Setelah kami berdiskusi dan memutuskan untuk menjadi penguping setia. Aku dan Manis pun bergegas pergi, mencari-cari di mana gerangan keberadaan dua muda-mudi itu berada.
"Kangmas," kata Manis sambil menunjuk ke arah satu titik. Tepat di bawah pohon randu di belakang rumah, yang letaknya ndhak jauh dari sumur.
"Kita ke sana pelan-pelan saja, ya," kubilang. Aku dan Manis akhirnya mengendap-endap, bersembunyi tepat di balik sumur lainnya. Seendhaknya, kami masih bisa mendengar dengan jelas percakapan mereka, meski aku sendiri takut. Jikalau mereka berpindah tempat ke sini. Aku jadi merasa aneh, untuk apa toh kok aku dan Manis jadi membuang-buang waktu untuk melakukan ini? melakukan hal yang benar-benar ndhak berguna sama sekali.