"Yaudah… udah, turunin gue di sini, udah stop!" teriak Lintang. Fabian langsung menghentikan mobilnya, kemudian dia melirik Lintang dengan tatapan kesal luar biasanya itu.
"Elo ini ya, keterlaluan! Setelah elo suruh gue buat nganterin elo, sekarang elo bergaya kayak elo Nyonyah dan gue babu gitu, Dek!?"
Lintang tampak melengos, dia berusaha untuk turun meski kesulitan, untuk kemudian dia memandang Fabian sambil menjulurkan lidahnya.
"Wuih tumben lo manggil gue Dek lagi? Kemarin-kemarin elo manggil gue Lintang. kerasukan demit sini lo?"
Fabian berdecak, ingin sekali dia memukul Lintang. tapi, apa yang dilakukannya akan menjadi percuma. Berbicara dengan Lintang sama halnya dengan berbicara dengan pengacara yang paling kondang di dunia. Pintar bersilat lidah dan itu adalah hal yang menyebalkan.