Pemilihan yang dilakukan murid-murid kelas A tidak membuahkan hasil. Melainkan membuat murid-murid kelas menjadi terbagi.
Sebuah kebetulan yang keluar dari niat mendasar setiap insan di kelas itu menunjukkan pengelompokkan yang sama rata. Untungnya setiap pemimpin kubu memiliki latar belakang serta kemampuan yang berbeda-beda. Hanya saja antara prestasi dan kemampuan saat ini perbandingannya adalah satu banding dua. Meskipun begitu, masih ada murid-murid yang tidak berpihak.
Kubu Netral serasa sedang menjadi harapan atas jawaban penentuan siapakah yang akan menjadi pemimpin kelas A. Sementara itu, hasil dari pemilihan ini membuat wali kelas mereka yaitu Samuel Gilbert Saragi dipanggil Kepala Sekolah.
Saat di ruang Kepala Sekolah. Kepala Sekolah sudah menatap tajam Sang Wali Kelas A. Terpampang jelas raut muka kesal keheranan. Sedangkan Saragi berusaha mendatarkan ekspresi wajahnya untuk menghadapi emosi Sang Kepala Sekolah.
"Kasusnya masih sama seperti tahun lalu ...," ucap Kepala Sekolah.
"Maaf kan saya pak, para murid mempunyai ambisi yang tinggi," jawab Sang wali kelas.
"Hal itu pasti wajar untuk tingkatan kelas A! Apalagi ini lebih parah dibandingkan angkatan sebelumnya."
"Angkatan sebelumnya?"
"Kau tak ingat? Lalu daftar apa yang kau serahkan ini?" ucap Kepala Sekolah sambil mempertanyakan hasil pemilihan kelas A.
Saragi sendiri sadar jika hasil suara itu sama rata. Hanya saja Kepala Sekolah sendiri tak terima akan adanya murid-murid yang bersikap Netral.
"Coba lihat daftar yang kau serahkan ini! Emangnya ini daftar pembagian kelompok ya?"
Tertulis di sana.
Jumlah Suara Pemilihan Ketua Kelas A :
Suara (01) Arkan Atmaja :
02) Aqilla Elvina (P)
07) Dika Paramartha (L)
08) Darren Januar (L)
20) Vika Vanissa (P)
Suara (10) Edward Henry :
03) Amilda Tinesha (P)
04) Bryan Nugraha (L)
09) Elena Halskey (P)
18) Stephanie Laurencia (P)
Suara (16) Rafael Tendranatha :
05) Clarissa Dorothy (P)
12) Ivan Megantara (L)
13) Luna Lusiana (P)
15) Rio Astra (L)
Murid Netral:
06) Danu Arkana (L)
11) Hyuki Kina (P)
14) Nadia Askiara (P)
17) Riki Pratama (L)
19) Skyla Almira (P)
"Saya Minta Maaf Pak ... saya sedang menunggu jawaban dari para murid netral untuk menentukan hasil akhir."
"Mau sampai kapan!!!" bentak Kepala Sekolah.
"Saya memberi waktu tiga hari dan setelah itu hasilnya tidak akan sama lagi," sahut Pak Saragi.
"Hadeh ... dan kau yakin dengan tindakanmu itu? Kalau begitu mereka akan ketinggalan pelajaran loh ...," ucap heran Pak Kepala Sekolah.
"Itu agar mereka semua sadar ...." jawab Pak Saragi.
"Yaa gak gini juga ... tapi coba kau lihat nama-nama murid netral ini ...."
Saragi melirik lembaran tersebut. Kepala Sekolah menggaris bawahi dengan pulpennya pada nama dua murid.
"Kau pasti tau kan orang-orang yang aku tandai ini"
"Iya! Memangnya ada apa dengan kedua murid itu?"
"Sudah kuperhitungkan!" bentak kepala Sekolah.
"Maksud bapak?"
Tok tok tok ....
Seketika percakapan mereka hening. Kepala Sekolah sepertinya tau yang ada di balik pintu tersebut. Hanya saja ia masih ragu.
"Siapa itu?" tanya Kepala Sekolah.
"Anggota MP ke 8, Ruka Manami!"
"Oh silahkan masuk ...," ucap Kepala Sekolah.
Masuklah seorang gadis berkulit putih serta berperawakan asia timur dengan rambut yang diikat dua dan poni rata depan yang menghiasi wajahnya. Ia membawa beberapa berkas. Saragi cukup curiga dengan berkas-berkas yang ia bawa.
Seperti yang ia sebutkan tadi, namanya Ruka Manami anggota ke-8 dari organisasi yang saat ini masih dirahasiakan keberadaannya oleh pihak sekolah. Ruka langsung menaruh berkas-berkas tersebut dihadapan sang kepala sekolah.
"Ekhem ... jadi begini Saragi ... kami menyuruh Para Anggota MP untuk membackup kepengurusan kelas A," jelas Kepala Sekolah.
"Maksudnya? Mereka akan mengambil alih?" tanya Saragi.
"Yaa bukan gitu ... jika masalah jabatan ini tidak selesai secara internal-"
Potong Ruka, "maka musyawarah pemilihan ketua kelas A akan diikuti oleh anggota-anggota kelas lainnya."
"Anggota kelas lain boleh ikut menjabat di kelas A gitu?" heran Saragi.
"Yaa gak gitu juga pak ... bapak harap tenang ... lagipula ini hanyalah rencana jika para murid netral yang bapak maksud tak dapat memberikan jawaban hingga beberapa hari kedepan," jelas Ruka.
Saragi mulai curiga dengan gadis ini.
"Kamu barusan nguping ya?" tanya Saragi.
"Yaa mau gimana lagi pak ... lagipula kepala sekolah sudah menyetujui ikut campurnya MP ke dalam musyawarah kelas A," ucap Ruka.
Saragi semakin kesal dan mengepalkan tangannya. Ia menatap tajam Kepala Sekolah, hanya saja dia mencoba menahan amarah mengingat dirinya berhadapan dengan atasannya. Saragi mencoba tenang, dia berbalik badan lalu berkata, "permisi, saya masih ada urusan di ruang guru."
Kemudian meninggalkan mereka berdua begitu saja.
>===X===<
Cerita ini adalah Fiksi.
Semua Orang, Kelompok, Tempat, dan Nama yang muncul di Cerita ini.
Tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.
Fazit