Lintang tampak mengubah-ubah posisi tidurnya. Dipan yang dia tempati kini telah berlapis tiga selimut yang bagi Lintang itu tidak ada gunanya sama sekali. Rasa keras dari bambu yang menjadi bahan utama dipan itu yang tertata tidak begitu rata itu pun sangat menusuk-nusuk punggung Lintang. dari segi apa pun dia mencoba untuk tidur tetap saja rasa sakit itu berada di mana-mana.
Sekarang agaknya dia menyesal. Seharusnya dia memilih pergi ke penginapan. Jika dia di sana setidaknya dia bisa tidur dengan nyenyak. Di atas kasur empuk dan nyaman. Lintang menghela napas panjang, dia kemudian mengambil posisi duduk sambil memukul dipan itu dengan kesal.
"Aduh!" keluhnya, karena tangannya kesakitan karena memukul dipan itu. Dia kembali mendengus, hingga saat Tante Aidan kembali keluar sambil membawa sebuah bakul yang berisi nasi. Perut Lintang melihat itu mendadak keroncongan. Dia langsung bersemangat untuk menjadi baik agar bisa makan di sini.