung berlari menerjang jantungnya. Apa-apaan ini? Dengan uang sebanyak itu, aku bisa saja membeli mobil baru, batinnya.
"Nona Su, biayanya sedikit lebih mahal karena mobil Bentley ini edisi terbatas. Mesin-mesinnya juga berkualitas tinggi. Jadi, saya harap Nona Su bisa mengerti. Karena saya pikir Nona Su akan menanggung ini semua, bagaimana jika kita bertemu untuk membahas masalah negosiasi?" tawar Shao Zheyang.
Su Xiqin tidak bisa membayar semuanya, tapi ia sudah terlanjur mengatakan bahwa ia akan bertanggung jawab. Sekarang hatinya sedikit bimbang. Karena Su Xiqin hanya terdiam, Shao Zheyang kembali angkat suara, "Sebenarnya kecelakaan ini bukan murni kesalahan Nona Su. Mari kita bertemu untuk membahas masalah ini. Saya baru membahasnya dengan Tuan Bai dan beliau juga berpikir seperti ini."
Su Xiqin berpikir sejenak, Sepertinya masalah ini memang harus didiskusikan. Ia pun akhirnya menyetujui tawaran Shao Zheyang. Pertemuan sudah ditetapkan di sore hari, sehingga Su Xiqin berencana akan pergi setelah selesai makan siang.
———
Ketika Su Xiqin kembali bersama Mo Jintian sambil membawa jambu-jambu kecil, ia melihat Mo Jinghan sedang berdebat dengan Mo Xigu hingga telinga dan wajah mereka sama-sama memerah.
"Aku datang ke sini bukan untuk mendengar ceramah. Jika Ayah ingin kita makan bersama, mari kita makan bersama dengan baik. Tapi, jika Ayah tidak benar-benar menginginkan kehadiranku untuk makan bersama di sini, lebih baik aku keluar karena masih ada yang harus aku selesaikan di luar," kata Mo Xigu dengan wajah dingin. Setelah selesai mengatakan itu, ia berjalan menuju pintu.
Mo Jinghan sudah sangat emosi. Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Mo Xigu sudah sangat keterlaluan. Ia pun mengambil cangkir di atas meja dan melemparkannya ke arah pintu. Namun, tanpa sengaja cangkir itu malah mengenai Su Xiqin hingga darah segar mengalir di dahinya.
"Ibuuu..." teriak Mo Jintian dengan panik.
———
Bai Yanshen datang ke rumah sakit di hari Sabtu untuk menjenguk seseorang. Ketika ia melewati koridor UGD, ia melihat sesosok anak kecil dan tanpa sadar langkahnya terhenti.